08 September 2009

Belajar Untuk Menikmati Televisi

Maya Mandley

Masih kuat di ingatanku, waktu awal-awal aku datang di AS, aku masih struggle dengan bahasa Inggrisku. Pelajaran bahasa mulai SMP ini, seperti tidak berbekas. Tantangan terbesarku saat pertama kali datang di negara besar ini adalah listening comprehension, alias kemampuan untuk mengerti si bule ngomong. Tak heran, bila di awal-awal, acara favoritku cuma tayangan olahraga. Selain emang hobby nonton olahraga, juga karena aku gak perlu ngerti apa yang diomongin sang komentator. Bagiku itu gak penting. Tanpa itu pun, aksi para atlet di layar TV, cukup jelas maksudnya.


Tapi karena mantan orang media, mau gak mau aku harus tetap memantau apa yang terjadi di dunia. Meski kadang isinya cuma perang dan janji manis politikus. Jadi meski aku masih struggle dengan listening comprhension, aku usahakan tetap memantau berita di stasiun TV lokal. Nggak sombong nih, channel favoritku adalah channel 2 alias CBS. Gak ada alasannya sih. Cuma waktu pencat-pencet cari channel, kebetulan channel ini muncul pertama. Dan pada waktu itu anchornya lumayan ganteng (ehem!). Jadilah sejak itu aku jadi fans setia channel yang emang ada di nomor 2 di remote ini.

Bicara soal TV, Saluran TV di AS menggunakan cable dengan beragam pilihan program, tergantung paket yang dipilih untuk langganan. Nggak beda jauh dengan Jakarta kan? Memang tak semua rumah tangga memiliki cable, karena harus berlangganan. Sepengetahuanku hanya 15 channel yang bisa dinikmati tanpa berlangganan TV cabel. Tapi umumnya, hampir semua rumah tangga berlangganan cabel. Apalagi sejak 12 Juni kemarin, semua channel TV sudah masuk digital. Meski begitu, pemerintah memiliki program untuk membantu rumah tangga yang tak mampu berlangganan kabel, untuk meng-convert TV mereka ke program digital.

Sebenarnya selain CBS, ada 2 channel lain yaitu ABC dan NBC yang format berita nasionalnya sama. Selain di dalam ruangan, mereka juga siaran langsung dari luar studio dengan melibatkan masyarakat umum. Biasanya mereka juga mengundang entertainer untuk menghibur pemirsa secara langsung. Aku sendiri setelah sekian lama cuma jadi fans lewat TV, baru pada tahun 2008 sempat ikutan jadi fans secara langsung. Artinya aku ikutan jadi penonton langsung di siaran live. Karena memang acara di tempat terbuka di luar studio itu terbuka untuk umum.

Fans yang kebanyakan tourist dari luar kota NY, tak lupa membawa berbagai poster unik dan menarik, dengan harapan bisa dilihat teman, saudara atau siapa pun di kampung halaman mereka. Tentu saja para fans dadakan ini harus ikut pengarah lapangan. Seperti saat bertepuk tangan atau disuruh teriak-teriak biar rame. Malah pernah ada warga Indonesia di NY yang ikutan jad penonton live lengkap dengan pakaian adat daerah kita. Seperti dari Padang, Batak dan Jawa. Satu diantara mereka sempet diwawancarai salah satu anchor.

Senang juga sih ada warga Indonesia yang berani mengenalkan salah satu budaya kita lewat TV nasional Amerika meski itu cuma kurang dari satu menit. Aku sendiri saat jadi fans dadakan itu sempet melihat secara langsung beberapa aktor dan aktris yang kebetulan diwawancara. Yang aku ingat waktu itu, Antonio Banderas dan Cameron Diaz. Waktu itu mereka sedang promo film terbaru mereka Shrek 3. Baru kali itu aku ketemu bintang sekelas Hollywood. Jangan ditanya antusias orang Amerika sendiri pada bintang pujaan mereka.

Aku sendiri sih cuek aja, alias jaim. Karena memang menurutku, tak ada yang istimewa untuk Cameron Diaz. Bedanya cuma nasib aja. Dia jadi aktres dan terkenal. Sementara Antonio Banderas emang ganteng dan macho. Ahh sayang Om Antonio is not on the market and I am taken too. So, aku cuma bisa mengaguni ke-machoan nya aja lewat film-film yang dibintanginya aja. Om Antonio, I am waiting for your next movie ! Cup... cup.. muah..muahhh ! (apaan sih,.. :)

No comments:

Post a Comment