24 July 2007

Tim Penyelidikan Mulai Teliti Bangkai Pesawat

DIMAKAMKAN.
Jenazah Letda Penerbang Elesius Quintaruniarsa, pilot pesawat yang meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat TNI AU jenis OV-10 Bronco di Bunut Wetan, Pakis, Malang, Senin (23/7) kemarin, Selasa (24/7) ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Malang. Komandan Lanud Abdurahman Saleh Malang, Yushan Sayuti mengatakan, hingga saat ini bangkai pesawat masih belum dievakuasi karena menunggu investigasi tim Keselamatan Penerbangan Angkatan Udara yang akan bekerja mulai hari ini.

----------------



Tim Keselamatan Penerbangan TNI AU mulai melakukan penelitian pada bangkai pesawat OV-10 Bronco di lokasi kecelakaan pesawat di Bunut Wetan, Pakis, Malang, Selasa (24/07) ini. Dalam penelitian itu tim yang terdiri dari 30 personel itu akan mencari kepastian penyebab kecelakaan, termasuk kegagalan Elesius Quintaruniarsa melontarkan kursi lontarnya. Kepastian mulainya penyelidikan itu dikatakan Komandan Lapangan Udara (Danlanud) Abdurahman Saleh Malang, Marsekal Pertama Yushan Sayuti di sela-sela pemakaman Letda Penerbang Elesius Quintaruniarsa, Selasa (24/7) ini di Taman Makam Pahlawan Malang. "Tim penyelidik berada di lokasi dan mulai bekerja," kata Yushan. Untuk kebutuhan penyelidikan, hingga saat ini bangkai pesawat masih dibiarkan utuh di lokasi kecelakaan.

Seperti diberitakan The Jakarta Post, Senin (23/7) kemarin sebuah pesawat latih milik TNI AU jenis OV-10 Bronco jatuh dan meledak di perkebunan tebu yang berjarak sektar 1 KM dari Lanud Abdurrahman Saleh, Kabupaten Malang, sekitar pukul 09.20 WIB. Dalam kecelakaan itu, seorang awak pesawat yang kemudian diketahui bernama Letda PNB Elesius Quintaruniarsa meninggal dunia. Seorang lagi, Mayor penerbang Danang terluka. Instruktur penerbang ini berhasil menyelamatkan diri dengan kursi pelontar dan kini dirawat di RS tentara Supraon Malang.

Yushan Sayuti meyakinkan, Tim Keselamatan Penerbangan melakukan pekerjaannya dengan sangat serius. Karena hasil penyelidikan ini sekaligus akan menjadi jawaban dari pertanyaan penyebab terjadinya kecelakaan. "Dalam waktu satu bulan akan diperoleh hasil dari penyelidikan tim ini," katanya. Untuk keperluan penyelidikan, Tim Keselamatan Penerbangan TNI AU juga akan mewawancarai instruktur Mayor Penerbang Danang di RS tentara Supraon Malang. Mayor Danang dianggap paling mengetahui kejadian sebenarnya, termasuk pertanyaan tentang tidak beroperasinya kursi lontar pilot milik Letda PNB Elesius Quintaruniarsa. Kegagalan itu juga yang akhirnya membuat Letda Elesius tidak bisa keluar dari pesawat bronco yang meledak dan terjatuh.

Danlanud Abdurahman Saleh Malang, Marsekal Pertama Yushan Sayuti mengatakan sistem yang dimiliki peawat jenis OV-10 Bronco memiliki sistem pelontar otomatis yang bisa melontarkan dua kursi pesawat sekaligus. "Dua kursi pesawat akan terlontar bila kursi bagian depan melontarkannya, yang otomatis melontarkan kursi bagian belakang, pertanyaannya mengapa Letda Elesius yang ketika itu ada di kursi depan tidak melakukan hal itu, sehingga Mayor Danang harus melakukan secara mandiri," kata Yushan.

Peristiwa jatuhnya pesawat jenis Bronco juga terjadi 20 Juli 2005 lalu. Dugaan sementara, tuanya usia pesawat menjadi penyebab terjadinya dua kecelakaan kejadian itu. Meski sumber di Lanud Abdurahman Saleh mengatakan, pesawat Bronco yang kecelakaan Senin lalu masih memiliki 3000 jam terbang dari 7000 jam terbang yang dimaksimalkan. Hingga saat ini, pesawat jenis Bronco yang dimiliki TNI AU hanya Berjumlah 7 buah. Dari ketujuh pesawat itu, hanya 4 pesawat yang bisa mengudara. Itupun saat ini sedang digrounded pasca peristiwa kecelakaan Senin ini.

No comments:

Post a Comment