18 June 2007

Sesama Korban Lumpur Bentrok


Dua kelompok korban lumpur panas Lapindo Brantas Inc, terlibat bentrokan di Sidoarjo, Senin (18/06) pagi. Mereka merasa ada upaya untuk mendiskreditkan satu sama lain dan membuat posisi masing-masing kelompok kehilangan kredibilitasnya. Polisi terpaksa melakukan blokade masing-masing kelompok dan memfasilitasinya dalam sebuah pertemuan darurat di tepi jalan.

Bentrokan itu terjadi di perempatan Jl KH Mukmin-Jl Sunandar Priyo Sudarmo, yang berlokasi di tengah kota Sidoarjo. Ketika itu, massa Perumahan Tanggulangin Angun Sejahtera (Perumtas) akan berdemonstrasi di depan kantor Tim 16. Tim 16 adalah perwakilan warga yang dibentuk untuk menyalurkan aspirasi warga korban lumpur dari empat kecamatan di Porong Sidoarjo yang menjadi korban lumpur.

Namun dalam perjalanannya, Tim 16 dianggap tidak menyalurkan aspirasi masyarakat. Bahkan, cenderung membela kepentingan Lapindo Brantas Inc dan Pemerintah, serta mengabaikan keinginan warga. Bahkan, warga merasakan adanya upaya dari oknum Tim 16 yang mencoba mencari keuntungan dengan memanfaatkan proses administrasi warga korban lumpur. "Seperti menjual surat verifikasi yang seharusnya diberikan gratis kepada warga, malah dijual seharga Rp.160 ribu," kata Hendro, warga Perumtas pada The Post.

Yang paling menyakitkan, Tim 16 mengirim surat ke Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai pihak yang selama ini menjalankan proses teknis pembayaran ganti rugi, untuk tidak percaya "kelompok" lain selain Tim 16. "Inikan berarti Tim 16 ingin mengatakan bahwa kelompok yang tidak sepakat denan kebijakan Tim 16 adalah kelompok liar," kata Hendro. Karena itulah, Senin ini warga melakukan demonstrasi di kantor Tim 16, dan berunjung bentrokan.

Sementara itu berdasarkan pengamatan The Jakarta Post di areal lokasi pembuangan lumpur ke Kali Porong atau spillway, lumpur dari penampungan semakin deras dan tidak mampu lagi dikendalikan. Ketinggian lumpur sudah mampu merendam jembatan darurat balley, yang menghubungkan Desa Mindi dan Desa Besuki. Padahal jembatan itu adalah akses satu-satunya bagi ribuan warga Besuk bila ingin keluar dari desanya menuju Jalan Raya Porong.

Kondisi itu membuat warga di sekitar spillway ketakutan. M. Soleh, warga pajarakan terpaksa melakukan evakuasi barang-barang miliknya. Dia khawatir, dalam waktu dekat, lumpur akan mulai menerjang desanya dan menenggelamkan semuanya. "Dari pada terlambat, kami memilih untuk menyelamatkan barang-barang dulu," kata M.Sholeh pada The Post. Istri yang yang sedang hamil empat bulan dan seorang anaknya pun rencananya akan diselamatkan. "Tapi saya masih belum pasti akan kemana,..," katanya.

Teks Foto: Jembatan yang mulai terendam lumpur.

No comments:

Post a Comment