Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

28 November 2010

Seruan Peduli Pendidikan

Iman D. Nugroho

Sebuah pesan beredar melalui Blackberry Messenger: Maaf ini bukan hoax, dan penting utk disebarkan. Hari ini saya dengarkan curhat orang tua anak didik murid SDN 1 Bambu Apus, Tangerang, Banten.

Dia dimintai uang senilai Rp. 560 ribu untuk biaya Ujian Akhir Nasional. Jika tidak membayar, maka anak orang tua ini tidak boleh ikut ujian. Padahal di Jakarta, tidak ada lagi biaya untuk ikut ujian.

Beberapa nama tokoh politik dan masyarakat mencatatkan diri sebagai pendukung seruan ini. Seperti M. Hanif Dhakiri (DPR RI, FKB), Budiman Sudjatmiko (DPR RI, FPDIP), Rachel Maryam (DPR RI, FGerindra) hingga Akbar Faizal (DPR RI, FHanura).

Pendidikan untuk semua!
Sent through BlackBerry®

22 November 2010

Binar Kesepian

Syarief Wadja Bae

Kesepian tumpah berserakan
bahkan becek dan memecah arah.
Pada relung pagi daun-daun berbisik
tentang kabut yang beranjak menutupi
tikungan tempat lahir aksara
yang membakar menit jika saja
sedikit gesekan terjadi
dan perang akan jadi akibat
Kunang-kunang menutup diri
dengan payung hitam
mengibar niat untuk menembus pagi
karena belum usai membekali kupu-kupu
pembawa tinta yang dikirim
untuk kertas-kertas dalam bilik abu-abu

Tak mau hanya dengan mengalir saja
tanpa memahami lubang-lubang
yang menjadi tempat menampung
dan mengendapkan segala aku
yang bisa mengakar lagi,
membuat isi kepala berjamur taring
hingga mata buta karena gagal
merekam mekar mawar yang dibungkus
binar kejujuran

Semua akan rugi bila yang dibangun
tiba-tiba menjelma fatamorgana.
Bersekutulah dengan musim
agar paham dan bertahan sampai
tujuan tanpa tameng yang disulap otak
untuk membangunkan penyakit lama


Maret 2010

Isu rekaman pembicaraan Gayus-Aburizal

Iman D. Nugroho

Apakah terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan bertemu dengan Ketua Partai Golkar Aburizal Bakrie di Bali? Hanya mereka berdua (dan mungkin orang kepercayaannya) yang mengetahui. Namun, sebuah isu santer rekaman pembicaraan antara keduanya berhembus. Waduh!


Isu itu membisikkan, pembicaraan itu direkam diam-diam oleh seseorang yang hadir juga dalam pertemuan itu. Tidak jelas siapa, namun isunya, rekaman itu sudah beredar di kalangan aktivis. Apa isinya? Poinnya tentang permintaan Aburizal Bakrie kepada Gayus Tambunan untuk mengamankan uang Rp.1,6 triliun.

Pertemuan itu berlangsung sekitar 5-10 menit di sebuah restoran atau lobby hotel di Nusa Dua Bali. Dalam pertemuan yang diisukan didahului dengan janjian antara keduanya itu di dahului dengan kedatangan Gayus Tambunan, istri dan salah seorang rekan Gayus, dan disusul dengan rombongan Aburizal. Karena Gayus datang terlebih dulu itulah, kemungkinan rekaman itu sudah ada, sebelum Aburizal Bakrie datang.

Di mana rekaman asli itu kini? Entahlah. Yang pasti, bisa "waktunya tiba", maka rekaman itu akan keluar, seperti kasus rekaman video heboh yang sempat mengguncang negeri ini. Isunya, Aburizal Bakrie tidak percaya dengan adanya rekaman ini, karena pertemuan itu memang tidak ada. Dia "menantang" siapa saja yang punya rekaman ini untuk memutarnya di depan publik.

Ayo, siapa yang punya?

.: Pikiran lain dalam kasus Gayus nonton tenis

21 November 2010

Sejumlah 180 pasang pengantin miskin menikah massal

Daniel Rorong

Ada banyak cara mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Salah satunya menikah massal.

Pernikahan yang akan dilakukan Senin (22/11) besok itu dilakukan oleh 180 pasang calon pengantin di Gedung Langit, Kenjeran Park, Surabaya. Sebagian besar berasal dari pasangan yang tidak mampu, yang tinggal di Surabaya.

Kegiatan sosial ini sendiri digelar dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan dan menyongsong peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, sebagai bagian dari gerakan "Surabaya Peduli" ditabuh.

Hana Amalia Vandayani Ananda dari Yayasan Pondok Kasih mengatakan, "Surabaya Peduli" ini muncul karena adanya rasa keprihatinan melihat realita kehidupan di masyarakat, khususnya yang ada di Surabaya.

"Kemiskinan, korupsi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan praktek aborsi masih kerap dilakukan oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab," jelas Hana. Dan sebagai dampaknya, lanjut Hana, rakyat kecil-lah yang selalu jadi korban.

"Untuk itu, mulai sekarang, Stop Kemiskinan! Stop Korupsi! Stop KDRT! Stop Suap! Dan Stop Aborsi!" tegas Hana Ananda yang pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial (2004-2005) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Hana Ananda menambahkan, selain tidak dipungut biaya sepeser pun, pihak panitia akan membantu untuk mengurus surat-suratnya agar pernikahan mereka tercatat resmi oleh negara.

Drs.HA. Sunarto AS, M.EI dari Forum Surabaya Peduli mengungkapkan bahwa pernikahan massal terpadu ini bersifat multikultural dari beberapa macam etnis dan agama.

"Selain bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan menuju semakin kokohnya Bhinneka Tunggal Ika, juga menandakan bahwa warga Surabaya bisa menjadi panutan bagi kota-kota lain," tegas Sunarto. (Idn)
Sent through BlackBerry®

18 November 2010

Mengapa PAN Tidak Tersentuh "Serangan Politik"

Iman D. Nugroho

Waktunya sok-sok omong politik. Tiba-tiba seorang kawan bertanya,"Kok PAN belum diserang secara politik oleh kelompok politik SBY ya, padahal PAN keras menyerang SBY dalam persoalan Krakatau Steel?"

Pertanyaan itu memang bukan tanpa alasan. Tentu saja, alasan terkuat berangkat dari kasus Gayus Tambunan, yang tiba-tiba terkoneksi dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Meski, tidak ada bukti soal itu.

Dalam kacamata politik, hal itu bisa dilihat sebagai serangan pada Partai Golkar. Bahkan, dugaan yang lebih sarkas, hal itu sengaja didesain intelejen untuk memposisikan Aburizal agar seolah-olah bertemu Gayus di Bali.

Nah, bagaimana dengan PAN? Anggota fraksi PAN, dalam frame "dosa politik", telah melakukan dosa dengan mendorong kasus Krakatau Steel. Secara tak langsung, melalui kasus itu, Hatta Rajasa, yang disebut-sebut terkait dengan penjualan saham Krakatau Steel. Lalu, mengapa PAN "dibiarkan"?

"Mungkin SBY masih memerlukan PAN. Atau PAN masih dianggap belum begitu berbahaya, dibandingkan Partai Golkar," seloroh seorang kawan. Entahlah,..
Sent trough BlackBerry®

16 November 2010

Daging kurban oke, bukan daging lebih oke

Iman D. Nugroho


"Gimana, jadi berkurban sapi?" tanya seorang kawan melalui pesan pendek. "Jadi, tapi uangku tidak cukup untuk patungan membeli sapi," jawabku. "Tidak apa-apa, asalkan ikhlas," jawabnya. "Apakah berkurban harus selalu dengan daging?"


Bila Idul Adha diartikan dengan semangat untuk saling berbagai antara si kaya dan si miskin, maka harus pula diterjemahkan dengan bentuk saling berbagi itu. Karena, akan sangat disayangkan, bila semangat yang mulia itu justru berakhir dengan kesia-siaan.

Eits,..jangan terburu-buru untuk tidak setuju dengan kata "kesia-siaan". Apalagi membenturkannya dengan proses atau ritual peribadahan. Karena "kesia-siaan" yang dimaksud di sini sama sekali tidak memiliki dimensi vertikal (baca: hubungan mahkluk dengan Tuhannya). Namun, lebih pada hubungan horisontal atau manusia dengan manusia lainnya.

Coba kita evaluasi Idul Adha yang terjadi di lingkungan kita. Saat itu, binatang ternak (kambing, sapi, kuda bahkan onta), disembelih. Dagingnya dibagikan. Orang yang miskin dan sangat membutuhkan, menjadi obyek pembagian daging kurban.

Yang terjadi kemudian, mayoritas orang akan akan daging di hari itu. Untuk pemilik kulkas, dagingnya akan disimpan untuk dimakan beberapa hari kemudian. Lalu apa? Apakah tidak ada mekanisme lain yang membuat kurban bisa lebih berefek jangka panjang?

Contoh sederhananya adalah mengumpulkan uang kurban menjadi modal usaha. Dan kemudian dibagikan kepada orang-orang miskin, atau yang membutuhkan. Agar tetap menjadi "kail", uang (baca: modal) itu setidaknya dirupakan usaha atau fasilitas. Atau, setidaknya membagikan dalam bentuk uang cash.

Adalah menjadi pilihan penerima daging kurban untuk mengolahnya. Bisa untuk membayar sekolah, menabung atau hal lain yang lebih berguna ketimbang daging 2,5 kg. Tertarik? Atau tetap ingin memberi daging pada si miskin?