Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

09 November 2010

Kemungkinan Merapi dari orang "gila"

Iman D. Nugroho

Laki-laki ini mengaku "gila". Namun komentarnya tentang apa yang terjadi di Gunung Merapi dalam waktu dekat ini, sepertinya perlu didengar, meski tak harus dipercayai. "Korbannya meninggal dunia mungkin mencapai 3000-4000 orang," kata orang yang Saya temui di Yogyakarta baru-baru ini. Berikut ini penuturannya:

Lebih baik Saya katakan di awal, apa yang saya katakan ini adalah perkataan orang gila. Karena orang tidak akan percaya. Mungkin, untuk orang yang mengetahuinya pun, tidak akan mengatakannya.

Jadi, menurut Saya, Merapi saat ini sedang menunggu waktu untuk meletus hebat. Tanda-tanda itu sudah terlihat. Seperti menurunnya laut selatan sedalam 13 meter. Kemana airnya? Airnya sudah terserap oleh pori-pori bumi untuk "mengisi" rongga-rongga di bawah Merapi. Perlu tekanan yang berbeda untuk meletus secara hebat.

Ini adalah siklus 70 tahunan yang digabungkan dengan siklus 4 tahunan, yang menghasilkan tertimbunga Candi Borobudur untuk kedua kalinya. Dan tentu saja akan berdampak pada Yogyakarta. Korban meninggal dunia mungkin mencapai 3000-4000 orang.

Merapi, mengapa kau diam?

Iman D. Nugroho

Gunung Merapi mendadak tidak menunjukkan aktivitas pada Senin (8/11) malam hingga Selasa (9/11) dini hari. Tidak ada gemuruh, tidak ada lontaran lava pijar, dan semburan debu vulkanik seperti yang berhari-hari terjadi. Keadaan ini justru membahayakan, karena energi di perut Merapi tidak keluar.


Pantauan kondisi merapi dari pos warga di Universitas Islam Indonesia (UII), Kaliurang, yang berjarak sekitar 17 KM dari puncak Gunung Merapi, sama sekali tidak terdengar gemuruh. Termasuk tidak terlihat adanya semburan dari puncaknya. "Kalau seperti ini, Saya malah khawatir," kata salah satu petugas keamaanan yang juga penduduk setempat.

Hal yang sama pernah dikatakan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Surono. Gunung setinggi 2968 meter itu memang harus mengeluarkan energi yang dihasilkan oleh dapur magma di dalam perutnya, dalam bentuk asap dan sesekali disertai gemuruh.

Bila hal itu tidak terjadi, maka energi yang tertumpuk akan berada di dalam perut gunung. Bukan tidak mungkin, hal itu bisa menyebabkan letusan besar. Penjelasan yang sama juga berlaku untuk gunung aktif lain di seluruh belahan bumi.

Sementara itu, informasi yang sempat beredar di masyakarat melalui pesan singkat, tentang kemungkinan adanya letusan besar pada 8 November dengan efek sampai radius 60 KM, terbukti isapan jempol belaka.

08 November 2010

Mahasiswa 'dodol' di pos terakhir Kaliurang

Iman D. Nugroho

Jujur, saya tidak suka waktu memulai cerita ini, mengingat mahasiswa harusnya lebih dari sekedar yang ada di cerita ini.

Bintang di langit Kaliurang, DIY masih tersembunyi di balik mendung, Minggu (7/11). Mendung yang sama itu yang menutupi puncak Gunung Merapi. Membuat pengamatan semburan lava dan debu vulkanik, sedikit terhambat.

Beberapa menit lepas tengah malam, datanglah empat mahasiswa ke pos terakhir yang juga titik penutupan jalan itu di KM 14. Masyarakat setempat yang melihat itu, segera menghentikan mobil yang sedang melaju.

Usut punya usut, mahasiswa ini ingin ke kawasan Kaliurang atas. "Kami ingin survey lokasi, akan ada acara dengan mahasiwa baru di Kaliurang," katanya. Warga keheranan dan menjelaskan bahwa Kaliurang sedang ditutup karena menjadi area berbahaya pasca meletusnya Merapi.

Mahasiswa itu ngeyel. Dengan pandangan tajam di balik rambut model Charlie ST12, dia kembali lagi menjelaskan maksud kedatangannya. Mereka mengaku tidak tahu sama sekali, tentang daerah berbahaya dan kondisi Merapi belakangan.

Setelah meminta mahasiswa itu turun dari mobil, masyarakat menceritakan apa yang terjadi. Mahasiswa itu melongo tanda heran. "Mana sih Puncak Merapinya, gue nggak kelihatan," kata seorang mahasiswa bercelana panjang ketat. Beberapa menit kemudian, mereka pergi.

Dasar dodol!
Sent trough BlackBerry®

07 November 2010

Ketika jantung pengungsi laki-laki itu berhenti berdetak,..

Iman D. Nugroho

Kerumunan pengungsi di selasar timur Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY, terbelah. Beberapa pasukan TNI bergerak cepat sambil mendorong ranjang RS berisi tubuh laki-laki tua. Soekiran, terpeleset jatuh di sungai belakang Stadion, dan masuk ke gorong-gorong. Jantungnya bergenti berdetak

Soekiran adalah warga Desa Manggung, Cangkringan, yang sedang mengungsi di Stadion Maguwoharjo. Minggu (7/11) itu, laki-laki setengah baya itu berniat mandi di sungai, lantaran kamar mandi stadion sedang ramai dan harus mengantri. Saat sedang mandi itulah, Soekiran terpeleset, dan jatuh ke gorong-gorong di bawah jembatan.

Pengungsi lain yang mengetahui hal itu segera memberi tahu salah satu pasukan Batalyon, Infranti 403 yang sedang berjaga. Pertolongan pun dilakukan. Saat berhasil diangkat, jantung laki-laki itu sudah berhenti berdetak.

Dokter dari tim Jawa Timur ambil bagian untuk memulihka kondisi Soekiran. Aksi CPR pun dilakukan. Setelah beberapa kali tidak ada reaksi, tim dokter menggunakan alat kejut jantung portable. Tubuh Soekiran tersentak. Tetap tidak ada reaksi. Kembali CPR dilakukan. Kakak Soekiran, Sabat, duduk lemas di kursi pojokan. Dia sibuk mengusap air mata yang terus mengalir.

Dalam kejutan ketiga alat kejut jantung, kembali membuat jantung Soekiran berdetak. "Kita berhasil menyelamatkannya," kata Dr. Boedi Sasotya, anggota tim dokter yang melakukan penyelamatan. Soekiran pun dirujuk ke RS. Dr. Sardjito.

Isu mengerikan yang belum tentu benar

Iman D. Nugroho

Meletusnya Gunung Merapi, diwarnai dengan serbuan isu-isu yang sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya. Salah satunya, isu tentang letusan dahsyat yang terjadi pada 8 Nopember besok.

"Baru saja dilaporkan hasil penelitian oleh team vulkanologi dunia, letusan dengan VEI-4 sangat mungkin terjadi pada malam ini hingga tanggal 8/11," demikian tertulis dalam SMS yang beredar belakangan.

Semenjak diteliti pada tahun 1996, demikian isu itu, para vulkanologi mengumpulkan beberapa data tentang meletusnya Merapi.

Semenjak tahun 1996, kawah gunung Merapi mendeformasi selebar hingga 72cm/harinya. Gunung Merapi mulai meletus pada tanggal 26/10 sampai 5/11, dan puncaknya pada malam ini hingga tanggal 8/11.

Dikhawatirkan, kawah bekas letusan dari tahun 1400 hingga 2006 akan aktif kembali, sehingga memperbesar letusan gunung merapi. Dapur magma sedalam 15 KM dari perut bumi sudah siap menyemburkan sebanyak lebih dari 400 juta meter kubik lava yang akan menyembur setinggi 3000 meter dari puncak Merapi.

Diperkirakan radius 60 KM (termasuk Yogjakarta) dari puncak Merapi akan mencapai fatality 100%. Selain itu, awan panas semburan gunung berapi akan mencapai radius 600km dari puncak Merapi.

Benarkah?
Sent trough BlackBerry®

Hidup bersama pengungsi Merapi

Iman D. Nugroho

Aku terbangun! Dengan rasa kantuk yang belum hilang benar, kuperiksa tas, dompet, kamera, laptop dan pernak-pernik lain, untuk memastikan semua masih ada di tempatnya. Semua utuh.

Minggu (7/11) ini, ruang pengungsi Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jawa Tengah yang awalnya diisi 20 orang itu, pagi ini tinggal dua gelintir saja.

Kebanyakan, pengungsi itu menuju ke ruang logistik. Untuk mengantri mie instan, air mineral dan kebutuhan lain yang dibagikan secara gratis.

Sejak Sabtu, aku memilih bergabung "hidup" dengan para 21 ribu pengungsi di stadion itu. Untuk merasakan, apa yang mereka rasakan.

Guyup. Itu kesan yang terasa. Kesamaan nasib, membuat para pengungsi bahu membahu untuk saling menolong. Para relawan dan pasukan TNI yang ada di lokasi, menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Dini hari tadi, Merapi sempat kembali unjuk gigi. Beberapa kali dentuman terdengar, disusul dengan debu yang mengguyur tempat pengungsian. Minggu ini, Presiden SBY kabarnya akan mengunjungi tempat ini.
Sent trough BlackBerry®