Iman D. Nugroho
Cerita ini mungkin sangat biasa untuk sebagian orang, namun sangat menyentak untuk sebagian orang lain. Aku, termasuk golongan yang kedua. Bagaimana bisa, preman menjadi sangat berkuasa di sebuah daerah, bahkan lebih berkuasa dari satpam dan polisi sekalipun?
Singkat cerita, waktu untuk pindah rumah pun tiba. Keluarga Andi, sebut saja begitu, menyewa mobil pick up dan mengangkut semua barang-barang miliknya di rumah kontrakannya di Tangerang Selatan, untuk pindah ke rumah barunya di kawasan Jombang, juga di Tangerang Selatan.
"Tolong didampingi ya, karena satpamnya biasa meminta uang Rp.350 ribu, sebagai ongkos pindahan," kata Anisa, istri Andi. "Saya sih biasanya ngeyel, tidak mau membayar, tapi Mas Andi malas ribut, dan memilih untuk membayar," tambahnya.
Entah bagaimana awalnya, satpam di perumahan barunya sangat berkuasa, bahkan untuk meminta uang dari penghuni barunya. Tidak hanya itu, ketika pihak developer melakukan pembangunan pun, satpam di perumahan yang sama meminta uang. Bila truk baru bata melintas dengan membawa batu bata misalnya, uang "pajak" yang diminta dihitung perbatu bata.
Sebelumnya, hal yang sama dialami keluarga Andi saat melakukan pengeboran air di rumahnya. Pihak satpam pun meminta sejumlah uang senilai Rp.150 ribu. Penduduk yang lain pun, sampai kini masih belum "berani" pindah rumah dengan membawa kasur spring bed dan sofa, karena palakan yang tidak masuk akal dari sang satpam.
Ternyata, tidak cuma satpam, preman kampung sekitar pun berkolaborasi dengan sang satpam untuk meminta uang. Dengan dalih ongkos kuli angkut untuk barang yang baru datang, preman-preman itu menebar keresahan bila ada penolakan. "Kalau tidak memakai kuli angkut dari kami (preman kampung-red), nanti malam pasti kita 'kerjain'," kata preman itu pada sopir pick up yang disewa Andi.
Dengan berat hati, Andi pun merogoh kocek untuk membayar preman kuli angkut itu, dan langsung membuat preman yang mengenakan topi dan jaket seragam organisasi berbasis kedaerahakan di Jakarta itu pergi. Tidak lama berselang, datang lagi preman kuli angkut, melakukan hal yang sama. "Sudah (diberiakan) tadi," katanya.
Sampai kapan premanisme perumahan itu akan terus terjadi?
31 Oktober 2010
30 Oktober 2010
1001 selimut untuk Merapi dan Mentawai
1001 SELIMUT untuk MERAPI dan MENTAWAI
Transmania
Karena kami yakin 1 SELIMUT
yg kami sumbangkan dg segenap hati dapat menghangatkan para pengungsi di dinginnya lantai-lantai pengungsian yang harus mereka jalani.
Awalnya kami akan menunggu terkumpul 1001 Selimut untuk kemudian kami kirimkan ke relawan Transmania di lokasi bencana..
Namun setelah menerima sms tadi sore kami mempercepat pengiriman selimut berapapun jumlah yg terkumpul tanpa harus menunggu banyak krn sms tersebut membuat hati kita semakin trenyuh dg keadaan saudara-saudara kita disana.
Hari ini, Sabtu, 30 Oktober 2010 pukul 12.00 WIB kami akan mengirimkan selimut ke lokasi bencana, bila teman-teman ingin berpartisipasi agar jumlah selimut yg kami kirim semakin bertambah banyak, kami nantikan donasi Rp. 20 rb teman-teman untuk 1 selimut bagi pengungsi.
Kami sediakan pin amal transmania bagi para donatur yg telah berpartisipasi dlm aksi 1001 SELIMUT untuk MERAPI dan MENTAWAI ini.
Informasi No Rek donasi;
Era Laras - Transmania Jakarta
Hp :083891116360
Borzag - Transmania Jakarta
0818994667
Arief - Transmania Palembang
Hp :085764447574
Tria - Transmania Makassar
Sent trough BlackBerry®
Transmania
Karena kami yakin 1 SELIMUT
yg kami sumbangkan dg segenap hati dapat menghangatkan para pengungsi di dinginnya lantai-lantai pengungsian yang harus mereka jalani.
Awalnya kami akan menunggu terkumpul 1001 Selimut untuk kemudian kami kirimkan ke relawan Transmania di lokasi bencana..
Namun setelah menerima sms tadi sore kami mempercepat pengiriman selimut berapapun jumlah yg terkumpul tanpa harus menunggu banyak krn sms tersebut membuat hati kita semakin trenyuh dg keadaan saudara-saudara kita disana.
Hari ini, Sabtu, 30 Oktober 2010 pukul 12.00 WIB kami akan mengirimkan selimut ke lokasi bencana, bila teman-teman ingin berpartisipasi agar jumlah selimut yg kami kirim semakin bertambah banyak, kami nantikan donasi Rp. 20 rb teman-teman untuk 1 selimut bagi pengungsi.
Kami sediakan pin amal transmania bagi para donatur yg telah berpartisipasi dlm aksi 1001 SELIMUT untuk MERAPI dan MENTAWAI ini.
Informasi No Rek donasi;
Era Laras - Transmania Jakarta
Hp :083891116360
Borzag - Transmania Jakarta
0818994667
Arief - Transmania Palembang
Hp :085764447574
Tria - Transmania Makassar
Sent trough BlackBerry®
Lupakan Marzuki Alie, bantu korban bencana alam
Iman D. Nugroho
"Sabtu pagi yang keliru." Kata seorang kawan dalam status Facebooknya. Entah, apa yang melatar belakangi hadirnya status itu. Namun bagiku, memang Sabtu pagi ini, Sabtu yang keliru.
Setidaknya, itu yang tampak dalam siaran televisi tentang bencana alam. Bukan hanya cerita tentang penanganan bencana di dua tempat, Pulau Mentawai dan Gunung Merapi, melainkan "kekeliruan" lain: letusan selama 1 jam terturut-turut.
Kawan lain di lingkungan istana mengabarkan, karena meningkatnya aktivitas itu, bandara Adi Sucipto di Yogjakarta, ditutup karena abu Merapi yang menutupi langit di atasnya.
Penduduk di lereng Merapi yang sempat kembali ke kampungnya, setelah mengungsi karena letusan awal beberapa hari lalu, kembali tunggang langgang menyelamatkan diri. Awas Merapi!
"Kekeliruan" lain, adalah Marzuki Alie! Komentar Ketua DPR dari Partai Demokrat itu tiba-tiba mengiang di kepala. Kalau sebelumnya dia meremehkan kondisi Kepulauan Mentawai yang porak poranda karena Tsunami dengan 400 lebih korban meninggal.
Apakah Marzuki akan kembali meremehkan G. Merapi? Tiba-tiba kejengkelan datang. Hmm,.. Sudahlah, lupakan Marzuki a lie eh,.. Alie dan mari bahu membahu kembantu korban bencana.
Sent trough BlackBerry®
"Sabtu pagi yang keliru." Kata seorang kawan dalam status Facebooknya. Entah, apa yang melatar belakangi hadirnya status itu. Namun bagiku, memang Sabtu pagi ini, Sabtu yang keliru.
Setidaknya, itu yang tampak dalam siaran televisi tentang bencana alam. Bukan hanya cerita tentang penanganan bencana di dua tempat, Pulau Mentawai dan Gunung Merapi, melainkan "kekeliruan" lain: letusan selama 1 jam terturut-turut.
Kawan lain di lingkungan istana mengabarkan, karena meningkatnya aktivitas itu, bandara Adi Sucipto di Yogjakarta, ditutup karena abu Merapi yang menutupi langit di atasnya.
Penduduk di lereng Merapi yang sempat kembali ke kampungnya, setelah mengungsi karena letusan awal beberapa hari lalu, kembali tunggang langgang menyelamatkan diri. Awas Merapi!
"Kekeliruan" lain, adalah Marzuki Alie! Komentar Ketua DPR dari Partai Demokrat itu tiba-tiba mengiang di kepala. Kalau sebelumnya dia meremehkan kondisi Kepulauan Mentawai yang porak poranda karena Tsunami dengan 400 lebih korban meninggal.
Apakah Marzuki akan kembali meremehkan G. Merapi? Tiba-tiba kejengkelan datang. Hmm,.. Sudahlah, lupakan Marzuki a lie eh,.. Alie dan mari bahu membahu kembantu korban bencana.
Sent trough BlackBerry®
Membaca "kitab basah" berulang-ulang
Iman D. Nugroho
Jumat malam. Hari belum berganti ketika tiba-tiba teringat kenyataan yang terbentang. Jejak-jejak kehidupan dalam "ayat-ayat" Kitab Basah, seakan tiada henti terbacakan dalam perjalanan panjang kehidupan. Ada dosa, ada pahala, tanpa ukuran lain di antaranya. Aku melihat, ayat dosa tak berhenti mewarnai masa laluku.
Malam semakin dekat, mengantarkan Jumat menuju Sabtu. Kali ini urusan dosa menjadi persoalan utama. Ada kekhawatiran. "Bagaimana cara menghapusnya? Apakah hal ini juga yang akan menjadi bahan bakar di neraka nanti?" Dan hujan deras tanya lainnya. "Tidak ada yang tahu rahasia Tuhan, bisa jadi pemberian dosa adalah manivestasi kasih sayang Tuhan, agar manusia bisa belajar," kata Pak Kyai suatu malam.
Begitukah? Entahlah. Buah pelajaran kitab basah kehidupan, memang luar biasa. Membenturkan lika liku kehidupan menjadi sebuah pelajaran yang bisa dimaknai. Kemudian dipandang sebagai sesuatu yang harus terjadi. Hebatnya, dalam pelajaran yang tidak selalu menyenangkan ini, memposisikan kita, para pembaca ayat-ayat kitab bahasa, sebagai salah satu bagian dari "ayat"-nya.
Hal yang sama, juga terjadi dalam hal bernama pahala. Tidak seperti kitab-kitab yang sudah ada, pahala tidak begitu "terasa", apalagi untuk terus diingat. Biarlah mengalir, melesat, atau mengalun seperlunya, "Bukankah kebaikan itu akan semakin berkurang, namun perlu kembali dikuras otoritas,"
Proses ini terus berlangsung,.
Sent trough BlackBerry®
Jumat malam. Hari belum berganti ketika tiba-tiba teringat kenyataan yang terbentang. Jejak-jejak kehidupan dalam "ayat-ayat" Kitab Basah, seakan tiada henti terbacakan dalam perjalanan panjang kehidupan. Ada dosa, ada pahala, tanpa ukuran lain di antaranya. Aku melihat, ayat dosa tak berhenti mewarnai masa laluku.
Malam semakin dekat, mengantarkan Jumat menuju Sabtu. Kali ini urusan dosa menjadi persoalan utama. Ada kekhawatiran. "Bagaimana cara menghapusnya? Apakah hal ini juga yang akan menjadi bahan bakar di neraka nanti?" Dan hujan deras tanya lainnya. "Tidak ada yang tahu rahasia Tuhan, bisa jadi pemberian dosa adalah manivestasi kasih sayang Tuhan, agar manusia bisa belajar," kata Pak Kyai suatu malam.
Begitukah? Entahlah. Buah pelajaran kitab basah kehidupan, memang luar biasa. Membenturkan lika liku kehidupan menjadi sebuah pelajaran yang bisa dimaknai. Kemudian dipandang sebagai sesuatu yang harus terjadi. Hebatnya, dalam pelajaran yang tidak selalu menyenangkan ini, memposisikan kita, para pembaca ayat-ayat kitab bahasa, sebagai salah satu bagian dari "ayat"-nya.
Hal yang sama, juga terjadi dalam hal bernama pahala. Tidak seperti kitab-kitab yang sudah ada, pahala tidak begitu "terasa", apalagi untuk terus diingat. Biarlah mengalir, melesat, atau mengalun seperlunya, "Bukankah kebaikan itu akan semakin berkurang, namun perlu kembali dikuras otoritas,"
Proses ini terus berlangsung,.
Sent trough BlackBerry®
05 Oktober 2010
Papua dan Papua Barat Perlu Peta Kebencanaan Termutakhir
Press Release
Menyusul terjadinya banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat diminta menyiapkan peta kebencanaan termutakhir sehingga segala potensi kebencanaan di dua provinsi tersebut dapat diidentifikasi dengan tepat. Identifikasi dini terhadap potensi bencana juga akan memberikan kemudahan terhadap upaya mitigasi bencana di wilayah paling timur itu.
Menyusul terjadinya banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat diminta menyiapkan peta kebencanaan termutakhir sehingga segala potensi kebencanaan di dua provinsi tersebut dapat diidentifikasi dengan tepat. Identifikasi dini terhadap potensi bencana juga akan memberikan kemudahan terhadap upaya mitigasi bencana di wilayah paling timur itu.
05 September 2010
Presiden Ajak Pakar dan LSM Bicarakan Perpindahan Ibukota
Press Release
Wacana perpindahaan ibukota yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat buka bersama KADIN di Jakarta, 3 September lalu, segera ditindaklanjuti dengan berbagai langkah strategis oleh Kementerian dan Lembaga terkait.
“Presiden mengharapkan adanya konsolidasi yang intens antara Kementerian dan Lembaga untuk menyatukan rumusan kajian mengenai perpindahakan ibukota. Semua dokumen yang telah diselesaikan, seperti asessment awal, berbagai kajian tata ruang yang terkait dengan ibukota Jakarta, serta kajian terhadap opsi-opsi alternatif ibukota akan dikerucutkan,” ujar Velix Wanggai.
Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah memetakan adanya tiga skenario perpindahan ibukota.
Skenario pertama adalah skenario realistis, dimana Ibukota tetap di Jakarta, namun dengan pilihan kebijakan untuk menata, membenahi, dan memperbaiki berbagai persoalan Jakarta, seperti kemacetan, urbanisasi, degradasi lingkungan, kemiskinan urban, banjir, maupun tata ruang wilayah.
“Kebijakan ini harus diikuti dengan desentralisasi fiskal dan penguatan otonomi daerah untuk mengurangi kesenjangan antar daerah,” katanya.
Skenario kedua adalah skenario moderat. Dalam konteks ini, Presiden menawarkan agar pusat pemerintahan dipisahkan dari ibukota negara. Artinya, Jakarta akan tetap diletakkan sebagai ibukota negara karena faktor historis, namun pusat pemerintahan akan digeser atau dipindahkan ke lokasi baru. Karena itu, dibutuhkan kajian yang komprehensif perihal berbagai opsi lokasi dari pusat pemerintahan baru ini.
“Tentu saja, perlu dipertimbangan faktor jarak antara Jakarta sebagai ibukota dan pusat pemerintahan baru, khususnya terkait dengan infrastruktur wilayah, jaringan transportasi yang terpadu, serta prasarana pendukung lainnya,” lanjutnya.
Sedangkan skenario ketiga adalah skenario ideal yang bersifat radikal. Dalam opsi ini, negara membangun ibukota negara yang baru dan menetapkan pusat pemerintahan baru di luar wilayah Jakarta, sedangkan Jakarta hanya dijadikan sebagai pusat bisnis.
“Skenario radikal itu memerlukan strategi perencanaan yang komprehensif dengan berbagai opsi penentuan calon ibukota baru,“ jelas Velix.
Meskipun kajian mengenai perpindahan ibukota yang dilakukan pemerintah telah berjalan, Presiden tetap mengajak para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, dunia usaha, kalangan universitas, dan lembaga swadaya masyarakat, untuk memberikan masukan bagi penyempurnaan kajian-kajian yang dilakukan oleh pemerintah.
“Presiden terbuka apabila para pakar dan lembaga swadaya masyarakat ingin menyampaikan kajian yang telah mereka selesaikan secara mandiri. Intinya, pemerintah ingin agar proses menuju perencanaan perpindahan ibukota dilakukan secara partisipatif,” lajutnya.
Velix mencontohkan, kajian yang dilakukan Tim Visi 2033 dibawah Andrinof Chaniago, akademisi Universitas Indonesia, sebagi salah satu masukan penting untuk melengkapi kajian-kajian yang telah dilakukan oleh jajaran pemerintah. Dalam kajiannya, Andrinof dan kawan-kawan merekomendasikan perpindahan ibukota ke Palangkaraya.
Wacana perpindahaan ibukota yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat buka bersama KADIN di Jakarta, 3 September lalu, segera ditindaklanjuti dengan berbagai langkah strategis oleh Kementerian dan Lembaga terkait.
“Presiden mengharapkan adanya konsolidasi yang intens antara Kementerian dan Lembaga untuk menyatukan rumusan kajian mengenai perpindahakan ibukota. Semua dokumen yang telah diselesaikan, seperti asessment awal, berbagai kajian tata ruang yang terkait dengan ibukota Jakarta, serta kajian terhadap opsi-opsi alternatif ibukota akan dikerucutkan,” ujar Velix Wanggai.
Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah memetakan adanya tiga skenario perpindahan ibukota.
Skenario pertama adalah skenario realistis, dimana Ibukota tetap di Jakarta, namun dengan pilihan kebijakan untuk menata, membenahi, dan memperbaiki berbagai persoalan Jakarta, seperti kemacetan, urbanisasi, degradasi lingkungan, kemiskinan urban, banjir, maupun tata ruang wilayah.
“Kebijakan ini harus diikuti dengan desentralisasi fiskal dan penguatan otonomi daerah untuk mengurangi kesenjangan antar daerah,” katanya.
Skenario kedua adalah skenario moderat. Dalam konteks ini, Presiden menawarkan agar pusat pemerintahan dipisahkan dari ibukota negara. Artinya, Jakarta akan tetap diletakkan sebagai ibukota negara karena faktor historis, namun pusat pemerintahan akan digeser atau dipindahkan ke lokasi baru. Karena itu, dibutuhkan kajian yang komprehensif perihal berbagai opsi lokasi dari pusat pemerintahan baru ini.
“Tentu saja, perlu dipertimbangan faktor jarak antara Jakarta sebagai ibukota dan pusat pemerintahan baru, khususnya terkait dengan infrastruktur wilayah, jaringan transportasi yang terpadu, serta prasarana pendukung lainnya,” lanjutnya.
Sedangkan skenario ketiga adalah skenario ideal yang bersifat radikal. Dalam opsi ini, negara membangun ibukota negara yang baru dan menetapkan pusat pemerintahan baru di luar wilayah Jakarta, sedangkan Jakarta hanya dijadikan sebagai pusat bisnis.
“Skenario radikal itu memerlukan strategi perencanaan yang komprehensif dengan berbagai opsi penentuan calon ibukota baru,“ jelas Velix.
Meskipun kajian mengenai perpindahan ibukota yang dilakukan pemerintah telah berjalan, Presiden tetap mengajak para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, dunia usaha, kalangan universitas, dan lembaga swadaya masyarakat, untuk memberikan masukan bagi penyempurnaan kajian-kajian yang dilakukan oleh pemerintah.
“Presiden terbuka apabila para pakar dan lembaga swadaya masyarakat ingin menyampaikan kajian yang telah mereka selesaikan secara mandiri. Intinya, pemerintah ingin agar proses menuju perencanaan perpindahan ibukota dilakukan secara partisipatif,” lajutnya.
Velix mencontohkan, kajian yang dilakukan Tim Visi 2033 dibawah Andrinof Chaniago, akademisi Universitas Indonesia, sebagi salah satu masukan penting untuk melengkapi kajian-kajian yang telah dilakukan oleh jajaran pemerintah. Dalam kajiannya, Andrinof dan kawan-kawan merekomendasikan perpindahan ibukota ke Palangkaraya.