Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

29 Mei 2010

Caci-maki dalam peringatan empat tahun Lumpur Lapindo

Iman D. Nugroho (text), Fully Syafi (foto)

Peringatan empat tahun semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo dipenuhi dengan caci maki kepada Lapindo dan pemerintah, Sabtu (29/5) ini. Diselingi aksi teatrikan, korban lumpur membuat ogoh-ogoh, menyusungnya dan menenggelamkan ke lumpur. "Selama empat tahun saya sudah hidup menderita," demikian tertulis di salah satu poster yang mereka bawa.

Satpam Konjen AS Interogasi Wartawan Surabaya Post

Iman D. Nugroho, Press Release

Petugas keamanan Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Surabaya main tangkap kepada wartawan foto Surabaya Post, Iwan Heriyanto. Manajemen Surabaya Post pun menyampaikan surat keberatan resmi kepada Konjen AS.

’’Hari ini, kami mengirim surat keberatan resmi kepada Konjen AS. Wartawan bertugas dilindungi UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999, jangan main tangkap. Security Konjen AS telah melecehkan profesi wartawan,’’ kata Mohammad Hakim, Redaktur Pelaksana Surabaya Post, di Surabaya, Sabtu (29/5).



Tembusan surat keberatan kepada Konjen AS, kata Hakim, juga ditembuskan kepada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) Jawa Timur, Polda Jawa Timur, Polwil Surabaya, dan Dewan Pers di Jakarta.

Penangkapan itu dilakukan Kamis (27/5) pukul 17.25 WIB ketika Iwan melaksanakan tugas dari kantornya untuk memotret Kantor Wismilak Jl Raya Darmo sebagai salah satu gedung cagar budaya di Surabaya yang masih eksis. Sebelumnya, Iwan juga memotret cagar budaya Kantor PTPN XI di Jl. Merak dan Kantor Bank Mandiri Jl. Pahlawan.

’’Foto-foto itu akan kami muat untuk halaman RANA edisi Minggu (30/5), tema yang kami sesuaikan dengan HUT ke-717 Surabaya yang jatuh pada 31 Mei 2010 lusa,’’ ujar Hakim.
Guna mendapatkan komposisi foto Kantor Wismilak yang bagus, Iwan memilih waktu senja hari.

Sudut pemotretaan pun dia pilih dari arah tengah perempatan Jl Raya Darmo-Jl dr. Soetomo-Jl. Polisi Istimewa. Sambil berdiri di bawah lampu penerangan, Iwan membidikkan kameranya ke Kantor Wismilak.

Sekitar 20 menit berdiri dan beberapa kali memotret, datang petugas security Konjen AS berpakaian krem kecokelatan didampingi seorang anggota Brimob berseragam. Mereka menggiring Iwan ke pos polisi terdekat.

’’Kalau memotret Gedung Wismilak, Anda tak boleh memotret ke arah jalan menuju Konjen AS (arah Jl dr. Soetomo, red). Lebih baik memotret dari samping pos polisi agar fokus kamera tak ke arah jalan menuju Konjen,’’ ujar security Konjen AS bernama Ronny C. Kolibu.

Iwan protes bahwa tempat dia berdiri dan memotret adalah jalan umum. Fokus pemotretan pun Gedung Wismilak, bukan jalan ke arah Konjen AS. Kalau kemudian jalan ke arah Konjen AS kena potret, itu wajar dan bukan kesengajaan. ’’Tempat saya mengambil gambar itu kan bukan kawasan Konjen AS. Lagipula kalau ada demo-demo wartawan juga boleh memotret. Tidak ada larangan,’’ protes Iwan.

Namun, Ronny bersikukuh bahwa Iwan telah terpantau kamera Konjen AS. Ronny lalu menyuruh Iwan berdiri untuk dipotret. ’’Saya berdiri didampingi security Konjen AS itu lalu difoto anggota Brimob itu dengan kamera digital. Setelah itu, KTP dan kartu pers saya juga difoto. Katanya untuk data,’’ ujar Iwan.

Namun demikian, foto Iwan tidak disita. Ronny hanya berpesan agar fotonya di-croping agar gambar jalan ke Konjen AS tidak kelihatan. Atas kejadian itu, manajemen Surabaya Post protes dan menyampaikan protes dan keberatan resmi kepada Konjen AS.

*foto by detik.com

Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: [email protected] |

28 Mei 2010

Anugerah dan petaka sepakbola Jawa Timur

Jojo Raharjo (text), youtube (video)

Bahwa Jawa Timur mendominasi sepakbola nasional tentu bukan hal baru lagi. Dalam sejarah 15 musim Liga Indonesia sejak pertama digelar di Indonesia, dua tim asal Jatim dua kali merebut juara (Persebaya Surabaya pada 1997 dan 2004 serta Persik Kediri pada 2003 dan 2006). Rekor dua kali juara ini hanya bisa disamai Persipura Jayapura (2005 dan 2009).

Selain Persebaya dan Persik, dua tim Jatim lain yang sukses mencicipi gelar juara yakni Petromia Putra Gresik 2002 dan Arema Malang pada musim 2009/2010 yang berakhir pada Minggu, 30 Mei ini. Ya, Arema Malang, kini dikenal sebagai Arema Indonesia, adalah fenomena.



Berangkat mengikuti kompetisi musim ini dengan terseok-seok, setelah penyandang utamanya PT Bentoel Investama Tbk. mengurangi subsidi drastis dari Rp 20 miliar menjadi Rp 7,5 miliar, Arema mengakhiri kompetisi dengan mencengangkan. Bentoel, pabrik rokok di Karanglo, Malang itu sebelumnya 6 musim menjadi sponsor utama Arema.

Namun, tahun lalu mereka mengambil keputusan drastis setelah holding Bentoel (Grup Rajawali) menjual sebagian besar kepemilikan sahamnya ke PT British Ardath Tobacco (BAT) yang dalam prinsip internasionalnya tidak memperbolehkan perusahaan itu menyumbang dana ke klub olahraga.

Pindah tangan

Maka, sejak 2009 lalu, kepemilikan Arema berpindah tangan dari Bentoel ke sebuah konsorsium, yang terdiri dari individu pejabat dan pengusaha Malang. Klub yang berdiri 11 Agustus 1987 ini tetap mempertahankan tradisi tidak menerima dana dari APBD. Maka, supporter fanatiknya pun, dikenal dengan nama Aremania, menjadi sangat anti terhadap klub “plat merah” terutama kepada saudara sekotanya, Persema Malang.

Namun, siapa sangka dengan segala keterbatasan itu Arema justru sukses menjadi juara musim ini. Arema memastikan gelar pada Rabu 26 Mei, pada pertandingan ke-33 mereka saat menahan tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-1. Dengan nilai 70, nilai Arema tak mungkin terkejar oleh saingan terdekatnya Persipura Jayapura, meski sama-sama menyisakan satu pertandingan.

Partai tersisa Arema melawan Persija Jakarta, Minggu 30 Mei pun menjadi selebrasi ribuan Aremania yang berbondong-bondong datang ke ibukota, bereuforia menjadi klub keempat Jatim sebagai Juara Liga Indonesia.

Sukses lain

Sukses Arema diikuti kabar gembira lain, yakni naik kastanya Persibo Bojonegoro dan Deltras Sidoarjo ke Liga Super, sebagai kasta tertinggi pentas sepakbola Indonesia. Dalam semifinal Divisi Utama di Solo, Kamis (27/5) Persibo menyingkirkan Persiram Raja Ampat 1-0 sementara Deltras mengakhiri mimpi Semen Padang dengan 4-2 lewat drama adu penalti.

Lain Arema, Persibo dan Deltras yang berpesta, lain pula nasib Persebaya dan Persik Kediri. Dua tim ini justru nasibnya memprihatinkan. Persik dipastikan terdegradasi alias turun kasta ke Divisi Satu musim depan. Sementara itu, nasib Persebaya menunggu partai terakhir mereka di kandang Bontang FC (30/5) dan pertandingan tunda melawan Persik Kediri, untuk memastikan apakah tim “Bajul Ijo” bertahan di Liga Super, degradasi ke Divisi Utama.



Unik

Sepakbola Indonesia memang unik. Arema dikabarkan berjaya karena tak lepas dari pengaruh para petinggi PSSI yang “bermain” di dalamnya. Beberapa orang besar PSSI macam Nurdin Halid dan Andi Darussalam dikabarkan bercokol ikut memiliki Arema secara diam-diam. Maka, dengan materi pemain rata-rata, mereka bisa mencetak poin tertinggi.

Tidak hanya itu, Arema mencatat rekor kemenangan tandang terbanyak, 8 kali, di antara 18 tim Liga Super. Asal tahu saja, karena berbagai faktor non teknis, di Indonesia susah sekali sebuah tim menang di kandang lawan.

Untuk memuluskan keinginan Arema menjadi juara ini, saat perhelatan Kongres Sepakbola Nasional dua bulan lalu, dirigen Yuli Sumpil dan puluhan Aremania sampai menyambut kedatangan Nurdin Halid dengan sangat meriah. Padahal, selama ini Arema termasuk barisan supporter kritis terhadap Ketua Umum PSSI yang mantan narapidana itu. Maka, tak sia-sialah “rekonsiliasi” antara Aremania dan PSSI itu.

Faktor-faktor itu membantu kemenangan Arema. Sementara Deltras, sejak lama dirumorkan bakal “ditolong” naik kasta, sebagai kompensasi atas musibah lumpur yang dilakukan perusahaan milik Bakrie. Mudah sekali menebak kaitan, meski sulit membuktikan, bantuan Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan Bakrie untuk mengangkat harkat masyarakat Sidoarjo yang sudah 4 tahun ditenggelamkan Lapindo.

Persibo lolos secara menakjubkan, karena konon yang diinginkan PSSI adalah Persiram Raja Ampat Papua. Sementara itu, Persik Kediri turun kasta setelah ditinggal Iwan Budianto, mantan manajer mereka yang juga salah satu eksekutif committee PSSI.

Apes

Bagaimana dengan Persebaya? Apes nian. Ketua Umum sekaligus Manajer Persebaya Saleh Ismail Mukadar, selama ini dikenal sebagai kubu anti Nurdin Halid. Sikapnya yang jelas berseberangan dengan Ketua Pengda PSSI Jatim Haruna Sumitro membuatnya diganjar hukuman 2 tahun dilarang berkecimpung di sepakbola Indonesia terhitung bulan ini. Dalihnya, kepengurusan Saleh Mukadar selaku Ketua Pengcab PSSI Surabaya tidak sah.

Persebaya dirundung duka kalau benar-benar masuk ke kasta yang lebih bawah lagi. Dalam berita di Jawa Pos 28 Mei, sebelum laga menentukan Persebaya melawan Bontang FC, Saleh berujar, “''Musuh kami sesungguhnya bukan Bontang. Tapi, striker yang tidak megang bola dan wing (pemain sayap) yang membawa bendera,'' katanya menyindir wasit dan dua asistennya.

Sebelum lawan Bontang, Persebaya takluk 1-3 oleh Persik Kediri. Akan halnya kekalahan itu, Saleh lagi-lagi menuding dikerjai wasit. Terutama saat momen di mana gelandang Andik Vermansyah membawa bola dari belakang. Nah, ketika hendak melakukan shooting ke gawang lawan, dia dinyatakan offside oleh asisten wasit.

Padahal, saat itu ada seorang pemain Persisam yang berdiri sekitar 7 meter di depan Andik. ''Saya tahu dari orang Persisam, saya nggak mau sebut namanya. Katanya, pertandingan itu sudah dibereskan petinggi PSSI. Mereka melakukan itu untuk ngerjain kami. Kalau seperti ini kan rusak,'' kata Saleh, sebagaimana dikutip Jawa Pos

Sepakbola Indonesia memang selalu aneh bin ajaib. Tapi, atas nama sportivitas, apapun alasannya, kita angkat topi selamat buat Arema, Deltras, dan Persibo. Dan, apapun alasannya juga, buat Persik dan Persebaya kita ucapkan, “Kasihan deh loe…”

*analisa olahraga lain, klik di sini.


Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: [email protected] |

Sudah seharusnya orang tua anak perokok dihukum berat

Maya Mandley (text), Youtube (video)

Setelah seorang anak perokok asal Malang, Jawa Timur menghebohkan, kali ini anak berusia dua tahun di Musibanyuasin, Sumatera diberitakan punya kebiasaan merokok. Berita yang sempat menjadi headline di beberapa negara itu memunculkan pertanyaan: siapa yang harus bertanggungjawab? Jawbannya jelas: orangtuanya!




MEDIA AS

Dua hari belakangan ini, stasiun televisi Amerika mewartakan video yang cukup "menggangu" orang Indonesia. Yakni, tayangan seorang bocah umur dua tahun yang sedang asyik menghisap rokok. Dari caranya memegang rokok dan menghembuskannya (bahkan lewat hidung), melebihi gaya orang dewasa.

Sebelumnya video berdurasi empat menit yang berisi gambar serupa juga muncul lewat Facebook, lalu "menghilang" begitu saja dan tidak mengundang kontroversi. Bocah perokok menghebohkan justru saat televisi menjadikan laporan itu sebagai special theme dua hari lalu.

Di salah satu televisi lokal, video itu jadi salah satu top headlines. Seorang reporter menunjukkan video itu pada masyarakat di jalan dan dimintai tanggapan mereka soal video tersebut. Tanggapannya cukup beragam. Yang paling banyak mengatakan disgusting dan speechless. Yang menarik lagi, ada yang tidak percaya dengan tayangan itu, dengan menyebutkan kalo itu fake alias palsu.

Kontroversi tak sampai disitu, dalam halaman facebook stasiun televisi itu video ini dijadikan topik diskusi. Dari tanggapan yang masuk, semua menyalahkan orang tua. Menurut kutipan ibu si anak bernama Diana Rizal, bocah berumur 2 tahun itu mulai merokok sebelum umur 1 tahun. Dan sejak itu si bocah yang tidak disebutkan namanya, selalu marah jika tidak diberi rokok.

Ia mengatakan kalo kepalanya pening dan perutnya sakit kalo tidak merokok.Menurut berita tersebut, si anak bisa menghabiskan dua bungkus sehari. Saat ditanya soal bahaya merokok pada anak yang masih memakai popok itu, sang bapak mengatakan kalo menurut pandanganya anaknya cukup sehat. Apalagi dilihat dari badannya yang termasuk gemuk.

Ahh,.. lagi-lagi berita kontroversi tentang bad side of Indonesia. Kapan ada berita positif di TV Amerika, yang bisa bikin membuat orang Indonesia membusungkan dada?

Capeekkk deehhh....

*photo by the sun

Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: [email protected] |

Galeri foto-foto terbaru Lumpur Lapindo

Fully Syafi

Semburan lumpur panas Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur "dirayakan" pada ulang tahunnya ke-4 pada 29 Mei 2010 mendatang. Tidak ada perubahan berarti di khawasan itu. Lumpur yang sudah mengering dan tersebar, orang-orang terusir dan semburan asap panas dari lubang semburan utama juga masih menyembur.

27 Mei 2010

Anggota FPI Menganiaya Wartawan

Iman D. Nugroho



Anggota Front Pembela Islam (FPI) melakukan penganiayaan wartawan kotan Lampu Hijau, Jakarta, Rabu (26/5) ini. Akibat pukulan ini wartawan bernama Oto Brian Purwo itu mengalami luka parah di bagian kepala dan harus dirawat di rumah sakit.



Kejadian yang terjadi sekitar pukul 23.00 WIB itu berawal dari aksi sweeping miras yang dilakukan FPI di daerah petamburan, Jakarta Barat. Oto yang mengetahui hal itu berniat melakukan peliputan. Karena tidak suka aksinya diliput, anggota FPI memukul kepala Oto dengan bambu. Darah mengalir dan membasahi kepala. Oto kini dirawat di Unit Gawat Darurat RS Pelni, Pejompongan, Jakarta Pusat.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengecam aksi brutal FPI tersebut. AJI meminta polisi segera menangkap anggota FPI yang melakukan penganiayaan tersebut. Dalam alert yang dikirim AJI, organisasi profesi jurnalis ini menilai tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai menghalang-halangi tugas jurnalis.

Tindakan itu diancam penjara satu tahun dan/atau denda Rp. 500 juta rupiah, berdasarkan UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers. Oleh karenanya, selain dijerat dengan KUHP, AJI Indonesia meminta polisi agar pelakunya dijerat UU Pers.



Menunggu polisi bertindak tegas.

Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: [email protected] |