Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

26 Mei 2010

Reaksi pemerintah menjelang 4 tahun lumpur Lapindo?

Iman D. Nugroho

Ingat, lumpur Lapindo masih menyembur sampai saat ini.

-------------------------------

Bagaimana reaksi pemerintah menjelang peringatan 4 Tahun semburan lumpur Lapindo?

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar justru merasa persoalan itu bukan wilayahnya. "Tidak tahu, saya tidak mengurus hal itu," katanya di Gedung DPR, Selasa (25/5) malam.

Tapi masih ada pelanggaran HAM dalam peristiwa itu, pak? "Saya tidak mau berkomentar soal itu," kata Patrialis sambil berlalu.

Bencana lumpur Lapindo yang terjadi sejak tanggal 29 Mei 2006 adalah salah satu bencana industri paling hebat yang pernah terjadi. Setiap hari lumpur Lapindo mengeluarkan sekitar 100.000 m kubik lumpur dari dalam Bumi dan menenggelamkan kawasan di sekitarnya.

Empat tahun umur lumpur Lapindo, permasalahan sosial dan teknis yang ditimbulkannya masih jauh dari selesai. Pembayaran aset warga 5 Desa yang masuk peta area terdampak pertama kali (Siring Timur, Kedungbendo, Renokenongo, Jatirejo Timur, dan Gempolsari bagian selatan) seperti diatur dalam Perpres 14/2007, harusnya dibayar dua kali (20% dan 80%) dan sudah selesai sejak tahun lalu, ternyata sampai hari ini belum selesai.

Bahkan beberapa kelompok korban yang dinaungi oleh Perpres 14/2007 tidak jelas nasib pembayaran asetnya yang tenggelam. Sementara itu, bagi warga Desa Jatirejo Barat, Siring Barat dan 3 RT Desa Mindi yang masuk peta area terdampak belakangan melalui payung hukum Perpres 40/2009, sampai sekarang belum direalisasikan pembayarannya.

Lebih parah lagi, desa-desa yang secara faktual di lapangan terdampak oleh bencana lumpur Lapindo seperti Desa Ketapang, Besuki Timur, Kalitengah, dan sebagian besar Mindi belum dimasukkan ke dalam peta area terdampak. Padahal, dampak yang dirasakan oleh warga di desa-desa di luar peta area terdampak tak kurang dahsyatnya.

Dampaknya varitif, mulai dari pernah kemasukan lumpur panas, aroma busuk gas methane dari danau lumpur, kontaminasi udara oleh gas beracun yang membahayakan kesehatan, pencemaran tambak-tambak ikan, ancaman banjir sewaktu-waktu kalau tanggul jebol, dan sumur warga yang tercemar sehingga warga terpaksa membeli air bersih.

*photo by vivanews.com

Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: [email protected] |

Desakan meratifikasi konvensi internasional mendapat dukungan

Iman D. Nugroho

Desakan tiga LSM pada Pemerintah RI untuk segera meratifikasi Konvensi Internasional tentang perlindungan terhadap semua orang dari tindakan penghilangan secara paksa, didukung banyak pihak.

Setidaknya Anggota Komisi III DPR RI dan Menkum-HAM Patrialis Akbar mengatakan akan mendukung hal itu. "Sebaiknya DPR mendesak pemerintah untuk meratifikasi konvensi-konvensi yang berkaitan dengan HAM," kata anggota Komisi III DPR RI dari F-PDIP, Topane Gayus Lumbuun, Selasa (25/5), seperti dimuat Jurnalparlemen.com.

Tiga LSM itu adalah Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI), dan Ketua Kelompok Kerja PBB untuk .

Anggota DPR yang juga korban selamat penculikan di Era Orde Baru, Desmond Junaidi Mahesa menilai Indonesia perlu belajar dari apa yang terjadi di Afrika Selatan, tentang proses rekonsiliasi dilakukan.

Sementara Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengungkapkan, Pemerintah RI para prinsipnya akan setuju semua hal yang bertujuan membantu masyarakat. Termasuk bila akan merativikasi konsensi perlindungan terhadap semua orang dari tindakan penghilangan secara paksa.

photo by inlinethumb60.webshots.com

Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: [email protected] |

23 Mei 2010

Empat Tahun Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur

Iman D. Nugroho | text and photos |

Pada 29 Mei 2010 mendatang, semburan lumpur di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur tepat berusia empat tahun. Tragedi yang kemudian dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo itu terjadi karena fish (mata bor) di pengeboran patah, saat pekerja Lapindo Brantas Inc melakukan pengeboran untuk mengambil minyak dan gas.

22 Mei 2010

Setelah tiga minggu itu,..


Tulisan ini bisa jadi akan berhenti tiba-tiba. Karena sejak awal, penulisannya di mulai dari kemandekan ide. Namun semua berubah ketika Kus-kus melintas,..

Sore baru datang. Bedug penanda maghrib belum juga bertaluh. Tapi, Kus-kus (sebut saja begitu), seekor tikus got hitam itu sudah hilir mudik ke sana kemari. Dari kolong ruang komputer, menuju ke tempat sampah besar di samping tembok ruang rapat.

"Heran, kok tempat sampah isinya nggak ada yang menarik," kata Kus-kus sambil terus mengaduk-aduk sampah. Saat seseorang melintas, tikus yang dikenal suka cari perhatian kepada tikus-tikus betina di rumah tetangga itu, mendongakkan kepala. Toleh kanan-kiri, lalu kembali "menyelam" ke tumpukan sampah. *Cit-cit (Bikin kaget saja-bahasa Tikus).

Di balik kertas coklat bekas bungkus makan itu, Kus-kus menemukan "sesuatu". "Nah!" gumamnya. Pantas saja Kus-kus girang. Sudah tiga minggu Kus-kus tidak makan enak. Bagaimana bisa, penghuni kantor tempatnya tinggal baru saja pergi jauh. Katanya sih ke Belanda. Volume sampah menipis. "Siaaaaalllll,.."

Kepala ikan

"Yes!" Kus-kus tak bisa menahan girangnya. Kepala ikan goreng ini bagaikan jawaban dari doanya. Kepala ikan lele itu memang hanya digoreng bisa. Daging yang menempel pun, well, mungkin bisa dianggap tidak ada. Tapi bagi Kus-kus, itu berarti lauk makan malam yang pas. Dipadukan dengan remah roti dan selai stroberi yang didapatkannya dari bungkus roti bermerk Sariroti yang didapatnya siang tadi, menjadi "sempurna" dinner malam nanti.

Kepala ikan lele itu besarnya tidak seberapa. Hanya sebesar jempol kaki laki-laki dewasa. Kus-kus merasa perlu strategi khusus untuk membawanya ke "rumahnya". Beruntung, tikus yang pernah hampir mati karena ulah manusia usil yang ingin meracunnya ini, punya keahlian khusus membawa beban berat. Keahlian itu didapatkannya dari Jacky Chan, bintang film Hong Kong sempat dilihatnya di Trans TV.

Dengan kecepatan tinggi dilemparkannya kepala ikan itu ke udara, hingga melewati "mulut" tong sampah. Sejurus kemudian, tikus kelahiran 1 Januari itu melompat tinggi hingga sejajar dengan kepala ikan yang sedang melayang. Sebuah sundulan kepala Kus-kus ke arah kepala ikan, membuat kepala ikan itu terpental ke luar kotak sampah. "Damn, I am good!"

Lauk makan malam pun sudah di luar tempat sampah. Kus-kus, kembali melompat, dan mendarat di rerumputan di pinggir tong sampah. Celingak-celinguk. "Aman!" katanya dalam hari. Di hampirinya kepala ikan itu, dan di bawanya sambil berlari ke kolong kantor. Di salah satu sudut, Kus-kus terengah. Jantungnya berdegup kencang.

Meong

Bayangan Meong, kucing nakal yang juga tinggal di kantor ini, yang sempat menyerangnya dua bulan lalu, masih belum terlupakan. Entah bagaimana, ketika melintas di lapangan rumput (taman belakang kantor) menuju rumah temannya, Kus-kus dikagetkan dengan aksi Meong yang entah bagaimana, sudah ada di belakangannya.

Ekor hitam panjangnya, tercengkeram kuku panjang Meong. Kus-kus meronta. Meski berhasil melarikan diri, namun ekor miliknya tergores panjang. Kus-kus sampai harus konsultasi ke psikolog karena trauma dengan rumput. dan bayangan hitam. Selama beberapa minggu, Kus-kus memilih untuk berjalan memutari lapangan rumput, dari pada harus bertemu dengan Meong.

Kus-kus sempat berpikir untuk menuntut balas. Hubungan baiknya dengan Coki, anjing sebelah rumah, terlintas untuk "dimainkan". "Kalau kau ingin aku menyerang si Meong, bilang saja," kata Coki. Hubungan Coki dengan Kus-kus juga unik. Coki merasa berhutang budi pada Kus-kus, karena merasa pernah diselamatkan dari maut.

Teriakan Kus-kus memperingatkan anjing itu, ketika hampir tertabrak metro mini saatCoki menyeberang jalan, dianggap menyelamatkan nyawa anjing berwarna cokelat itu. "Balas dendam? Jangan dululah," Kus-kus bergumam.

Makam malam "istimewa"

Kepala ikan itu sudah tersaji di atas piring. Bersanding dengan remah roti dan selainya. Tapi ada yang kurang. "Minumnya apa?" Otak Kus-kus berputar. Air coberan yang selalu menjadi minuman wajibnya, sudah sedikit membosankan. Ting! Siang tadi, Kus-kus melihat ada teh setengah gelas tergeletak di meja kantor. Hmmm,..

Langkah-langkah kecil Kus-kus sedikit dipercepat ketika dirinya melintas di ruang rapat. Gelas itu masih ada di sana. Gelas itu menganga. Hup! Kus-kus melompat ke kursi, lemari, rak buku dan hap! Loncatan terakhir mendaratkan tubuh hitamnya di atas meja. Kus-kus kembali berlari menuju ke gelas di tengah meja.

Kepala Kus-kus mendongak ke dalam gelas. Kepalanya mendekat ke ke arah teh, sementara separuh tubuhnya terjuntai di luar gelas. Srupppp....beberapa teguk teh itu mengalir di tenggorokannya. Rencananya, air itu akan "disimpan" di mulut, untuk dibawa ke rumahnya.

Grrrrrrrrrr,...... Suara itu memecah konsentrasi. Meong!!!! Kucing itu sudah berada di samping gelas. Seringainya semakin menakutkan dengan efek lengkung dari dala gelas. Kus-kus panik! Kaki depannya tidak bisa bergerak bebas, ketika Meong menyerang. Menabrakkan kepalanya ke arah tubuh belakang Kus-kus. Gigi itu menembus punggung, dan sampai ke tulang belakang.

Kus-kus meronta. Hentakan tubuhnya, membanting gelas. Keduanya bergulat. Menggelinding di atas meja. Dan jatuh ke lantai. Pyar! Buk-buk! Buk-buk! "Dasar tikus sialan! Mampus, lu!" teriak Gunarto, office boy sambil menjinjng tubuh lunglai Kus-kus.

Cit-cit,..

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

21 Mei 2010

Pencemaran di kebun sawit Malaysia?

Iman D. Nugroho

Dalam sebuah penerbangan dari Bandra Kuala Lumpur, Malaysia menuju Jakarta, awal Mei 2010, terlihat sebuah pemandangan mengenaskan. Sebuah bukit batu tampak dikelilingi oleh genangan air berbeda warna. Belum jelas betul, apakah air-air itu adalah salah satu bentuk pencemaran dari bahan kimia yang digunakan di perkebunan sawit? Atau hanya sebuah genangan air alami?

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

19 Mei 2010

Kandidat Perempuan dan Independen tampil beda

Iman D. Nugroho

Kehadiran kandidat perempuan dan kandidat independen dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2010-2015 ini bisa jadi akan mengantar Surabaya ke dalam sejarah baru walikotanya.

Dua kandidat yang menjadi buah bibir itu adalah kandidat perempuan Tri Rismaharini (nomor 4) dan Fitradjaya Purnama (nomor 5). Dalam debat yang juga menandai kampanye hari pertama itu, Risma memunculkan figure keibuan, sementara Fitra menawarkan solusi sederhana dalam persoalan pelik yang dihadapi Surabaya. Tiga kandidat lain, Bagio F. Sutadi (nomor 1) , Fandi Utomo (nomor 2) dan Arif Afandi (nomor 3) tampil datar.

Perempuan


Nama Risma sempat mencuat ketika dirinya berhasil mengubah wajah Surabaya saat menjabat sebagai Kepala Dinas Pertamanan Pemerintah Kota Surabaya. Perempuan yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini yang mengubah Surabaya menjadi penuh bunga dan bertabur hijau taman kota.

Risma juga berhasil menggenjot Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Surabaya dalam waktu 2 tahun, dan orang yang mendesain system lelang melalui internat atau dikenal sebagai E-proc. “Saya sudah membuktikan kalau saya bisa,” kata perempuan yang menolak mengubah penampilan fisiknya dalam pencalonan walikota ini. Bila Risma terpilih, maka untuk pertama kali dalam sejarah, Surabaya akan dipimpin oleh Walikota Perempuan.

Independen

Aksi kandidat independen Fitradjaya Purnama juga membawa atmosfir berbeda dalam Pilkada Surabaya kali ini. Fitra yang diusung oleh beberapa elemen NGO di Surabaya, dengan didukung oleh Sultan Hamengkubowono IX ini tampil bak orator dalam demonstrasi di atas panggung debat kandidat. Terobosan ide Fitra yang “garis keras” tak jarang meniptakan aplaus panjang dari pengunjung.

“Ada satu cara yang bisa dilakukan dalam mengurangi kemacetan, yakni menggalakkan transportasi public dan melarang mobil berplat selain “L”, untuk masuk ke Surabaya,” kata aktivis tahun 90-an ini dalam debat kandidat itu. Bahkan, Fitra juga meminta masyarakat untuk menerima segala bentuk money politics yang beredar, namun tetap memilih dirinya dalam Pilkada Surabaya, mendatang.

Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini bahkan dengan tegas menyatakan dirinya tidak akan mundur selangkah pun bila nantinya gagal menjadi Walikota Surabaya. “Orang banyak mengira saya ingin jadi Walikota Surabaya, padahal cita-cita saya menjadi Presiden Indonesia, dan kalau toh saya gagal jadi Walikota, hal itu tidak akan menghalangi cita-cita saya,” kata organizer berbagai aksi massa dalam demonstrasi melawan Orde Baru ini.



| republish | Please Send Email to: [email protected] |