Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

12 Mei 2010

Menariknya sungai di Utrecht

Iman D. Nugroho, Utrecht

Salah satu sudut sungai (atau kanal?) di Utrecht, Belanda ini memang layak ditiru. Selain bersih, sungai ini juga dijadikan sebagai lahan rumah dan restauran terapung, dan tentu saja sarana transportasi air untuk perahu-perahu kecil yang digunakan penduduk setempat. Kalau sungai di kota-kota besar Indonesia ingin seperti ini, syarat utamanya sederhana, tidak boleh buang sampah di sungai. Bisa?


| republish | Please Send Email to: [email protected] |

Bila tukang sampah Belanda mogok kerja

Iman D. Nugroho, Utrecht

Melihat Amsterdam dan Utrecht Selasa (11/5) ini jadi ingat Bandung, beberapa waktu lalu. Ketika petugas kebersihan di Kota Kembang itu menggelar demonstrasi. Di Amsterdam dan Utrecht, Belanda pun sama. Saat tukang sampah mogok kerja, sampah pun bertebaran di mana-mana. Mereka menuntut pemerintah untuk menaikkan gaji. Buruh bersatu, tak bisa dikalahkan!



| republish | Please Send Email to: [email protected] |

11 Mei 2010

Keliling Indonesia untuk perangi human trafficking

Iman D. Nugroho, Press Release



Perdagangan manusia (utamanya pada remaja dan anak-anak) terus terjadi sampai sekarang. Stop now!

Kampanye MTV EXIT (End Exploitation and Trafficking) dengan menggelar konser nasional untuk tingkatkan kewaspadaan dan pencegahan perdagangan orang, mulai digelar pekan ini.

Acara hasil kerjasama MTV Europe Foundation bekerjasama dengan U.S. Agency for International Development (USAID) dan Australian Government’s Agency for International Development (AusAID) ini dimulai 2 Mei, pukul 7 malam, di Jalan Rahadi Oesman, Pontianak. Kemudian berlanjut ke Makassar, Surabaya dan tentu saja Jakarta.

“Saya sangat bangga bisa ikut ambil bagian di tur konser penting dan bisa mengajak orang untuk belajar tentang bentuk modern perbudakan yang tragis ini,” kata Agnes Monica, juru bicara dan juga salah satu artis yang ikut tampil dalam acara ini. Selain Agnes, juga ada Hijau Daun, Superman is Dead, The Changcuters, J-Rock dan Kotak, serta beberapa grup band lokal yang juga tampil di tiga kota itu.

“Konser ini akan menjangkau ribuan orang di Indonesia, sebagian besar anak muda yang beresiko terhadap perdagangan orang,” ujar Cameron Hume, Duta Besar Amerika untuk Indonesia. Sementara Pemerintah Australia merasa bangga dapat mendukung kegiatan anti perdagangan orang ini.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

Dari Heemsherk untuk perdagangan yang lebih adil

Iman D. Nugroho (text and photos), Amsterdam

Dari berbagai negara mereka sepakat untuk perdagangan yang lebih adil.

Warga di sebuah kota kecil di Belanda bagian utara, Heemsherk, memperingati Hari Perdagangan Adil se-Dunia (World Fair Trade Day) 2010. Mereka mengingatkan kembali perlunya memperhatikan hasil produsen di negara kecil yang tergilas perdagangan bebas (free trade).

Tidak seperti hari biasanya yang selalu lengang, Jl. Maertelan, Heemskerk, Belanda mendadak riuh. Sekelompok pemain musik beraksi di antara hawa dingin kota di wilayah North Holland itu. Mereka menabuh alat-alat musik khas Afrika seperti djembe, hulu hide dan ashikos di trotoar jalan.

“Kami sedang memperingati Hari Perdagangan Adil se-Dunia 2010 yang jatuh pada hari ini,” kata Mariane Dijkstra, sukarelawan Wereld Winkel, NGO yang berkonsentrasi dengan fair trade. Aktivitas Mariane menarik perhatian penduduk setempat yang datang, dan ikut bergoyang mengikuti irama nada yang menghentak.

Bagi warga Negara Belanda, Free Trade memang bukan barang baru. Gerakan yang diprakarsai sejak Perang Dunia II ini memang tumbuh dan berkembang pesat di Belanda. Apalagi, tokoh Belanda Max Havelaar atau Eduard Douwes Dekker menjadi salah satu orang yang memotori gerakan perdagangan yang berkeadilan di Negara-negara koloni Belanda. Termasuk di Indonesia.

Ide dasar gerakan ini adalah menciptakan keadilan bagi produsen dan konsumen, dengan tidak semena-mena memainkan harga dan gaji buruh di bagian produksi. Fair Trade sangat membantu produsen di negara dunia ketika, ketika bekerjasama dalam negara maju.

Ide Max terus berkembang hingga muncul organisasi bernama Asosiasi Internasional untuk Perdagangan Berkeadilan (International Fair Trade Association) dan berubah menjadi Organisasi Perdagangan Berkeadilan Dunia (World Fair Trade Organization/ WFTO) pada 1989. Sejumlah 324 organisasi di 60 negara menjadi anggota dari organisasi ini.

Berawal dari gereja

Jauh sebelum WFTO terbentuk, perkembangan semangat fair trade tumbuh subur di Belanda. Sekitar tahun 1970-an, warga Negara Tulip ini mengenal apa yang disebut worldshop. Di beberapa tempat di Belanda, bertebaran toko-toko yang menetapkan ide fair trade ini. Salah satunya di Heemskerk. “Kami memulainya di depan Gereja Laurentius dan Gereja Dorps,” kenang Simon Zuidema,62, salah satu aktivis fair trade di Heemskerk.

Kegiatan yang awalnya hanya dilakukan pada hari Jumat, bersama dengan pasar rakyat di wilayah itu, akhirnya terus berkembang hingga mampu menyewa stand toko yang buka setiap hari, hingga saat ini. Masyarakat yang awalnya acuh tak acuh, perlahan-lahan semakin membuka diri dengan ide-ide yang ditawarkan oleh fair trade. “Kepedulian yang kami tawarkan, disambut dengan baik oleh masyarakat,” katanya.

Warga negara Indonesia juga menjadi bagian dari peserta World Fair Trade Day 2010

Salah satu trategi yang dilakukan aktivis fair trade untuk menyebarkan ide-idenya adalah dengan mengandeng beberapa sekolahan untuk menyisipkan kurikulum “tambahan”. Juga, dilakukan sosialisasi melalui situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dll yang tidak henti-hentinya mengabarkan berita tentang aktivitas fair trade. “Menumbuhkan kesadaran sangat penting untuk fair trade,” kata Simon.

Kesadaran yang dimaksud adalah bagaimana konsumen bisa memahami bagaimana nasib produsen, tempat asal barang yang dibuat. Tidak heran, bila setiap barang yang ada di toko-toko fair trade selalu disertai dengan asal dan diskripsi singkat negara yang bersangkutan. Tidak sedikit yang memiliki VCD yang secara khusus diputar di toko atau lokasi-lokasi tempat memasarkan barang-barang fair trade.

Harga lebih mahal

Toko yang akan memasarkan barang-barang fair trade, juga memiliki regulasi berbeda dengan toko-toko kebanyakan. Yakni, dengan selalu membeli secara kontan barang-barang yang dijual produsen, dengan harga lebih rendah dari harga jual, tapi lebih tinggi dari harga produksi. “Jadi, bila ada beberapa hal yang tidak diinginkan, seperti toko yang bangkrut, maka produsen tidak ikut rugi,” kata Danielle de Jong, divisi komunikasi Wereld Winkel.

Tidak mengherankan, bila harga barang di toko fair trade sedikit lebih mahal dari toko kebanyakan. Namun, hal itu tidak membuat pembeli pergi dari toko yang mengusung fair trade. Salah satu buktinya, semakin hari, semakin banyak gerai fair trade dibuka. Dan dalam peringatan World Fair Trade, selalu dimeriahkan oleh berbagai kalangan. Dalam peringatan di tahun 2009 saja, terdapat 1000 event di 70 negara dengan cakupan 8.2 juta orang.

Meski demikian, ide fair trade belum mendapatkan angin segar di negara-negara dunia ketiga seperti di Asia dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara, kata Danielle, sampai tahun 2010, hanya Filipina yang tercatat memiliki gerai fair trade. Untuk itulah, dalam waktu dekat ini NGO yang bergerak dalam bidang fair trade akan mencoba membangun komunitas di Asia, khussusnya di Asia Tenggara.

“Uniknya, justru di negara seperti India, fair trade berkembang dengan pesat. Semoga di Asia Tenggara pun akan sama, asalkan awareness tentang kesejajaran produsen dan konsumen ditumbuhkan sejak dini dan di sekolah-sekolah,” kata Danielle.

Di Belanda, meski tidak menjadi gerakan di dunia pendidikan secara nasional, namun generasi muda di Negeri Kincir Angin itu cukup memiliki wawacan tentang fair trade. Nina Irambona, siswi sekolah menengah pertama di Heemsherk misalnya. Dirinya memilih untuk membelanjakan uang-nya di toko-toko fair trade untuk membantu produsen barang-barang, yang kebanyakan dari negara miskin.

“Saya sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, bukankah kita hidup di satu dunia dan harus memanbu satu sama lain,” katanya.

*Klik di sini untuk video World Fair Trade 2010.


| republish | Please Send Email to: [email protected] |

10 Mei 2010

Mampir ke Kranenburg, Jerman

Iman D. Nugroho (text/photos), Jacko Agun (video), Kranenburg-Jerman

Dan tiba-tiba, muncul ide untuk ke luar batas Negara Belanda. Republik Federasi Jerman menjadi pilihannya. Dan tentu saja, ini bukan perjalanan yang "mudah". Bukan karena masih banyak tentara Nazi, seperti yang terjadi dalam Perang Punia pertama, tapi karena semakin menipisnya keuangan menjelang akhir-akhir perjalanan di Belanda ini. Show must go on!



Wilayah Jerman yang terpilih adalah Kota Kranenburg. Sebuah kotamadya di distrik Kleve wilayah Negara Bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman. Letaknya dekat dengan perbatasan Belanda. Sekitar 12 kilometer Nijmegen dan 11 kilometer dari sebelah barat Kleve, Ibu Kota Negara Bagian Nordrhein-Westfalen.

*Suasana Kranenburg

Dari Amsterdam, kota ini bisa dijangkau dengan kereta api menuju Utrecht, dan dilanjutkan menuju ke Nijmegen. Selanjutnya, berganti dengan bus antar negara dengan tujuan ke Kleve, Jerman. Biaya yang dibutuhkan kurang lebih 40 Euro(pulang-pergi).

Tidak ada yang berbeda saat perjalanan KA dilakukan. Namun, begitu menggunakan bus antar negara, jumlah penumpang tergolong ramai. Tak jarang ada penumpang yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.

Salib Keramat

*Gereja Kranenburg

Sekitar 30 menit perjalan dengan bus, sampailah di Negara Jerman. Tidak ada lambang khusus yang menunjukkan hal itu. "Tiba-tiba" banyak nomor mobil dan motor yang berplat nomor Jerman. Bus yang melintas di pusat kota Kranenburg memudahkan identifikasi kota yang dikenal dengan legenda Salib Keramat itu. Salib Keramat?

Yup! Ada sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah ini tentang sebuah salib keramat yang ditemukan di dalam hutan. Ceritanya, ada seorang pemuda yang memuntahkan air komuni yang didapatnya dari gereja Kranenburg, di sebuah hutan di wilayah itu.

Beberapa saat setelah itu, si pemuda merasa bersalah, dan bermaksud menebus kesalahannya. Saat sang pemuda kembali ke daerah tempat ia memuntahkan air itu, ternyata justru dirinya menemukan sebuah salib dari kayu. Cerita itu begitu membekas di benak masyaralat Krenenburg, hingga menjadikan kota yang dibuka pertama kali oleh Baron of Kleve di tahun 1200-an itu.

*Benteng Muhlenturm

Hal lain yang menjadikan kota ini bermakna adalah adanya Banteng Muhlenturm. Benteng yang memiliki menara setinggi 30 meter lebih itu pertama kali dibangun dan digunakan sebagai alat pertahanan pada tahun 1270.

*Rathaus Kranenburg

Benteng ini kini menjadi obyek touris. Dengan membayar 3 Euro perorang, turis bisa menaiki benteng ini, plus masuk ke museum kota dan mendapatkan segelas kopi gratis yang disajikan di resto unik bekas stasiun KA Kranenburg yang terletak tak jauh dari benteng.

Bangunan unik kuno lain yang juga dinikmati adalah Rathaus Kranenburg. Rathaus adalah tempat yang biasa digunakan tempat berkumpul bagi Dewan Kota di masa lalu. Berminat ke Kranenburg?

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

09 Mei 2010

Permen ganja? Kenapa tidak?

Iman D. Nugroho, Jacko Agun (video), Amsterdam

Sebuah even bernama Cannabis Bevrijdingsdag (kebebasan ganja) digelar di Westerpark, Amsterdam, Belanda, Sabtu (8/5) ini. Ajang itu adalah sarana bertemunya komunitas penggemar ganja di Amsterdam, Belanda. Juga sebagai kampanye legalisasi ganja di negara itu. Selain untuk dihisap, ganja juga bisa digunakan untuk permen, makanan ternak, shampoo dll. Seperti yang tampak dalam video ini, ganja digunakan untuk permen lolipop.




| republish | Please Send Email to: [email protected] |