Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

14 Desember 2009

Presiden Yudhoyono berkunjung ke Jerman

Press Release

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Desember akan melakukan kunjungan satu hari ke Berlin. Presiden direncanakan akan melakukan pembicaraan dengan Presiden Jerman Horst Köhler, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle.

Kunjungan Presiden Yudhoyono menunjukkan hubungan yang erat dan bersahabat antara Republik Federal Jerman dan Republik Indonesia. Kunjungan Presiden Indonesia ke Jerman
terakhir terjadi sembilan tahun yang lalu. Topik-topik utama yang akan dibicarakan di Berlin meliputi tema internasional dan tema regional, perlindungan iklim, masalah ekonomi maupun pembangunan di Indonesia.

Dalam rangka Indonesia menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi G-20 dan Konferensi Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen, tema utama yang akan dibicarakan adalah meningkatkan kerja sama Jerman – Indonesia dalam bidang Iklim dan Kebijakan Lingkungan Hidup. Disamping itu Presiden Yudhoyono atas undangan German Council on Foreign Relations (DGAP) juga akan menyampaikan pidato.

Presiden Yudhoyono antara lain akan didampingi oleh Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa, yang secara terpisah juga akan melakukan pembicaraan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle.

graphic by 4.bp.blogspot.com

13 Desember 2009

"Aku benci pagi hari ini, Jen,.."

Iman D. Nugroho

Belaian tanganmu mengejutkanku. Tak pernah kusangka, hembusan sejuk AC di kamar hotel ini membuat tanganmu sedingin itu. "It's time to wake up, my love?" katamu berbisik. Sial. Bagaimana aku bisa ketiduran! Wawancara pagi ini sangat penting untuk buku terakhirku. "Okay, thank you,.." Aku bangun cepat. Masuk ke kamar mandi. Kau hanya melihatku, tersenyum di balik selimut putih itu. "Don't forget to kiss me before you go," katamu.

Tak perlu aku jelaskan detil siapa Aku. Singkatnya, aku adalah seorang penulis buku. Tidak seberapa terkenal. Bukuku juga nggak pernah jadi Best Seller di toko buku. Yah, hanya beberapa kali resensinya naik di koran nasional. Itu pun karena aku meminta kawan-kawanku menulisnya untukku, dan mengirimnya ke media cetak nasional kelas dua. Orang memanggilku, Rei.

Setahun lalu, adalah awal dari kelahiran kedua bagiku. Ketika Jen menyorongkan tangannya untuk berkenalan. "I am Jennifer, you can call me Jen," katanya di depan fast food Bandara Sukarno Hatta. Kejadian itu bukan kejadian yang pantas diceritakan sebetulnya, apalagi dijadikan status facebook. Bagaimana bisa, ketika itu Jen menolongku dari keroyokan pengunjung bandara yang entah mengapa meneriakiku sebagai pencopet. Sial!

Saat itu, Jen yang ternyata sebelumnya satu pesawat denganku, melerai dan menyakinkan pada orang-orang yang marah itu atas kesalahpahaman mereka. "You are wrong! This guy is just arrived with me!" kata Jen setengah berteriak. Melihat orang bule yang bicara, orang-orang itu keder juga. Meski beberapa di antaranya masih melayangkan tinjunya padaku.

Sejak itu, kita pun akrab. Hanya teman biasa yang saling sapa di Facebook. Nothing special. Tidak seperti cerita romantis pada umumnya, Jen sama sekali tidak pernah membaca bukuku. Tapi, dia menghargai profesiku sebagai penulis. "Owesome!" katanya. "Well, even I am a book writer but your skin is whiter than me,.." kataku. Jen hanya melongo, nggak nyambung memang. Habisnya, aku bingung mau omong apa.

Ketidaknyambungan itu (ini bahasa apa sih!), yang justru membuat kami semakin dekat. Jen beberapa kali memintaku untuk mengajaknya bila aku ada rencana "belanja" bahan untuk buku baruku. Eits! Aku sempat curiga, jangan-jangan dia agen CIA atau FBI yang sengaja ditugaskan untuk membuntuti aku. Hmmmm,..Tapi untuk apa. Buku yang aku tulis pun, bukan buku berbahaya yang pantas di-intel-i. Buku terakhirku adalah resep masakan Indonesia. Apa pentingnya bagi CIA atau FBI?

Sudahlah, akhirnya aku mulai mengajakkan bekerja. Ikut wawancara, ikut jalan-jalan ke gunung, kemana saja. Jen mengaku senang. Seperti merasakan Indonesia sebenarnya, setelah tiga bulan dia ada di sini. Jen, memang bukan CIA atau FBI. Dia hanya guru bahasa Inggris di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris di Jakarta. Teman-temannya, ya banyak orang bule. Kalau toh ada orang lokal (jadi ingat buah-buahan), itu nggak jauh-jauh dari relasi di tempat kursus, atau murid-muridnya. Aku adalah temannya yang paling aneh, baginya. "But I love you,.. I mean,..I love you as a friend," katanya.

Aku yang nggak seberapa paham bahasa Inggris, hanya mantuk-mantuk (mengangguk-angguk) saja. Sambil tersenyum. Satu hal yang aku tahu, ada kata "love" di dalamnya. Tapi aku nggak boleh GR dong. Siapa tahu "love" yang dimaksud ini, bukan cinta dalam arti romantis, tapi dalam arti lain. Misalnya: I love dog! Masa aku harus GR dengan kalimat itu! Tapi tetap saja, aku "waspada". Bagaimana tidak, nggak setiap hari bisa jalan-jalan sama perempuan berambut pirang, mancung dan cerdas banget! Sumpah!

"So, we will go to Malang of East Java for 2 days?" tanya Jen melalui SMS. "Yes, like usual, you will join with me, right?" balasku. Kringggg,...kringggg,... tiba-tiba HP-ku berbunyi. Jen menelepon. "Do you still want me to unswer it?" tanyanya. "Hahaha,..no! Okay, where is our meeting point?" jawabku dengan tanya. "I'll pick you up, bye Rei," Jen mengakhiri pembicaraan. Hmmm, Jen.

Rumit juga menjelaskan bagaimana aku dan Jen setelah hampir setahun ini bersama-sama. Memang tidak pernah ada kata cinta terucap. Tapi, apa yang kami lakukan, sepertinya melewati semuanya. Seperti ketika malam bebarapa bulan lalu itu. Entah bagaimana, Jen begitu mesra. Keringat yang menetes di sela-sela debu Jakarta, tak menghentikannya menciumiku. Dan setelah itu,... "Jen,.." desahku. Jen tidak membalas.

Detik terus berlalu. Sudah 5 sore, Jen belum juga datang. Pesawat kami harus berangkat jam 8 malam. Lima SMS-ku, tak terbalas.Teleponku pun tak diangkatnya. Email dan FB yang aku buka melalui handphone pun tak berisi pesan darinya. Dua tiket pesawat di tanganku, seperti terus memanggil. Mengingatkan betapa pentingnya perjalanan ke Malang kali ini. "Jen,.kau kemana?"

***

Aku terperanjat. Guyuran air dari shower membangunkan lamunanku. Kubuka pintu kamar mandi hotel dan melihat ke arah tempat tidur. Jen tidak ada di sana. Hanya laptop dan handphone yang menyala lampunya,..sebuah SMS masuk. "Rei. Bom meledak di JW Marriot dan Ritz Carlton. Segera ke Jakarta."

"God, please no..,"

Hendrayana-Anggara untuk LBH Pers

Iman D. Nugroho

Hendrayana [kanan] dan Anggara [kiri] terpilih sebagai Direktur Eksekutif dan Wakil Direktur Eksekutif dalam Rapat Umum anggota LBH Pers, Sabtu [12/12/09] malam di Jakarta. Dalam rapat kali ini, dibentuk pula Dewan Pengawas LBH Pers yang akan mengawasi dan bekerja bersama LBH Pers.

12 Desember 2009

Siswa Lokalisasi Kremil Surabaya Peduli Prita Mulyasari

Press Release

Dukungan terhadap Prita Mulyasari semakin meluas. Jumat (11/12) siang, sejumlah 700an siswa TK-SD-SMP Bina Karya, Tambak Asri, Surabaya, mengumpulkan koin solidaritas untuk Prita yang kini menjadi terdakwa pencemaran nama baik Rumah Sakit (RS) Omni International.Pengumpulan uang koin oleh para siswa yang berlokasi di kawasan kompleks Lokalisasi Tambak Asri atau Lokalisasi Kremil ini, dilakukan dengan menyisihkan uang saku mereka setelah siswa diberikan pemahaman terhadap kasus Prita.

Pada aksi tersebut, para siswa mengumpulkan uang koin dengan dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari kardus dan toples plastik yang bertuliskan, "Aksi Solidaritas TK-SD-SMP Bina Karya Surabaya, Help Free Prita, Koin untuk Keadilan”. Sejumlah 700an siswa rela antre untuk mengisi tempat koin yang telah disediakan oleh para guru.

"Kegiatan ini penting kami lakukan dalam rangka menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap sesama," kata Kepala SMP Bina Karya, Siti Anifah, S.Pd. Di hadapan para siswa, sejumlah guru di sekolah tersebut menekankan arti pentingnya nilai kemanusiaan dan keadilan dalam rangka menegakkan hukum. Sosok Prita digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang menjadi korban ketidakadilan hukum.

"Kami bersama dengan seluruh siswa di sekolah ini sangat mengharapkan pemerintah melakukan pembenahan birokrasi di kalangan penegak hukum guna menghindari terjadinya kasus serupa di kemudian hari," ujar Daniel Lukas Rorong, Humas Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Bina Karya. Daniel yang juga koordinator aksi ini berharap agar Prita tidak terkecoh tawaran pihak RS Omni Internasional yang berencana akan mencabut gugatan perdatanya. Koin yang terkumpul diharapkan meringankan Prita untuk membayar gugatan Rp.204 juta yang dialamatkan kepadanya.

Usai mengumpulkan koin, siswa secara bersama-sama memanjatkan doa agar Prita secepatnya mendapatkan keadilan. Orasi dan pembacaan puisi pun dilakukan oleh para siswa di lokasi aksi di halaman SMP Bina Karya, Jalan Tambak Asri 133, Surabaya. Aksi teatrikal juga mewarnai aksi ini. Dalam aksi teatrikal digambarkan sosok Prita sedang menyerahkan koin yang terkumpul pada pihak Rumah Sakit Omni Internasional. Tapi koin itu pun ditolak secara kasar oleh pihak Omni.“Maaf, kami tidak menerima uang receh (uang koin),” tegas perwakilan pihak Omni sembari mendorong koin yang terkumpul dalam toples plastik.

*foto by Daniel Lukas Rorong

11 Desember 2009

Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan 2009

Iman D. Nugroho | Press Release

Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan kembali digelar AJI Indonesia. Jumat (11/12 ini, AJI Indonesia mengumumkan nominasi dan pemenang kompetisi karya jurnalistik untuk liputan isu perburuhan. Kegiatan yang mendapatkan dukungan dari American Centre for International Labor Solidarity (ACILS), Friedrich Ebert Stiftung (FES) dan International Labour Organization (ILO) ini ditujukan bagi karya jurnalistik cetak/online, radio, televisi, dan foto.

Jumlah karya yang masuk pada tahun ini adalah 149 karya: 85 karya kategori cetak, 13 kategori televisi, 33 foto, dan 18 karya jurnalistik radio. Satu kategori baru ditambahkan pada tahun ini yaitu, foto. Semua karya yang masuk terlebih dahulu melalui proses seleksi administrasi untuk memeriksa kelengkapannya serta kesesuaian tema dan bentuk karya yang disyaratkan dalam pengumuman sebelumnya. Selanjutnya dewan juri yang terdiri dari enam orang praktisi jurnalistik, ACILS, dan FES, memilih nominasi dan menentukan pemenang masing-masing kategori.

Dari 85 karya cetak/on-line yang masuk, dewan juri memilih 9 karya sebagai nominasi pemenang. Penilaian didasarkan pada gagasan berita, komposisi struktur, bahasa dan teknik penyajian, etika, serta isi tulisan. Untuk Pemenang Kategori cetak/on line disabet oleh karya berjudul Janji Kosong Broker TKI ke Korea, karya Sudrajat [Koran Tempo] sebagai juara pertama. Lalu, Govt Respons too Late to Stop Child Labor; NTT to Fall Down Deeper into Crises this Year; Analyst Warns; Crisis Sends School-Age Children to Work karya Ridwan Max Sijabat [The Jakarta Post], sebagai juara kedua. Dan, Geliat Buruh bertahan hidup di Kota Makmur oleh Ayu Prawitasari dari Solopos, Solo.

Untuk kategori Foto masing-masing dimenangkan oleh karya berjudul Fashion Victims karya Afriadi Hikmal [Jakarta Globe], Si Tono Pencetak Batubata karya Raden Yusuf Hidayat [Batam Pos, Batam] dan Pentingnya Buruh Bersatu karya Danu Kusworo [Harian Kompas]. Sementara pada kategori radio, karya berjudul Buruh Ambil Alih Pabrik karya Andreas Ronny [KBR68H, Jakarta] menyabet juara pertama. Di urutan dua dan tiga, Nestapa di Terminal 4 TKI karya Irvan Imamsyah [KBR68H, Jakarta] dan PHK Buruh Migran Selama Krisis Keuangan Global karya Sri Lestari [BBC Siaran Indonesia].

Sementara kategori televisi disabet karya berjudul PHK Tak Selamanya Berujung Petaka oleh Utami Dewi dan Ubaidilah [TPI], TKW Terzalimi oleh Yolinda Puspita Rini [Trans7] dan TKI Qatar karya Elly Husin dan Vicci Fatalaya [RCTI].

[Photo Corner] Simbol Demonstrasi

Fully Syafi

Mengambil foto dalam momentum demonstrasi, bisa berbagai ragam. Namun yang saya ambil dalam demonstrasi hari HAM, Kamis [10/12] ini mungkin sedikit berbeda. Saya hanya mengambil spanduk dan kaki-kaki sebagai simbol demonstran, dan tentu saja memilih tulisan yang menjadi pesan dalam demonstrasi itu. Dengan sedikit "keberanian", saya "memotong" kepala. Hasilnya, not bad,..




Diskusi foto lain klik di sini.