24 Mei 2009
Photo For Sale: Geliat Keindahan Lamongan
19 Mei 2009
Ketua MK: KPU Tidak Serius Menanggapi Persidangan Sengketa Pemilu
Iman D. Nugroho
Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D menilai Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak serius menanggapi persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang mulai digelar 18 Mei kemarin. Salah satu bukti dari hal ini adalah tidak hadirnya pihak KPU dalam persidangan yang sudah memasuki hari kedua ini. Hal itu dikatakan Mahfud dalam jumpa pers di Ruang Rapat Paripurna MK di Jakarta, Selasa (19/5) ini. "Pihak KPU tidak serius menanggapi persidangan ini," kata Mahfud yang saat itu didampingi oleh dua hakim konstitusi, M. Arsyad Sanusi dan Harjono.
Mahfud menjelaskan, KPU yang menyerahkan kasusnya pada pengacari negara atau Kejaksaan Agung, tidak membekali Kejaksaan Agung dengan data-data yang dibutuhkan. Akibatnya, dalam berbagai persidangan di MK, aparat Kejaksaan Agung yang saat itu menjadi lawyer KPU selalu mengatakan dua hal untuk membela diri. "Mereka selaku mengatakan gugatan itu kadaluarsa dan tidak memiliki dokumen yang otentik," kata Mahfud. Padahal, seharusnya KPU menyediakan semua kebutuhan kejaksaan (mulai data hingga fasilitas) untuk mempertahankan hasil pemilu di persidangan MK. "Kejaksaan
Apa yang terjadi dalam persidangan Selasa ini, tambah Mahfud, juga sangat mengecewakan. Setidaknya ada tujuh kasus yang dilewatkan oleh KPU karena absen di persidangan. Jika KPU tetap tidak datang dalam persidangan hari kedua ini, maka KPU akan melewatkan 150 persidangan. "Namun, perlu Saya ingatkan, bahwa meskipun KPU tidak hadir dalam persidangan, maka persidangan akan tetap dianggap sah, dan MK akan memberikan keputusan terbaik dalam persidangan ini," kata Mahfud serius.
Lebih jauh, Mahfud menilai, ketidakhadiran KPU jelas akan berpengaruh pada nasib kandidat atau partai yang sekarang ini sedang berseteru. Bila KPU tidak mau melawan argumentasi pemohon, maka secara tidak langsung KPU membenarkan argumentasi itu. "KPU memang tidak merasakan dampaknya, tapi bagaimana dengan kandidat yang akhirnya kalah lantaran KPU tidak memberikan bantahannya dalam setiap kasus yang ditangani KPU," jelasnya. Sementara itu, hingga hari kedua ini, persidangan kasus sengketa pemilu terus digelar di MK. Kebanyakan dari kasus itu membawa kasus penggelembungan suara dan pencurian suara.
Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D menilai Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak serius menanggapi persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang mulai digelar 18 Mei kemarin. Salah satu bukti dari hal ini adalah tidak hadirnya pihak KPU dalam persidangan yang sudah memasuki hari kedua ini. Hal itu dikatakan Mahfud dalam jumpa pers di Ruang Rapat Paripurna MK di Jakarta, Selasa (19/5) ini. "Pihak KPU tidak serius menanggapi persidangan ini," kata Mahfud yang saat itu didampingi oleh dua hakim konstitusi, M. Arsyad Sanusi dan Harjono.
Mahfud menjelaskan, KPU yang menyerahkan kasusnya pada pengacari negara atau Kejaksaan Agung, tidak membekali Kejaksaan Agung dengan data-data yang dibutuhkan. Akibatnya, dalam berbagai persidangan di MK, aparat Kejaksaan Agung yang saat itu menjadi lawyer KPU selalu mengatakan dua hal untuk membela diri. "Mereka selaku mengatakan gugatan itu kadaluarsa dan tidak memiliki dokumen yang otentik," kata Mahfud. Padahal, seharusnya KPU menyediakan semua kebutuhan kejaksaan (mulai data hingga fasilitas) untuk mempertahankan hasil pemilu di persidangan MK. "Kejaksaan
Apa yang terjadi dalam persidangan Selasa ini, tambah Mahfud, juga sangat mengecewakan. Setidaknya ada tujuh kasus yang dilewatkan oleh KPU karena absen di persidangan. Jika KPU tetap tidak datang dalam persidangan hari kedua ini, maka KPU akan melewatkan 150 persidangan. "Namun, perlu Saya ingatkan, bahwa meskipun KPU tidak hadir dalam persidangan, maka persidangan akan tetap dianggap sah, dan MK akan memberikan keputusan terbaik dalam persidangan ini," kata Mahfud serius.
Lebih jauh, Mahfud menilai, ketidakhadiran KPU jelas akan berpengaruh pada nasib kandidat atau partai yang sekarang ini sedang berseteru. Bila KPU tidak mau melawan argumentasi pemohon, maka secara tidak langsung KPU membenarkan argumentasi itu. "KPU memang tidak merasakan dampaknya, tapi bagaimana dengan kandidat yang akhirnya kalah lantaran KPU tidak memberikan bantahannya dalam setiap kasus yang ditangani KPU," jelasnya. Sementara itu, hingga hari kedua ini, persidangan kasus sengketa pemilu terus digelar di MK. Kebanyakan dari kasus itu membawa kasus penggelembungan suara dan pencurian suara.
18 Mei 2009
Hari Pertama Persidangan Sengketa Pemilu 2009
Iman D. Nugroho
Kandidat DPD dari Jawa Timur didampingi kuasa hukumnya sedang berhadapan dengan pengacara dari KPU Pusat dan KPU Jawa Timur dalam persidangan awal sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK) di Jakarta, Senin (18/5) ini. Dalam sehari MK menggelar 5 sidang yang digelar pagi hingga malam. Tampak pada gambar, pengacara KPU sedang berbincang saat salah satu Hakim , Abdul Mukthie Fadjar sedang memberikan paparannya.
14 Mei 2009
Ambil Uangnya, Tetap Cerdas Dalam Memilih Capresnya
Senja Madinah
Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi menganjurkan masyarakat untuk menerima semua pemberian uang ataupun barang dari pasangan capres manapun. Mamun tetap memberikan suara pada capres dan cawapres sesuai hati nurani. Hal itu dikatakan Hasyim di sela-sela kunjungannya di Pondok Pesantren Al-Qodiri, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, jawa Timur, Kamis (15/05).
Meski bebas memilih, warga Nahdlyyin diharapkan tidak terpengaruh pada iming-iming uang yang bakal marak terjadi menjelang pemilihan presiden (pilpres) tanggal 8 juli mendatang. Demikian katakan KH. Hasyim Muzadi. Hasyim memperingatkan warga Indonesia dan warga NU khususnya, bahayanya politik uang yang banyak digunakan oleh calon pemimpin bangsa agar terpilih. "Tidak hanya menghilangkan idealisme, Money politics, juga akan menghilangkan perjuangan dan keislaman serta kebangsaan," katanya.
Hasyim menjelaskan, calon pemimpin yang membagikan uang, harus dipertanyakan asal muasal uang yang dibagikan secara percuma. Orang semacam ini, menurut hasyim adalah orang yang tidak mempunyai karakter. Jika masyarakat memilih orang semacam ini, nantinya orang-orang yang tidak berduit tetapi mempunyai karakter justru tidak terlihat.
Hal ini, menurut Hasyim tentu saja akan merusak tatanan politik secara berkesinambungan. Dan secara keagamaan, masyarakat sudah tidak jujur pada hati nuraninya. Meski demikian, Hasyim juga menyadari jika sikap masyarakat untuk permisif pada money politics tadi karena kemiskinan dan kebutuhan yang mendesak. Karena itu, Hasyim menganjurkan untuk menerima pemberian apapun dari capres manapun, namun pilihan pemimpin tetap sesuai dengan hati nurani… insert hasyim, money.
Selain itu, ketua PBNU Hasyim Muzadi, promosi gratis kepemimpinan capres-cawapres JK-WIN di Pondok Pesantren Alqodiri Patrang. Dalam acara yang dihadiri ratusan kyai dari 4 kabupaten eks-karesidenan besuki itu, Hasyim meminta warga NU untuk tetap cerdas dan cermat memilih pemimpin bangsa.
Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi menganjurkan masyarakat untuk menerima semua pemberian uang ataupun barang dari pasangan capres manapun. Mamun tetap memberikan suara pada capres dan cawapres sesuai hati nurani. Hal itu dikatakan Hasyim di sela-sela kunjungannya di Pondok Pesantren Al-Qodiri, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, jawa Timur, Kamis (15/05).
Meski bebas memilih, warga Nahdlyyin diharapkan tidak terpengaruh pada iming-iming uang yang bakal marak terjadi menjelang pemilihan presiden (pilpres) tanggal 8 juli mendatang. Demikian katakan KH. Hasyim Muzadi. Hasyim memperingatkan warga Indonesia dan warga NU khususnya, bahayanya politik uang yang banyak digunakan oleh calon pemimpin bangsa agar terpilih. "Tidak hanya menghilangkan idealisme, Money politics, juga akan menghilangkan perjuangan dan keislaman serta kebangsaan," katanya.
Hasyim menjelaskan, calon pemimpin yang membagikan uang, harus dipertanyakan asal muasal uang yang dibagikan secara percuma. Orang semacam ini, menurut hasyim adalah orang yang tidak mempunyai karakter. Jika masyarakat memilih orang semacam ini, nantinya orang-orang yang tidak berduit tetapi mempunyai karakter justru tidak terlihat.
Hal ini, menurut Hasyim tentu saja akan merusak tatanan politik secara berkesinambungan. Dan secara keagamaan, masyarakat sudah tidak jujur pada hati nuraninya. Meski demikian, Hasyim juga menyadari jika sikap masyarakat untuk permisif pada money politics tadi karena kemiskinan dan kebutuhan yang mendesak. Karena itu, Hasyim menganjurkan untuk menerima pemberian apapun dari capres manapun, namun pilihan pemimpin tetap sesuai dengan hati nurani… insert hasyim, money.
Selain itu, ketua PBNU Hasyim Muzadi, promosi gratis kepemimpinan capres-cawapres JK-WIN di Pondok Pesantren Alqodiri Patrang. Dalam acara yang dihadiri ratusan kyai dari 4 kabupaten eks-karesidenan besuki itu, Hasyim meminta warga NU untuk tetap cerdas dan cermat memilih pemimpin bangsa.
Mencintai dan Meletakkan Pilihan Hidup Pada Buku
Diana AV Sasa | Muhidin M Dahlan
Diam-diam aku sedang mempersiapkan, sebuah kematian yang paling sempurna: dikuburkan di dalam buku. Engkau tahu? Buku akan hidup abadi. Tak mati-mati! Barangkali saja, kelak dalam perjalananku dari halaman-halamanmu, duhai Bukuku, duhai Kuburku, duhai Kekasih Abadiku, bisa kutemukan pertanyaan teka-tekimu, bisa kudengar apa saja yang dikata Waktu. (Hasan Aspahani, ”Sajak Ini Kuberi Judul Buku”, www.sejuta-puisi.blogspot.com, 2 April 2004)
Kami adalah dua orang yang mencintai buku dan meletakkan pilihan hidup pada buku. Pergulatan dengan buku mengantarkan kami pada satu kesimpulan: Buku terus berevolusi. Dan sesuai dengan tugasnya sebagai pencatat laku jaman, ia meninggalkan banyak catatan perjalanan. Para penggila buku dengan hasrat dan ketekunannya meninggalkan beberapa catatan tentang kegilaan pada buku yang eksentrik, unik, dan mengagumkan.
Sebut saja Blumberg si maling buku profesional, Henry Huntington dengan perpustakaan raksasa dan hasrat berburunya yang luar biasa, Rosenbach perantara yang lihai, Ruth Baldwin sang ratu buku anak, Anthonio Maghliobechi sang pustakawan yang mangkat di meja perpustakaan, John Wood prajurit korporat Microsoft yang membangun ribuan perpustakaan, Hatta dan kecintaannya pada buku, Kiswanti, Dauzan Farouk, dan Sumanto dengan cita-citanya pada perpustakaan desa, Harry Kunto yang menjaga identitas Bandung dengan buku, dan sederetan nama-nama lain.
Mereka yang berdiam di balik buku itu menyimpan banyak rahasia besar akan cita-cita mulia kebesaran sebuah bangsa. Dunia di balik buku ternyata begitu luas dan kaya. Kami menemukan ragam kisah menarik tentang buku dan buku. Bukan hanya buku, tapi juga rumahnya. Kami mencatat beberapa kisah perpustakaan dan klub buku. Di sini kami menuangkan beberapa gagasan tentang buku dan rumahnya yang memberi keluasan gerak dan kenyamanan tinggal di dalamnya.
Tak hanya rumahnya tapi juga perabotnya dan perilaku penghuninya. Kami berharap, apa yang kami catat dan tawarkan akan membawa perubahan pada kondisi rumah pustaka tanah air yang jauh dari garis buku beradab. Buku tentu tak bicara tentang dirinya sendiri saja. Buku juga ada karena penulisnya bicara dalam padu padan huruf. Betapa banyak orang yang ingin menulis tapi tak tahu bagaimana mesti memulai.
Maka kami pun memberi beberapa catatan tentang buku yang pernah kami bacai dan memberi kami inspirasi untuk terus membaca dan menulis. Karena membaca dan menulis adalah dua kembaran yang tak terpisah. Berguru pada buku, kami menamainya.
Ternyata buku tak melulu dibacai, ditandai oleh kertas. Film juga banyak yang menjadikan buku sebagai latar cerita. Kami mencatatkan film Finding Forrester, Fahrenheit 451, Il Postino, Quills, Freedom Writer, hingga Gie sebagai referensi film buku.
Di kelebat layar inilah buku memiliki nyawa yang bisa bicara dan bergerak. Ia tak semata teks yang membosankan. Buku bertransformasi dalam gerak gambar. Menjadikan buku sebagai sesuatu yang menyenangkan dan layak dinikmati.
Dan sebagai anak zaman yang terus bergerak menuju masa depan, kami melihat dan menyaksikan bagaimana buku berevolusi medium. Buku tak lagi harus lembaran kertas yang tebal dan berat. Buku pun mengikuti arus serba elekrik dilahirkan oleh alaf ketiga. Kami melihatnya ini sebagai sebuah revolusi buku. Buku-e, toko buku online, ensiklopedia maya raksasa, perpustakaan online, hingga radio dan televisi buku.
Catatan-catatan itu kami rangkum dalam seranai bertajuk
”Para Penggila Buku:100 Catatan di Balik Buku”
yang akan kami lahirkan pada,
Hari/Tanggal : Rabo, 20 Mei 2009
Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Newseum Cafe ,
Jl Veteran I No 33 , sekitaran Istiqlal, samping Kostrad, Jakpus
Untuk itu kami mengharap kehadiran kawan-kawan untuk menjadi saksi kelahiran buku ini bersama:
Taufik Rahzen (Budayawan)
Kurnia Efendi (Sastrawan)
Aldo Scirsof (Goodreads Indonesia)
Putra Gara (Seniman Monolog-Anita)
Komunitas Goodreads Indonesia
Komunitas Kutubukugila (Kubugil)
KETERANGAN BUKU
Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku
Penulis: Diana AV Sasa | Muhidin M Dahlan
Penerbit: I:BOEKOE & dbuku
Tebal : 668 halaman
Ukuran: 15 x 24 cm (hard cover)
ISBN: 978-979-1436-14-4
Harga: Rp 200.000
Scripta manent verba volant, yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin.
Jakarta, Mei 2009
Diam-diam aku sedang mempersiapkan, sebuah kematian yang paling sempurna: dikuburkan di dalam buku. Engkau tahu? Buku akan hidup abadi. Tak mati-mati! Barangkali saja, kelak dalam perjalananku dari halaman-halamanmu, duhai Bukuku, duhai Kuburku, duhai Kekasih Abadiku, bisa kutemukan pertanyaan teka-tekimu, bisa kudengar apa saja yang dikata Waktu. (Hasan Aspahani, ”Sajak Ini Kuberi Judul Buku”, www.sejuta-puisi.blogspot.com, 2 April 2004)
Kami adalah dua orang yang mencintai buku dan meletakkan pilihan hidup pada buku. Pergulatan dengan buku mengantarkan kami pada satu kesimpulan: Buku terus berevolusi. Dan sesuai dengan tugasnya sebagai pencatat laku jaman, ia meninggalkan banyak catatan perjalanan. Para penggila buku dengan hasrat dan ketekunannya meninggalkan beberapa catatan tentang kegilaan pada buku yang eksentrik, unik, dan mengagumkan.
Sebut saja Blumberg si maling buku profesional, Henry Huntington dengan perpustakaan raksasa dan hasrat berburunya yang luar biasa, Rosenbach perantara yang lihai, Ruth Baldwin sang ratu buku anak, Anthonio Maghliobechi sang pustakawan yang mangkat di meja perpustakaan, John Wood prajurit korporat Microsoft yang membangun ribuan perpustakaan, Hatta dan kecintaannya pada buku, Kiswanti, Dauzan Farouk, dan Sumanto dengan cita-citanya pada perpustakaan desa, Harry Kunto yang menjaga identitas Bandung dengan buku, dan sederetan nama-nama lain.
Mereka yang berdiam di balik buku itu menyimpan banyak rahasia besar akan cita-cita mulia kebesaran sebuah bangsa. Dunia di balik buku ternyata begitu luas dan kaya. Kami menemukan ragam kisah menarik tentang buku dan buku. Bukan hanya buku, tapi juga rumahnya. Kami mencatat beberapa kisah perpustakaan dan klub buku. Di sini kami menuangkan beberapa gagasan tentang buku dan rumahnya yang memberi keluasan gerak dan kenyamanan tinggal di dalamnya.
Tak hanya rumahnya tapi juga perabotnya dan perilaku penghuninya. Kami berharap, apa yang kami catat dan tawarkan akan membawa perubahan pada kondisi rumah pustaka tanah air yang jauh dari garis buku beradab. Buku tentu tak bicara tentang dirinya sendiri saja. Buku juga ada karena penulisnya bicara dalam padu padan huruf. Betapa banyak orang yang ingin menulis tapi tak tahu bagaimana mesti memulai.
Maka kami pun memberi beberapa catatan tentang buku yang pernah kami bacai dan memberi kami inspirasi untuk terus membaca dan menulis. Karena membaca dan menulis adalah dua kembaran yang tak terpisah. Berguru pada buku, kami menamainya.
Ternyata buku tak melulu dibacai, ditandai oleh kertas. Film juga banyak yang menjadikan buku sebagai latar cerita. Kami mencatatkan film Finding Forrester, Fahrenheit 451, Il Postino, Quills, Freedom Writer, hingga Gie sebagai referensi film buku.
Di kelebat layar inilah buku memiliki nyawa yang bisa bicara dan bergerak. Ia tak semata teks yang membosankan. Buku bertransformasi dalam gerak gambar. Menjadikan buku sebagai sesuatu yang menyenangkan dan layak dinikmati.
Dan sebagai anak zaman yang terus bergerak menuju masa depan, kami melihat dan menyaksikan bagaimana buku berevolusi medium. Buku tak lagi harus lembaran kertas yang tebal dan berat. Buku pun mengikuti arus serba elekrik dilahirkan oleh alaf ketiga. Kami melihatnya ini sebagai sebuah revolusi buku. Buku-e, toko buku online, ensiklopedia maya raksasa, perpustakaan online, hingga radio dan televisi buku.
Catatan-catatan itu kami rangkum dalam seranai bertajuk
”Para Penggila Buku:100 Catatan di Balik Buku”
yang akan kami lahirkan pada,
Hari/Tanggal : Rabo, 20 Mei 2009
Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Newseum Cafe ,
Jl Veteran I No 33 , sekitaran Istiqlal, samping Kostrad, Jakpus
Untuk itu kami mengharap kehadiran kawan-kawan untuk menjadi saksi kelahiran buku ini bersama:
Taufik Rahzen (Budayawan)
Kurnia Efendi (Sastrawan)
Aldo Scirsof (Goodreads Indonesia)
Putra Gara (Seniman Monolog-Anita)
Komunitas Goodreads Indonesia
Komunitas Kutubukugila (Kubugil)
KETERANGAN BUKU
Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku
Penulis: Diana AV Sasa | Muhidin M Dahlan
Penerbit: I:BOEKOE & dbuku
Tebal : 668 halaman
Ukuran: 15 x 24 cm (hard cover)
ISBN: 978-979-1436-14-4
Harga: Rp 200.000
Scripta manent verba volant, yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin.
Jakarta, Mei 2009