Press Release, Hanif Nashrullah
Dewan Kesenian Surabaya bekerja sama dengan Konjen Amerika Serikat (AS) di Surabaya mengundang rekan-rekan wartawan, penulis, sastrawan dan khalayak umum---khususnya yang tertarik dengan dunia tulis-menulis serta kebudayaan---untuk menghabiskan waktu sore bersama Valerie Miner pada hari Kamis, 2 April 2009, mulai pukul 16.00, di Gedung Utama Balai Pemuda, Jl. Gubernur Suryo 15 Surabaya.
Valerie Miner adalah novelis asal Amerika Serikat. Lahir di New York, 28 Agustus 1947, saat ini dia tinggal di San Fransisco, California. Sejumlah karya bukunya telah membuahkan berbagai penghargaan internasional, di antaranya dari The Rockefeller Foundation, The McKnight Foundation, The NEA, The Jerome Foundation, The Heinz Foundation, The Australia Council Literary Arts Board dan masih banyak lagi. Karya novel terbarunya, After Eden, diterbitkan sebagai salah satu seri Kesusastraan Amerika Barat oleh University of Oklahoma Press (2007).
Sejak 2006, Valerie Miner menjadi Profesor di Stanford University. Namun sebelumnya, selama 25 tahun dia telah mengajar, serta memberi workshop---khususnya tentang creative writing---di berbagai belahan dunia.
Kesibukan lainnya yang digeluti saat ini adalah sebagai artist-in-residence: berkolaborasi dalam menulis buku; menggelar pameran di berbagai museum; serta terlibat di beberapa pertunjukan teater. Yang terakhir ini, beberapa di antaranya telah disiarkan menjadi drama radio di BBC.
Pada kesempatan di Gedung Utama Balai Pemuda, 2 April nanti, Valerie salah satunya akan mempresentasikan tentang “Finding Shapes in Our Stories”. Selebihnya akan dibuka perbincangan terkait dengan kepenulisan dan kebudayaan. Demikian Siaran Pers ini sekaligus sebagai undangan. Besar harapan kami Bapak/ Ibu/ Saudara(i) bisa menghadiri acara ini.
26 Maret 2009
24 Maret 2009
Warga NA Bangladesh Ditangkap Imigrasi Jember
Rumi Madinah
Seorang warga negara asing atau WNA asal Bangladesh, ditangkap oleh petugas Kantor Imigrasi Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur pekan lalu. Laki-laki yang mengaku bernama Muhammad Tobi ini dianggap warga negara ilegal karena tinggal di wilayah Indonesia tanpa dilengkapi dokumen yang sah. Uniknya, Tobi yang kini berusia 32 tahun itu mengaku sempat mengikuti proses Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur.
Dari keterangan yang dihimpun oleh petugas imigrasi, Mohamad Tobi tinggal selama tujuh tahun di Jl. Bungur no.14, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Kedatangannya ke Indonesia untuk pertama kali didasari oleh rasa cinta kepada Evi Yunita, warga Jember yang dikenalnya saat menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia pada tahun 2000. Saat Evi akan kembali ke Indonesia pada tahun 2002, Tobi pun nekad mengikuti kekasihnya. Tobi yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang ayam potong di Pasar Bungur, Jember ini menikah dengan menggunakan identitas palsu pada tahun yang sama. Sejak saat itu, Tobi pun secara "sah" menjadi warga negara Indonesia.
Menariknya, sebelum kasus ini terungkap, dengan identitas palsu yang dimiliki, Tobi mengikuti proses Pemilu dan Pilkada di Indonesia sebanyak empat kali. Mulai dari Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2004, Pemilihan Bupati Jember tahun 2005 dan Pilkada Jatim tahun 2009. "Waktu saya memilih SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sebagai presiden RI," kata Tobi. Saat ditangkap, Tobi bahkan telah terdaftar dalam Pemilu Legislatif, 9 April mendatang. Sebagai bukti, nama bapak satu anak ini telah tertera dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Kepala Kantor Imigrasi Jember, Jon Rois mengatakan, Mohammad Tobi akan segera dideportasi ke negara asalnya, Bangladesh. "Ia akan segera dideportasi," kata Jon Rois. Dan untuk menghindari munculnya kasus serupa, Imigrasi Jember akan berkoordinasi dengan Badan Kependudukan dan Catatan Sipil (Bapenduk Capil) Pemkab Jember untuk pengetatan dalam hal pembuatan KTP. Menyangkut tercatatnya Tobi dalam DPT, Ketua KPU Kabupaten Jember, Sudarisman justru menuding hal itu sebagai kesalahan Bapenduk Capil Pemkab Jember. "Itu bukan salah KPU Jember," tegasnya. Untuk itu, KPU Jember akan mencoret nama yang bersangkutan dari DPT.
Seorang warga negara asing atau WNA asal Bangladesh, ditangkap oleh petugas Kantor Imigrasi Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur pekan lalu. Laki-laki yang mengaku bernama Muhammad Tobi ini dianggap warga negara ilegal karena tinggal di wilayah Indonesia tanpa dilengkapi dokumen yang sah. Uniknya, Tobi yang kini berusia 32 tahun itu mengaku sempat mengikuti proses Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur.
Dari keterangan yang dihimpun oleh petugas imigrasi, Mohamad Tobi tinggal selama tujuh tahun di Jl. Bungur no.14, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Kedatangannya ke Indonesia untuk pertama kali didasari oleh rasa cinta kepada Evi Yunita, warga Jember yang dikenalnya saat menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia pada tahun 2000. Saat Evi akan kembali ke Indonesia pada tahun 2002, Tobi pun nekad mengikuti kekasihnya. Tobi yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang ayam potong di Pasar Bungur, Jember ini menikah dengan menggunakan identitas palsu pada tahun yang sama. Sejak saat itu, Tobi pun secara "sah" menjadi warga negara Indonesia.
Menariknya, sebelum kasus ini terungkap, dengan identitas palsu yang dimiliki, Tobi mengikuti proses Pemilu dan Pilkada di Indonesia sebanyak empat kali. Mulai dari Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2004, Pemilihan Bupati Jember tahun 2005 dan Pilkada Jatim tahun 2009. "Waktu saya memilih SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sebagai presiden RI," kata Tobi. Saat ditangkap, Tobi bahkan telah terdaftar dalam Pemilu Legislatif, 9 April mendatang. Sebagai bukti, nama bapak satu anak ini telah tertera dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Kepala Kantor Imigrasi Jember, Jon Rois mengatakan, Mohammad Tobi akan segera dideportasi ke negara asalnya, Bangladesh. "Ia akan segera dideportasi," kata Jon Rois. Dan untuk menghindari munculnya kasus serupa, Imigrasi Jember akan berkoordinasi dengan Badan Kependudukan dan Catatan Sipil (Bapenduk Capil) Pemkab Jember untuk pengetatan dalam hal pembuatan KTP. Menyangkut tercatatnya Tobi dalam DPT, Ketua KPU Kabupaten Jember, Sudarisman justru menuding hal itu sebagai kesalahan Bapenduk Capil Pemkab Jember. "Itu bukan salah KPU Jember," tegasnya. Untuk itu, KPU Jember akan mencoret nama yang bersangkutan dari DPT.
Alunan Seriosa Para Lanjut Usia
Iman D. Nugroho
Para manusia lanjut usia berseriosa dalam "The Voice of Spring Concert" di The Empire Palace, Surabaya, Selasa (23/3) malam ini. Hadir dalam event itu bos Museum Rekor Indonesia (MURI), Jaya Suprana yang sekaligus memberikan penghargaan MURI untuk murid-murid guru seriosa Jang Pok Ja (Zhang Xiao Jia) itu. Tampakpada gambar, penyanyi Hadi Widjojo (68) menyanyikan lagu berjudul Santa Lucia dengan iringan pianis Chen Re Yi.
---------------------
Pelan-pelan Liem Lydiawati menapaki tangga panggung di The Empire Palace Surabaya. Kedua tangan perempuan berusia 61 tahun ini berpegang pada lengan Linda dan Elisabeth, pianis muda yang akan mengiringi penampilan Liem malam itu. Di tengah panggung, Liem meraih mike dan melirik ke arah Linda dan Elisabeth yang sudah siap di balik piano dan keyboard. Sebuah intro lagu Ave Maria yang pada tahun 1995 diciptakan oleh Alexsey Zakharenko asal Ukraina pun mengalun. "Ave Maria,..Ave Maria,..." begitulah Liem mengawali lagunya. Penonton bergeming. Terpukau oleh suara mendayu Liem dalam lagu seriosanya.
Liem adalah satu dari 20 penyanyi seriosa yang menunjukan kebolehannya dalam event bertajuk "The Voice of Spring Concert" di Surabaya, Senin(23/3) malam lalu. Berbeda dengan pagelaran seriosa yang pernah ada, pertunjukan musik yang belakangan dipopulerkan oleh penyanyi Luciano Pavarotti ini, menampilkan penyanyi lanjut usia atau lansia. "Itulah yang membedakan konser ini dengan yang lain, semua penyanyinya lansia," kata Gondo Kusumo, ketua panitia pertunjukan itu pada The Post. Penyanyi "termuda" adalah Theresia T.T yang berusia 60 tahun. Sementara yang tertua, Harjo Sutanto yang merusia 83 tahun.
Ke-20 penyanyi lansia itu adalah anggota komunitas panduan suara di bawah asuhan Jang Pok Ja atau Zhang Xiao Jia, guru seriosa asal Tiongkok. Selama dua jam, dengan diiringi 6 pianis dan 1 keyboardist, ke 20 penyanyi seriosa lansia itu membawakan 27 lagu seriosa dari berbagai bahasa. Mulai bahasa Indonesia, China, Inggris hingga Jerman. "Semuanya dibawakan dengan nada seriosa yang sempurna, tidak kalah dengan Luciano Pavarotti," ungkap Gondo sedikit berpromosi. Benar saja, sejak lagu pertama berjudul Shenshen de Haiyang yang dibawakan oleh Maureen Surjasentana dan Theresia T.T hingga lagu O So Lomino yang dibawakan oleh Harjo Sutanto, Gondo Kusumo, Liang Yung Chie, Rianto Nurhadi dan Hoendowo Tedjo, selalu menciptakan applause panjang.
Bagaimana lansia bisa berseriosa? Guru seriosa Zhang Xiao Jia mengatakan, secara alami manusia pasti memiliki bakat bernyanyai seriosa. Hanya saja, sering kali bakat itu tidak diasah dan dibiarkan hilang. Dengan bantuan dirinya, para lansia ini mencoba memunculkan lagi kemampuan bernyanyi seriosa itu. "Asalkan tidak pikun, pasti lansia pasti bisa bernyanyi seriosa," kata Zhang Xiao Jia. Dengan latihan vokal dan pernapasan, seminggu sekali diadakan pertemuan bersama di rumah Zhang Xiao Jia di Surabaya. Heng Ming, adalah teknik vocal yang diajarkan pertama kali. Secara sederhana, teknik ini adalah sebuah latihan untuk mengeluarkan suara asli. Dengan memadukan pernapasan dan konsentrasi. "Dengan teknik itu, lansia akan bisa menemukan kembali suara aslinya," jelas Zhang Xiao Jia.
Uniknya, berlatih seriosa juga membawa efek positif bagi kesehatan pada lansia. Terutama efek latihan pernapasan yang menjadi bagian paling penting dalam berlatih seriosa. Hal itu juga yang dirasakan Bambang Kertanegara. Warga Surabaya yang kini berusia 65 tahun itu, adalah murid terlama dari Zhang Xiao Jia. Sejak belajar menyanyi seriosa pada tahun 2000, Bambang merasakan ada sensasi yang berbeda. "Rasanya plong, napas lebih lega," jelasnya. Belum lagi dengan olah nada,yang menurut Bambang, membuatnya lebih tenang. "Saya sama sekali tidak pernah membayangkan, seriosa ada efek untuk kesehatan juga," katanya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Harjo Sutanto.
Penyanyi seriosa tertua yang kini berusia 83 tahun itu meyakini kebugaran yang dirasakan olehnya juga dipengaruhi oleh latihan seriosa yang dijalaninya. “Usai berlatih seriosa, seperti habis berolahrasa, lebih segar,” kata bapak empat anak dan kakek dari sembilan cucu yang juga pemilik dari salah satu perusahaan mie instant ini.
Faktor usia juga yang membuat pagelaran musik seriosa ini berjalan tidak seperti biasanya. Banyak berbagai hal lucu yang muncul saat pagelaran itu berlangsung. Saat Harjo Sutanto berduet bersama istrinya, Yenny Lilian misalnya, penonton dibuat tertawa dengan aksi Harjo yang mencium pipi istrinya saat lagu berjudul All I Ask of You karya Andrew Lloyd Webber berakhir. Begitu juga saat Hadi Widjojo berduet dengan Elly Siani saat menyanyikan lagi Marry Widow Waltz. Keduanya bergoyang layaknya muda-mudi yang berdansa.
Keunikan konser The Voice of Spring Concert juga “ditangkap” oleh Museum Rekor Indonesia atau MURI. Dalam perhelatan Senin malam lalu, ketua MURI, Jaya Suprana datang secara khusus untuk menyaksikan konser yang baru pertama kali digelar di Indonesia itu. “Ini adalah konser seriosa pertama yang dilakukan oleh lansia, karena itu saya menyaksikan konser ini sampai selesai,” kata Jaya Suprana. Dalam event itu, bos perusahaan jamu tradisional ini menyerahkan penghargaan untuk Penyanyi Seriosa Tertua yang diberikan kepada Harjo Sutanto berusia 83 tahun dan guru vokal pertama yang berhasil mendidik para lansia dalam olah vokal seriosa, Zhang Xiao Jia.

---------------------
Pelan-pelan Liem Lydiawati menapaki tangga panggung di The Empire Palace Surabaya. Kedua tangan perempuan berusia 61 tahun ini berpegang pada lengan Linda dan Elisabeth, pianis muda yang akan mengiringi penampilan Liem malam itu. Di tengah panggung, Liem meraih mike dan melirik ke arah Linda dan Elisabeth yang sudah siap di balik piano dan keyboard. Sebuah intro lagu Ave Maria yang pada tahun 1995 diciptakan oleh Alexsey Zakharenko asal Ukraina pun mengalun. "Ave Maria,..Ave Maria,..." begitulah Liem mengawali lagunya. Penonton bergeming. Terpukau oleh suara mendayu Liem dalam lagu seriosanya.
Liem adalah satu dari 20 penyanyi seriosa yang menunjukan kebolehannya dalam event bertajuk "The Voice of Spring Concert" di Surabaya, Senin(23/3) malam lalu. Berbeda dengan pagelaran seriosa yang pernah ada, pertunjukan musik yang belakangan dipopulerkan oleh penyanyi Luciano Pavarotti ini, menampilkan penyanyi lanjut usia atau lansia. "Itulah yang membedakan konser ini dengan yang lain, semua penyanyinya lansia," kata Gondo Kusumo, ketua panitia pertunjukan itu pada The Post. Penyanyi "termuda" adalah Theresia T.T yang berusia 60 tahun. Sementara yang tertua, Harjo Sutanto yang merusia 83 tahun.
Ke-20 penyanyi lansia itu adalah anggota komunitas panduan suara di bawah asuhan Jang Pok Ja atau Zhang Xiao Jia, guru seriosa asal Tiongkok. Selama dua jam, dengan diiringi 6 pianis dan 1 keyboardist, ke 20 penyanyi seriosa lansia itu membawakan 27 lagu seriosa dari berbagai bahasa. Mulai bahasa Indonesia, China, Inggris hingga Jerman. "Semuanya dibawakan dengan nada seriosa yang sempurna, tidak kalah dengan Luciano Pavarotti," ungkap Gondo sedikit berpromosi. Benar saja, sejak lagu pertama berjudul Shenshen de Haiyang yang dibawakan oleh Maureen Surjasentana dan Theresia T.T hingga lagu O So Lomino yang dibawakan oleh Harjo Sutanto, Gondo Kusumo, Liang Yung Chie, Rianto Nurhadi dan Hoendowo Tedjo, selalu menciptakan applause panjang.
Bagaimana lansia bisa berseriosa? Guru seriosa Zhang Xiao Jia mengatakan, secara alami manusia pasti memiliki bakat bernyanyai seriosa. Hanya saja, sering kali bakat itu tidak diasah dan dibiarkan hilang. Dengan bantuan dirinya, para lansia ini mencoba memunculkan lagi kemampuan bernyanyi seriosa itu. "Asalkan tidak pikun, pasti lansia pasti bisa bernyanyi seriosa," kata Zhang Xiao Jia. Dengan latihan vokal dan pernapasan, seminggu sekali diadakan pertemuan bersama di rumah Zhang Xiao Jia di Surabaya. Heng Ming, adalah teknik vocal yang diajarkan pertama kali. Secara sederhana, teknik ini adalah sebuah latihan untuk mengeluarkan suara asli. Dengan memadukan pernapasan dan konsentrasi. "Dengan teknik itu, lansia akan bisa menemukan kembali suara aslinya," jelas Zhang Xiao Jia.
Uniknya, berlatih seriosa juga membawa efek positif bagi kesehatan pada lansia. Terutama efek latihan pernapasan yang menjadi bagian paling penting dalam berlatih seriosa. Hal itu juga yang dirasakan Bambang Kertanegara. Warga Surabaya yang kini berusia 65 tahun itu, adalah murid terlama dari Zhang Xiao Jia. Sejak belajar menyanyi seriosa pada tahun 2000, Bambang merasakan ada sensasi yang berbeda. "Rasanya plong, napas lebih lega," jelasnya. Belum lagi dengan olah nada,yang menurut Bambang, membuatnya lebih tenang. "Saya sama sekali tidak pernah membayangkan, seriosa ada efek untuk kesehatan juga," katanya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Harjo Sutanto.
Penyanyi seriosa tertua yang kini berusia 83 tahun itu meyakini kebugaran yang dirasakan olehnya juga dipengaruhi oleh latihan seriosa yang dijalaninya. “Usai berlatih seriosa, seperti habis berolahrasa, lebih segar,” kata bapak empat anak dan kakek dari sembilan cucu yang juga pemilik dari salah satu perusahaan mie instant ini.
Faktor usia juga yang membuat pagelaran musik seriosa ini berjalan tidak seperti biasanya. Banyak berbagai hal lucu yang muncul saat pagelaran itu berlangsung. Saat Harjo Sutanto berduet bersama istrinya, Yenny Lilian misalnya, penonton dibuat tertawa dengan aksi Harjo yang mencium pipi istrinya saat lagu berjudul All I Ask of You karya Andrew Lloyd Webber berakhir. Begitu juga saat Hadi Widjojo berduet dengan Elly Siani saat menyanyikan lagi Marry Widow Waltz. Keduanya bergoyang layaknya muda-mudi yang berdansa.
Keunikan konser The Voice of Spring Concert juga “ditangkap” oleh Museum Rekor Indonesia atau MURI. Dalam perhelatan Senin malam lalu, ketua MURI, Jaya Suprana datang secara khusus untuk menyaksikan konser yang baru pertama kali digelar di Indonesia itu. “Ini adalah konser seriosa pertama yang dilakukan oleh lansia, karena itu saya menyaksikan konser ini sampai selesai,” kata Jaya Suprana. Dalam event itu, bos perusahaan jamu tradisional ini menyerahkan penghargaan untuk Penyanyi Seriosa Tertua yang diberikan kepada Harjo Sutanto berusia 83 tahun dan guru vokal pertama yang berhasil mendidik para lansia dalam olah vokal seriosa, Zhang Xiao Jia.
23 Maret 2009
Memanfaatkan Refleksi Dalam Fotografi
By Fully Syafi
Refleksi yang dihasilkan benda-benda pada sebuah obyek foto, bisa jadi memiliki daya "magis" dalam sebuah karya fotografi. Seperti yang tampak pada Upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi di Pantai Aru Surabaya, Minggu (22/3) ini. Bayangan refleksi yang dihasilkan genangan air membuat atmosfir foto yang tampak "jauh" berbeda. Seperti yang tampak pada gambar, bayangan refleksi terlihat begitu jelas. Hanya saja, perlu diperhatikan kembali hasil refleksi. Untuk apa memanfaatkakn refleksi bila hasilnya tidak lebih baik?

Melihat Bersama di Pusat Kebudayaan Prancis di Surabaya
Press Release
Pusat Kebudayaan Prancis di Surabaya atau CCCL Surabaya mengundang 2 seniman muda untuk menampilkan karya fotografi bertema ”Melihat Bersama” dari sudut pandang masing-masing. Mereka adalah Bahtiar Dwi Susanto asal Indonesia dan Ahmad Fuad Osman berasal dari Malaysia. Keduanya bertemu saat residensi di Malaysia pada tahun 2007/2008. Pameran akan berlangsung mulai 31 Maret – 11 April 2009 di Galeri CCCL.
Pameran seni visual dengan menggunakan media foto cetak dan slide show foto dari 2 negara ini akan makin lengkap dengan ditampilkannya karya seni audiovisual dari Sekolah Seni di Prancis, Fresnoy (baca: frenoa), ”La toile et l’écran” (Kanvas dan Layar) karya 8 seniman. Kompilasi yang didatangkan dari Prancis dengan dukungan CulturesFrance ini, berupa 8 video yang memperlihatkan tentang ’pencarian’ para seniman video, mengenai ada (atau tidak) hubungan antara video dan seni lukis.
Untuk memeriahkan malam pembukaan pameran ”Melihat Bersama”, pada Selasa 31 Maret 2009 pk. 18.30 di CCCL, akan diadakan diskusi bersama kedua visual artist yang berpameran: Bahtiar Dwi susanto dan Ahmad ahmad Fuad Osman, serta Agus Koecink (pemerhati/pegiat seni Jawa Timur), sebagai pembicara pembanding. Tema diskusinya yaitu “Silang Budaya 2 Negara, Indonesia - Malaysia”. Pemutaran film « Masturbasi O » karya Hakim Sattu, yang ikut berpartisipasi dalam proyek Long Lost of Memories karya Ahmad Fuad Osman di Malaysia, akan mengawali diskusi.
Pameran menampilkan karya Bahtiar Dwi Susanto dan Ahmad Fuad Osman yang bersama-sama melakukan residensi seni dan berkarya di Rimbun Dahan, Malaysia (pusat pengembangan seni tradisi dan kontemporer). Perkembangan seni kontemporer menggagas bagaimana batas-batas lokal, regional dan internasional tidak lagi menjadi sebuah batasan dan membuat adanya jarak geografis. Melihat lebih jauh bahwa perbedaan negara atau nation dan regional telah dapat terlewati oleh beberapa pergerakan ”independent” dalam konteks kebudayaan. Visual art dalam pembicaraan ini telah banyak dikenal di berbagai negara dunia sebagai bahasa universal karena peradabannya lebih tua daripada bahasa itu sendiri.
Melihat Bersama, diasumsikan kepada pengkaryaan personalitas dari 2 negara yakni Indonesia (Bahtiar Dwi Susanto) dan Malaysia (Fuad Ahmad Osman), dengan merepresentasikan Malaysia secara berbeda dalam karya-karya fotografis. - Bahtiar Dwi Susanto.
Pusat Kebudayaan Prancis di Surabaya atau CCCL Surabaya mengundang 2 seniman muda untuk menampilkan karya fotografi bertema ”Melihat Bersama” dari sudut pandang masing-masing. Mereka adalah Bahtiar Dwi Susanto asal Indonesia dan Ahmad Fuad Osman berasal dari Malaysia. Keduanya bertemu saat residensi di Malaysia pada tahun 2007/2008. Pameran akan berlangsung mulai 31 Maret – 11 April 2009 di Galeri CCCL.
Pameran seni visual dengan menggunakan media foto cetak dan slide show foto dari 2 negara ini akan makin lengkap dengan ditampilkannya karya seni audiovisual dari Sekolah Seni di Prancis, Fresnoy (baca: frenoa), ”La toile et l’écran” (Kanvas dan Layar) karya 8 seniman. Kompilasi yang didatangkan dari Prancis dengan dukungan CulturesFrance ini, berupa 8 video yang memperlihatkan tentang ’pencarian’ para seniman video, mengenai ada (atau tidak) hubungan antara video dan seni lukis.
Untuk memeriahkan malam pembukaan pameran ”Melihat Bersama”, pada Selasa 31 Maret 2009 pk. 18.30 di CCCL, akan diadakan diskusi bersama kedua visual artist yang berpameran: Bahtiar Dwi susanto dan Ahmad ahmad Fuad Osman, serta Agus Koecink (pemerhati/pegiat seni Jawa Timur), sebagai pembicara pembanding. Tema diskusinya yaitu “Silang Budaya 2 Negara, Indonesia - Malaysia”. Pemutaran film « Masturbasi O » karya Hakim Sattu, yang ikut berpartisipasi dalam proyek Long Lost of Memories karya Ahmad Fuad Osman di Malaysia, akan mengawali diskusi.
Pameran menampilkan karya Bahtiar Dwi Susanto dan Ahmad Fuad Osman yang bersama-sama melakukan residensi seni dan berkarya di Rimbun Dahan, Malaysia (pusat pengembangan seni tradisi dan kontemporer). Perkembangan seni kontemporer menggagas bagaimana batas-batas lokal, regional dan internasional tidak lagi menjadi sebuah batasan dan membuat adanya jarak geografis. Melihat lebih jauh bahwa perbedaan negara atau nation dan regional telah dapat terlewati oleh beberapa pergerakan ”independent” dalam konteks kebudayaan. Visual art dalam pembicaraan ini telah banyak dikenal di berbagai negara dunia sebagai bahasa universal karena peradabannya lebih tua daripada bahasa itu sendiri.
Melihat Bersama, diasumsikan kepada pengkaryaan personalitas dari 2 negara yakni Indonesia (Bahtiar Dwi Susanto) dan Malaysia (Fuad Ahmad Osman), dengan merepresentasikan Malaysia secara berbeda dalam karya-karya fotografis. - Bahtiar Dwi Susanto.