Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

20 Desember 2008

Lampu Jakarta


Iman D. Nugroho

LAMPU JAKARTA. Jakarta memang tidak selalu indah. Tapi pertengahan bulan ini, keindahan kota dengan penduduk sekitar 12 juta jiwa itu terpancar dari sorot lampu yang menyelimuti. Foto ini diambil dari sisi utara Hotel Manhattan, Kuningan Jakarta.





19 Desember 2008

Bila Barang Bekas Malaysia Berkolaborasi Dengan Gamelan


Iman D. Nugroho, Surabaya

Bagaimana bila barang bekas asal Malaysia berkolaborasi dengan gamelan Jawa? Keindahanlah yang tercipta. Itulah yang terjadi di Sekolah Dasar Kristen (SDK) Santa Theresia I Surabaya, Jumat (19/12) ini. Dalam acara itu, alat-alat musik dari barang-barang bekas yang dimainkan oleh anak-anak aktivis lingkungan Malaysia beradu suara dengan gamelan yang dimainkan murid-musid SDK Santa Theresia. "Indah sekali.." kata Afiq Safwan Adly, aktivis anak Malaysia usai pertunjukan.


Kedatangan anak-anak aktivis lingkungan hidup Yayasan Anak Warisan Alam (YAWA) Malaysia ini adalah bagian dari sosialisasi YAWA Malaysia menjelang pelaksanaan International Children Conference yang akan berlangsung di Malaysia tahun 2009 mendatang. Dalam konferensi itu, anak-anak aktivis lingkungan dari berbagai negara, termasuk Indonesia akan hadir untuk berbicara masalah lingkungan hidup. "Kami mengharapkan anak-anak di seluruh dunia akan memahami pentingnya menjaga lingkungan," kata Afiq Safwan Adly, koordinator YAWA Malaysia.

Karena itulah, saat mengunjungi Indonesia, YAWA Malaysia meminta LSM anak untuk lingkungan, Tunas Hijau, merekomendasi sebuah lembaga pendidikan yang juga memberi ruang kepada pendidikan lingkungan. SDK Santa Theresia, SDN Kandangan III Surabaya dan SMK Negeri V Surabaya adalah pilihannya. Sekolah ini memiliki silabus lokal yang menempatkan pendidikan lingkungan sebagai mata pelajaran wajib setiap minggunya.

"Kami sangat terbuka dengan kedatangan aktivis YAWA, karena mereka bisa menstimulis anak-anak untuk mencintai lingkungan," kata Michael Darananto, Kepala Sekolah SDK Theresia pada The Post.

Dan Jumat lalu, semuanya menjadi kenyataan. Anak-anak SDK Santa Theresia menyambut dengan antusias aksi YAWA Malaysia dengan eco drum circle, peralatan musik sederhana yang dibuatnya. Drum bekas dan botol aqua bekas yang diubah menjadi gendang, batang sapu yang ditempeli tutup botol hingga kaleng bekas minuman yang diisi beras.

"Kami ini menunjukkan kepada adik-adik kita di Surabaya tentang bagaimana menggunakan bahan bekas ini," kata Jes Ibrahim Izaidin, salah satu aktivis YAWA Malaysia. Tepuk tangan seakan tidak berhenti ketika lagu demi lagu mengalir. Lagu-lagu ini juga yang mereka nyanyikan dalam kujungan ke berbagai negara di dunia.

Yang paling menghebohkan, saat aktivis YAWA tiba-tiba menuruni panggung dan berdiri di belakang jajaran pemain gamelan jawa SDK Santa Theresia. Keduanya berkolaborasi dalam lagu bertema lingkungan berjudul Santa Theresia Hijau dan Bersih, dan Gemercik Air. Kedua lagu itu cintaan SDK Santa Theresia.

Usai menunjukkan performanya di SDK Santa Theresia, YAWA Malaysia dan Tunas Hijau melanjutkan kunjungannya ke SDN Kandangan III Surabaya dan SMK Negeri V Surabaya adalah pilihannya. Di dua tempat ini, YAWA Malaysia akan berbicara dalam workshop pengolahan limbang sampah daun.

Suara Senyap Lembar Kebudayaan

Diana A.V Sasa

Emboss palu-arit tercetak samar di kertas putih bersih itu menghadirkan kembali rasa getir trauma masa lalu. Judul dengan warna merah menyala di samping logo penerbit bak darah mengalir, mengingatkan pada betapa banyak darah tertumpah yang menjadi tumbal gambar itu...>>selanjutnya.



17 Desember 2008

AJI Indonesia-Unicef Beri Penghargaan Karya Jurnalistik Anak

Iman D. Nugroho, Jakarta

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Unicef memberi penghargaan kepada jurnalis atas karya jurnalistik berprespektif anak dalam lomba bertajuk Penghargaan AJI-Unicef Untuk Karya Jurnalistik Terbaik Tentang Anak 2008. Melalui program ini, AJI dan Unicef menginginkan masyarakat bisa lebih aware dalam persoalan anak yang terus disosialisasikan melalui berita di media massa.


Hal itu dikatakan Marco Luigi, Perwakilan Unicef di Indonesia. Menurut Marco, media massa memiliki kekuatan untuk mendorong dunia global meningkatkan kepedulian kepada anak-anak di seluruh dunia. Dan di Indonesia, lomba semacam ini bisa semakin mempercepat terjadinya perubahan kepedulian itu. "Media memiliki kekuatan di dunia global, melalui penghargaan ini, Unicef ingin mendorong masyarakat untuk memenuhi hak anak," katanya.

Berita-berita tentang anak, kata Marco secara tidak langsung berhubungan erat dengan masa depan anak-anak di Indonesia. Fakta-fakta penting dikumpulkan oleh jurnalis dan disajikan ke masyarakat akan adalah bukti obyektif dari kondisi anak di Indonesia. "Melalui kondisi obyektif itu, bisa dilakukan perbaikan-perbaikan kondisi anak Indonesia," jelasnya

Sementara Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Muhammad Nuh menyadari pentingnya persoalan anak. Untuk itu, kepedulian AJI untuk mengangkat tema soal anak, harus didorong dan diteruskan. Secara tidak langsung, peduli dengan anak Indonesia sama dengan peduli dengan masa depan Indonesia. "Kalau anak lebih baik, maka masa depan akan juga lebih baik. Kalau anak-anak lebih buruk, maka masa depan akan lebih buruk," katanya.

Hanya saja, Nuh mengajak masyarakat untuk melihat pula keterbatasan pers. Di mata Nuh, kemampuan pers menampilkan fakta memiliki keterbatasan. Karena itu, penting juga dilihat komprehensifitas berita tentang anak. "Karya jurnalistik yang sekarang diangkat ada 267 karya, adalah fakta-fakta yang konferhensif. Dari data yang dimunculkan karya jurnalistik itu, bisa menarik fakta di lapangan ke satu tujuan memajukan Indonesia," katanya.

Dalam pengumuman yang dibacakan Sekretaris AJI Indonesia, Jajang Jamaluddin itu, kategori Media Cetak dimenangkan oleh Ratna Hidayati, wartawan Koran Tokoh Denpasar dengan judul berita Keluh Kesah Penyandang Cacat Dianggap tidak Sehat Jasmani. Sementara untuk kategori Radio dimenangkan oleh Rahmad Jayadi, wartawan Kantor Berita Radio 68H dengan judul Transita Transiti. Dan kategori televisi disabet oleh Agung Sakirul, wartawan TPI Jakarta dengan judul berita Ibu Gerobak

"Jurnalisme berprespektif anak perlu disosialisasikan, bukan hanya jurnalis, tapi juga pendidik dll. Agar ada pemahaman yang sama dan mendorong anak Indonesia untuk lebih baik," kata Ratna Hidayati.


16 Desember 2008

Kondisi Burma Sangat Berbahaya Bagi Pers

Iman D. Nugroho, Jakarta

Kondisi politik dan keamanan di Burma masih sangat berbahaya bagi pers. Hingga saat ini, jurnalis yang bekerja di negara itu harus berhadapan dengan ancaman intimidasi, penculikan, penangkapan, pemenjaraan, hingga pembunuhan dari militer maupun gangster. Semua itu terungkap dalam Regional Conference on Creating a Culture of Safety in the Media in Asia-Pacific di Jakarta, 15-16 Desember 2008 ini.


Dua jurnalis dari Burma yang mengikuti acara yang digelar oleh International News Safety Institute atau INSI ini bahkan meminta audiens dari 11 negara hadir untuk tidak mengambil gambar dan menyembunyikan indentitasnya. "Saya tidak bisa menyebutkan identitas dua kawan saya dari Burma yang datang hari ini, karena menyangkut keselamatan mereka," kata Mon Mon Myat, dari Burmese Journalist Protection Committee.

Salah satu jurnalis asal Burma yang menolak disebutkan identitasnya itu menjelaskan, kondisi di Burma saat ini tidak jauh berbeda seperti tahun 1962. Junta Militer yang menjadi rezim penguasa Burma memperlakukan jurnalis tidak ubahnya "musuh" negara yang bisa membahayakan. "Tidak ada kebebasan bagi jurnalis di Burma untuk menulis tentang politic dan social conflicts hingga saat ini," kata laki-laki muda dala bahasa Burma.

Salah satu yang bisa dilakukan oleh jurnalis lokal Burma adalah mengabarkannya kepada media asing, dan berharap bisa memperluas sosialisasi tragedi kemanudiaan di Burma. Namun, hal itu pun bukan hal yang mudah. Junta Militer membuat regulasi-regulasi yang sangat ketat bagi jurnalis di negara itu. Misalnya saja UU tentang film dan komputer yang dibuat tahun 1996. Juga UU tentang media elektronik yang disahkan tahun 2006.

Di dalam UU itu, jurnalis dilarang melakukan pengambilan gambar yang dianggap bisa membahayakan kepentingan nasional Burma. Bila ada warga negara yang nekat melakukannya, hukuman yang diancamkan hingga 59 tahun penjara. Menyangkut penggunaan internet, Junta Militer Burma mengharuskan pemilik jasa internet untuk memeriksa masing-masing komputer setiap lima menit. Bila menemukan sesuatu yang "membahayakan, diharapkan segera melaporkan ke pemerintah.

"Namun hal itu tidak membuat jurnalis Burma patah arang, kita tetap berusaha mengabarkan semua kejadian di Burma ke media asing melalui internet," jelas jurnalis Burma ini. Itulah mengapa, berita-berita tentang Burma masih bisa muncul di kantor-kantor berita asing dari seluruh dunia. "Justru karena itulah, pemerintah menjadikan jurnalis sebagai salah satu pihak yang terus dicari keberadaannya," katanya.

Tidak terhitung banyaknya pemeriksaan yang dilakukan militer Burma melalui check point yang digelar di jalanan kota Burma. Dalam pemeriksaan, pasukan pemeriksa mencari kamera photo atau video. Begitu kedapatan ada penduduk yang membawa kamera, mereka langsung ditahan. "Tidak hanya itu, mereka juga menangkap orang-orang yang sosoknya mirip dengan jurnalis, dan menahannya,"jelas sumber ini.

Ronald Aung Naing dari Burmese Journalist Protection Committee mengungkapkan, Junta Militer Burma sangat takut dengan tersebarnya kondisi Burma ke masyarakat melalui internet. Pemerintah bahkan melakukan pemblokiran pada situs-situs tertentu. Seperti Yahoo.com, Hotmail.com dan media portal lainnya. "Dalam berkiraan kami, 80 persen situs yang ada internet tidak bisa diakses di Burma," kata Ronald Aung Naing dari Burmese Journalist Protection Committee.

Dalam catatan Burmese Journalist Protection Committee, pada tahun 2008 ada 12 jurnalis yang ditangkap pada tahun 2008. Pemerintah junta militer juga menggunakan UU video dan electronic untuk memenjarakan blogger.