Jojo Raharjo
Kali pertama sejak era Galatama dan Perserikatan digabung dalam Liga Indonesia 1994, tahun ini Badan Liga Indonesia PSSI berniat menggelar terus kompetisi Superliga di tengah berjalannya bulan Ramadhan 1429 Hijiriyah...>>lanjut
08 September 2008
07 September 2008
Tetap Miskin di Daerah Kaya Minyak
Meskipun tinggal di daerah kaya minyak seperti Bojonegoro, khususnya Kecamatan Ngasem, tempat Sumur Banyu Urip berada, namun penduduk di daerah itu tetap saja dibelit persoalan kemiskinan. Salah satu penyebabnya, perusahaan tidak banyak melibatkan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja. Belum lagi pembagian kerja pemerintah dan perusahaan pengelola yang membuat warga hanya kebagian debu semata.
Ungkapan itu meluncur dari dua penduduk Kecamatan Ngasem, Dasiyo dan Pasiran kepada The Jakarta Post, saat menemuinya di Ngasem, akhir Agustus ini. Dasiyo, misalnya, mengaku antara suka dan tidak suka atas kehadiran aktivitas pengeboran di Sumur Banyu Urip oleh Cepu Blok Ltd. Karena, kehadiran perusahaan kerjasama BP. Migas di Exxonmobil itu sama sekali tidak mengubah nasibnya. “Dari dulu yang tetap saja seperti ini, janji untuk melibatkan orang sini, tidak terjadi,” kata laki-laki (39) tahun itu. Kalau toh ada lowongan, biasanya menyertakan syarat yang kecil kemungkinan dipenuhi oleh penduduk setempat.
Kabupaten Bojonegoro adalah sebuah kota kabupaten di perbatasan Jawa Tengah. Daerah seluas 230.706 Ha dengan dengan jumlah penduduk 1.3 juta jiwa itu dikenal sebagai daerah minyak. Sejak jaman penjajahan, aktivitas perminyakan terjadi di wilayah ini. Pertengahan tahun 1990, perusahaan eksplorasi yang dimotori oleh BUMN Pertamina mulai merambah minyak di Bojonegoro. Di era yang sama, perusahaan perminyakan asal China, PetroChina masuk ke wilyah ini untuk kegiatan yang sama. Pengelolaan blok Cepu sendiri awalnya dilakukan oleh PT. Humpuss Patragas dan akan menggarap selama 20 tahun, dari tahun 1990 hingga tahun 2010.
Blok Cepu adalah areal perminyakkan luasnya 1.670 km2 dan terdiri dari 4 wilayah yaitu Banyu Urip, Sukowati, Jambaran dan Alas Tua. Pada tahun 1996, Humpuss melepas saham sebesar 49 % kepada Ampolex Cepu Ltd, perusahaan Australia. Di tahun yang sama Mobil Oil membeli saham itu dari Ampolex. Sekitar bulan Desember 1999, Exxon Corporation merger dengan Mobil Oil dan menjadi ExxonMobil, secara otomatis berhak atas Blok Cepu. Mobil Cepu Ltd, perusahaan di bawah Exxonmobil dibentuk untuk menjadi operator lapangan.
Berita tentang perminyakan di Bojonegoro kembali menanjak ketika Cepu Blok Ltd memulai aktivitasnya. “Tahun 2008 ini, Exxon dalam persiapan produksi, first oil diperkirakan akan keluar pada keluar akhir tahun ini,” kata Deva Rahman, Juru Bicara Exxonmobil pada The Post. Fokus pembangunannya ada di dekat Sumber Banyuurip dengan luas area sekitar 19 Ha.
Namun, hal itu tidak berarti apa-apa bagi Dasiyo. Permintaan ijazah SMA atau yang sederajat sebagai syarat bekerja, menyulitkan penduduk setempat yang mayoritas hanya lulusan SD. Meskipun ada yang bersekolah hingga jejang perkuliahan, hampir pasti akan mengadu nasib ke kota. Sialnya, persoalan ijazah, diikusi dengan persoalan lain. Yakni prakter sogok menyogok. “Bukan rahasia, kerja di sini harus pake uang, apalagi kalau tidak punya ijazah,” terangnya. Kondisi itulah yang memaksa Dasiyo untuk pergi ke Surabaya, ibu kota Jawa Timur yang berjarak sekitar 150-an Km dari Bojonegoro itu. Di sana, Dasiyo bekerja sebagai service sepatu.
Pasiran, penduduk Ngasem yang lain, mempunyai kesan yang senada. Laki-laki beranak tiga itu memilih untuk tetap menjadi petani di tanah petak miliknya, ketimbang menggantungkan harapan di proyek perminyakan. “Meskipun hasilnya tidak banyak, namun tetap bisa dijadikan sandaran hidup,” kata Pasiran. Dan itu bukan perkerjaan mudah. Bagi warga Ngasem yang menjadi petani, dalam setahun hanya bekerja selama 6 bulan. Terutama musim penghujan. “Musim kemarau benar-benar tidak ada air untuk tanaman,” katanya.
Itupun juga masih harus berhadapan dengan kondisi alam yang tidak bersahabat sebagai efek turunan dari aktivitas pengeboran. Jalan Kecamatan Ngasem yang biasanya berbatu kapur, berubah diselimuti debu sejak truk-truk besar lalu lalang mengantarkan perangkat keras pengebora. Debu-debu yang beterbangan di khawasan itu menutupi apa saja, termasuk tanaman di sawah dan perkebunan. Begitu juga dengan halaman, tegas hingga perabotan rumah. “Setiap hari, kami harus selalu menutup pintu rumah dan jendela, agar debu tidak masuk rumah,” katanya.
Kondisi di Ngasem, Bojonegoro juga diketahui oleh Suyoto, Bupati Bojonegoro. Tapi Suyoto mengaku tidak bisa berbuat banyak. Meskipun, berbagai regulasi menyangkut pelibatan warga setempat sebagai pekerja sudah dibuat. “Tenaga lokal, kecuali yang high skills dan expert, sebisa mungkin dipakai dalam proyek itu. Saya sudah mengontrolnya melalui laporan disnaker,” jelasnya. Namun, Suyoto mengakui masih sering ada pelanggaran. Pada pertangahan tahun 2008, Suyoto sempat menghentikan proses pengecoran karena tidak memakai tenaga kerja lokal. “Saya bilang, Kabupaten Bojonegoro fully support pertumbuhan eksplorasi, tapi make me more credible to my people,” katanya.
Ketegasan Suyoto harus berhadapan dengan regulasi perminyakan nasional yang sepenuhnya memposisikan Pemerintah Pusat di Jakarta. Meminjam istilah Suyoto, 10 meter di tanah adalah urusan, 100 meter di dalam tanah tanggungjawba gubernur. Sementara 100 meter ke bawah adalah urusan presiden. “Apa yang bisa saya lakukan, kecuali mengurusi permukaan tanah. Termasuk problem sosialnya,” kata Suyoto. Peran itu coba dimaksimalkan. Termasuk ketika ada keluhan persoalan debu jalan. Mobil Cepu Ltd, kata Suyoto menolaj pengaspalan jalan dengan alasan gampang rusak. “Alasan itu yang tolak, lebih baik terus mengaspal jalan hingga menelan biaya ratusan juta rupiah, dari pada rakyat marah dan menutup jalan masuk ke lokasi sumber minyak dan membuat kerugian Rp. 40 juta USD/hari,” ungkapnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur Bambang Catur Nusantara mencermati adanya problem pengairan yang mengancam Bojonegoro, menyusul ekplorasi dan eksploitasi di sana. Perlu ada sumber air yang melimpah untuk menginjeksi sumur-sumur migas di wilayah itu yang konon mencapai 35 titik. “Informasi yang masuk ke Walhi, ada delapan waduk gerak yang akan dibangun pemerintah di Bojonegoro, ini yang tidak pernah dijelaskan ke publik,” kata Catur pada The Post. .
Juru Bicara Exxon Mobil Indonesia Deva Rahman mengaku kaget dengan berbagai berita yang menyebar di masyarakat menyangkut kondisi Bojonegoro. Apalagi menyangkut rencana pembangunan waduk.”Rencana dibangunnya waduk gerak itu malah belum saya dengar. Tapi, kalau sudah full fil-production, sudah ada water for the proses. Namun semua proses awalnya belum rampung,” katanya.
Namun Deva meyakinkan, kebutuhan air untuk proses perminyakan pasti meminta dahulu kepada pemerintah. Bila pemerintah setuju, proses itu baru dilakukan. “Exxon tidak mungkin mengambil air samapi menyebabkan kekeringan, karena itu kami melibatkan pemerintah,” katanya.
Begitu juga saat Mobil Cepu Ltd “menangani” urusan SDM yang digunakan dalam proyek itu. Pengembangan suplayer lokal, rekruitment SDM lokal untuk dijadikan pegawai dan investasi adalah tiga titik berat yang dilakukan. Tujuan program yang dikemas dalam Condev itu pada didasari pembangunan kapasitas manyarakat. “Karena kami menilai berdasarkan assaisment, tiga program itu yang harus dilakukan, bukan pembangunan fisik,” katanya. Seperti pelatihan bahasa Inggris penduduk setempat.
Itulah alasan Mobil Cepu Ltd tidak memenuhi permintaan masyarakat untuk memberikan bangunan fisik. “Itu domain pemrintah. Jalan misalnya, ada jalan yang kita perbaiki, juga ada yang tidak kita perbaiki. Juga sekolah. Kita melihat, ekspektasi masyarakat untuk kesejahteraan sangat tinggi, tetapi jalannya tidak bisa tiba-tiba,” katanya.
Oleh Ridwan Max Sijabat dan Iman D. Nugroho untuk The Jakarta Post
Ungkapan itu meluncur dari dua penduduk Kecamatan Ngasem, Dasiyo dan Pasiran kepada The Jakarta Post, saat menemuinya di Ngasem, akhir Agustus ini. Dasiyo, misalnya, mengaku antara suka dan tidak suka atas kehadiran aktivitas pengeboran di Sumur Banyu Urip oleh Cepu Blok Ltd. Karena, kehadiran perusahaan kerjasama BP. Migas di Exxonmobil itu sama sekali tidak mengubah nasibnya. “Dari dulu yang tetap saja seperti ini, janji untuk melibatkan orang sini, tidak terjadi,” kata laki-laki (39) tahun itu. Kalau toh ada lowongan, biasanya menyertakan syarat yang kecil kemungkinan dipenuhi oleh penduduk setempat.
Kabupaten Bojonegoro adalah sebuah kota kabupaten di perbatasan Jawa Tengah. Daerah seluas 230.706 Ha dengan dengan jumlah penduduk 1.3 juta jiwa itu dikenal sebagai daerah minyak. Sejak jaman penjajahan, aktivitas perminyakan terjadi di wilayah ini. Pertengahan tahun 1990, perusahaan eksplorasi yang dimotori oleh BUMN Pertamina mulai merambah minyak di Bojonegoro. Di era yang sama, perusahaan perminyakan asal China, PetroChina masuk ke wilyah ini untuk kegiatan yang sama. Pengelolaan blok Cepu sendiri awalnya dilakukan oleh PT. Humpuss Patragas dan akan menggarap selama 20 tahun, dari tahun 1990 hingga tahun 2010.
Blok Cepu adalah areal perminyakkan luasnya 1.670 km2 dan terdiri dari 4 wilayah yaitu Banyu Urip, Sukowati, Jambaran dan Alas Tua. Pada tahun 1996, Humpuss melepas saham sebesar 49 % kepada Ampolex Cepu Ltd, perusahaan Australia. Di tahun yang sama Mobil Oil membeli saham itu dari Ampolex. Sekitar bulan Desember 1999, Exxon Corporation merger dengan Mobil Oil dan menjadi ExxonMobil, secara otomatis berhak atas Blok Cepu. Mobil Cepu Ltd, perusahaan di bawah Exxonmobil dibentuk untuk menjadi operator lapangan.
Berita tentang perminyakan di Bojonegoro kembali menanjak ketika Cepu Blok Ltd memulai aktivitasnya. “Tahun 2008 ini, Exxon dalam persiapan produksi, first oil diperkirakan akan keluar pada keluar akhir tahun ini,” kata Deva Rahman, Juru Bicara Exxonmobil pada The Post. Fokus pembangunannya ada di dekat Sumber Banyuurip dengan luas area sekitar 19 Ha.
Namun, hal itu tidak berarti apa-apa bagi Dasiyo. Permintaan ijazah SMA atau yang sederajat sebagai syarat bekerja, menyulitkan penduduk setempat yang mayoritas hanya lulusan SD. Meskipun ada yang bersekolah hingga jejang perkuliahan, hampir pasti akan mengadu nasib ke kota. Sialnya, persoalan ijazah, diikusi dengan persoalan lain. Yakni prakter sogok menyogok. “Bukan rahasia, kerja di sini harus pake uang, apalagi kalau tidak punya ijazah,” terangnya. Kondisi itulah yang memaksa Dasiyo untuk pergi ke Surabaya, ibu kota Jawa Timur yang berjarak sekitar 150-an Km dari Bojonegoro itu. Di sana, Dasiyo bekerja sebagai service sepatu.
Pasiran, penduduk Ngasem yang lain, mempunyai kesan yang senada. Laki-laki beranak tiga itu memilih untuk tetap menjadi petani di tanah petak miliknya, ketimbang menggantungkan harapan di proyek perminyakan. “Meskipun hasilnya tidak banyak, namun tetap bisa dijadikan sandaran hidup,” kata Pasiran. Dan itu bukan perkerjaan mudah. Bagi warga Ngasem yang menjadi petani, dalam setahun hanya bekerja selama 6 bulan. Terutama musim penghujan. “Musim kemarau benar-benar tidak ada air untuk tanaman,” katanya.
Itupun juga masih harus berhadapan dengan kondisi alam yang tidak bersahabat sebagai efek turunan dari aktivitas pengeboran. Jalan Kecamatan Ngasem yang biasanya berbatu kapur, berubah diselimuti debu sejak truk-truk besar lalu lalang mengantarkan perangkat keras pengebora. Debu-debu yang beterbangan di khawasan itu menutupi apa saja, termasuk tanaman di sawah dan perkebunan. Begitu juga dengan halaman, tegas hingga perabotan rumah. “Setiap hari, kami harus selalu menutup pintu rumah dan jendela, agar debu tidak masuk rumah,” katanya.
Kondisi di Ngasem, Bojonegoro juga diketahui oleh Suyoto, Bupati Bojonegoro. Tapi Suyoto mengaku tidak bisa berbuat banyak. Meskipun, berbagai regulasi menyangkut pelibatan warga setempat sebagai pekerja sudah dibuat. “Tenaga lokal, kecuali yang high skills dan expert, sebisa mungkin dipakai dalam proyek itu. Saya sudah mengontrolnya melalui laporan disnaker,” jelasnya. Namun, Suyoto mengakui masih sering ada pelanggaran. Pada pertangahan tahun 2008, Suyoto sempat menghentikan proses pengecoran karena tidak memakai tenaga kerja lokal. “Saya bilang, Kabupaten Bojonegoro fully support pertumbuhan eksplorasi, tapi make me more credible to my people,” katanya.
Ketegasan Suyoto harus berhadapan dengan regulasi perminyakan nasional yang sepenuhnya memposisikan Pemerintah Pusat di Jakarta. Meminjam istilah Suyoto, 10 meter di tanah adalah urusan, 100 meter di dalam tanah tanggungjawba gubernur. Sementara 100 meter ke bawah adalah urusan presiden. “Apa yang bisa saya lakukan, kecuali mengurusi permukaan tanah. Termasuk problem sosialnya,” kata Suyoto. Peran itu coba dimaksimalkan. Termasuk ketika ada keluhan persoalan debu jalan. Mobil Cepu Ltd, kata Suyoto menolaj pengaspalan jalan dengan alasan gampang rusak. “Alasan itu yang tolak, lebih baik terus mengaspal jalan hingga menelan biaya ratusan juta rupiah, dari pada rakyat marah dan menutup jalan masuk ke lokasi sumber minyak dan membuat kerugian Rp. 40 juta USD/hari,” ungkapnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur Bambang Catur Nusantara mencermati adanya problem pengairan yang mengancam Bojonegoro, menyusul ekplorasi dan eksploitasi di sana. Perlu ada sumber air yang melimpah untuk menginjeksi sumur-sumur migas di wilayah itu yang konon mencapai 35 titik. “Informasi yang masuk ke Walhi, ada delapan waduk gerak yang akan dibangun pemerintah di Bojonegoro, ini yang tidak pernah dijelaskan ke publik,” kata Catur pada The Post. .
Juru Bicara Exxon Mobil Indonesia Deva Rahman mengaku kaget dengan berbagai berita yang menyebar di masyarakat menyangkut kondisi Bojonegoro. Apalagi menyangkut rencana pembangunan waduk.”Rencana dibangunnya waduk gerak itu malah belum saya dengar. Tapi, kalau sudah full fil-production, sudah ada water for the proses. Namun semua proses awalnya belum rampung,” katanya.
Namun Deva meyakinkan, kebutuhan air untuk proses perminyakan pasti meminta dahulu kepada pemerintah. Bila pemerintah setuju, proses itu baru dilakukan. “Exxon tidak mungkin mengambil air samapi menyebabkan kekeringan, karena itu kami melibatkan pemerintah,” katanya.
Begitu juga saat Mobil Cepu Ltd “menangani” urusan SDM yang digunakan dalam proyek itu. Pengembangan suplayer lokal, rekruitment SDM lokal untuk dijadikan pegawai dan investasi adalah tiga titik berat yang dilakukan. Tujuan program yang dikemas dalam Condev itu pada didasari pembangunan kapasitas manyarakat. “Karena kami menilai berdasarkan assaisment, tiga program itu yang harus dilakukan, bukan pembangunan fisik,” katanya. Seperti pelatihan bahasa Inggris penduduk setempat.
Itulah alasan Mobil Cepu Ltd tidak memenuhi permintaan masyarakat untuk memberikan bangunan fisik. “Itu domain pemrintah. Jalan misalnya, ada jalan yang kita perbaiki, juga ada yang tidak kita perbaiki. Juga sekolah. Kita melihat, ekspektasi masyarakat untuk kesejahteraan sangat tinggi, tetapi jalannya tidak bisa tiba-tiba,” katanya.
Oleh Ridwan Max Sijabat dan Iman D. Nugroho untuk The Jakarta Post
Hasan Ali, Si Penjaga Budaya Suku Using

Bagi Hasan Ali yang kini berusia 75 tahun, keunikan Kesenian Suku Using benar-benar menunjukkan keindahan budaya masyarakat Banyuwangi. Karena itu, Hasan menilai perlu adanya upaya terus menerus untuk mempertahankan Seni Using, dengan mengajarkannya pada anak-anak di sekolah. “Kalau tidak seperti itu, Saya khawatir kesenian Banyuwangi akan hilang tergerus budaya modern,” katanya mengawali pembicaraan dengan The Jakarta Post.
Hasan Ali memang tak lagi muda. Penyakit "tua" yang dideritanya, membuat laki-laki kelahiran Banyuwangi 1933 itu hanya bisa menghabiskan hari di atas sofa di ruang tengah rumahnya. Tapi semangat masih terasa melalui sorot mata yang selalu memandang lurus, dan nada suaranya yang tegas dan keras. Apalagi, ketika dirinya diajak bicara soal kesenian. Terutama seni Tari Gandrung dan Bahasa Using. Dua hal yang dicintainya. "Saya sudah mengalami tiga zaman, Belanda, Jepang dan Republik, tapi selama itu, Tari Gandrung dan Bahasa Using tetap membuat saya jatuh cinta," katanya pada The Jakarta Post saat menemuinya di Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Hasan yang juga ayah dan kakek dari penyanyi Emilia Kontesa dan Dedana Tambunan ini memang tidak bisa dilepaskan dari budaya Suku Using. Sejak mengenal kesenian yang disebut-sebut sebagai “sisa” masyarakat Kerajaan Blambangan itu saat dirinya remaja, Hasan tidak pernah bisa melupakannya. Karena itu juga, ketika teman-teman sebayanya memilih bermain di sawah, Hasan muda justru berlajar kesenian Using. "Sejak remaja saya suka kesenian Using," kenangnya. Kegemarannya berkesenian semakin mendapatkan “tempat” saat Hasan tergabung dalam kelompok kesenian di bawah Partai Nasional Indonesia (PNI).
“Karena kesenian jugalah, akhirnya saya dipercaya PNI menjadi anggota DPRD Banyuwangi hingga tahun 1966,” kenang Hasan Ali. Ironisnya, pertikaian politik jaman itu juga sempat memposisikan Hasan dalam “bahaya”. Apalagi saat Muhammad Arif, pencipta lagu Genjer-Genjer bersama ratusan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) lainnya hilang usai peristiwa Gerakan 30 September. Peristiwa itu juga yang membuat kesenian Banyuwangi, “tiba-tiba” diidentifikasi sebagai seni milik PKI.
Padahal, kenang Hasan, yang terjadi justru sebaliknya. PKI-lah yang sebenarnya ingin menghapus seni Banyuwangi. Karena dianggap sebagai seni yang mendorong merosotnya moral masyarakat. “Memang benar, PKI menggunakan lagu Genjer-Genjer sebagai lagi perjuangan, tapi di samping itu, justru PKI yang melarang tari Gandrung Banyuwangi, karena dianggap merosotkan moral masyarakat,” katanya.
Lagu Genjer-Genjer, kata Hasan, diciptakan Arif pada jaman Jepang, sebagai penyemangat masyarakat yang kala itu diselimuti kemiskinan. Sementara Tari Gandrung Banyuwangi tak lebih dari tarian pergaulan. Tidak ada makna lain. Lagu-lagu yang dinyanyikan penari Gandrung juga berupa pantun-pantun lokal yang memiliki nilai kearifan. “Biru-biru godonge manggis jeruk purut digawe gemparan, buru-buru omongi manis serto diturut gak paran-paran,” Hasan menyanyikan sebuah syair yang biasa dinyanyikan dalam Tari Gandrung.
Kesan amoral dalam tarian itu muncul karena ada orang tertentu yang memperlakuan gandrung dengan tidak semestinya. Dengan mempertontonkan tarian itu di lokalisasi-lokalisasi di Banyuwangi. “Pelan-pelan, Tari Gandrung pun diidentikkan sebagai tarian mesum,” katanya.
Keadaan berubah pasca tahun 1965. Hasan yang ketika itu sudah bertugas sebagai pegawai Pemerintah Daerah (Pemda) Banyuwangi, diminta mantan Bupati Joko Supaat Slamet untuk “menyelamatkan” tari Gandrung. “Saya dan teman-teman membuat rumusan untuk kembali membina Tari Gandrung menjadi tari pergaulan anak mua dengan cara yang santun dan bagus,” katanya. Puluhan seniman lokal pun dikumpulkan dan diajak berdiskusi. Singkat kata, Tari Gandrung pun kembali “dipandang”. Bahkan sempat diundang ke Istana Negara saat Mantan Presiden Soeharto masih berkuasa. Tari Gandrung kini menjadi simbol Kabupaten Banyuwangi.
Di sela-sela memperbaiki image Tari Gandrung Banyuwangi itu, Hasan menemukan “permata” Banyuwangi lain yang juga diambang kepunahan. Yakni bahasa Using milik Suku Using Banyuwangi. Bahasa yang digunakan Suku Using ini pelan-pelan mulai hilang di masyarakat. Tidak ada lagi warga Banyuwangi, bahkan warga Suku Using yang menggunakannya. “Entah, tiba-tiba mereka malu menggunakan bahasa daerahnya sendiri,” kata Hasan.
Hasan lantas mengajak beberapa seniman Banyuwangi lain untuk mengadakan seminar kecil bertema cara mempertahankan Bahasa Using. Rumusan terpenting dari seminar yang digelar pada tahun 1980-an itu adalah memperkenalkan Bahasa Using di pendidikan dasar. “Tapi hal itu bukan hal yang mudah, tidak seperti bahasa Jawa yang sudah turun temurun terbukukan dengan baik, selama ini tidak ada buku panduan berbahasa Using,” katanya. Untuk itu, agenda pertama penyelamatan Bahasa Using adalah membuat buku panduan Bahasa Using.
Hasan lantas mengumpulkan semua data tentang Suku Using yang dimilikinya. Termasuk 28000 kata bahasa Using yang hingga kini sebagian besar masih digunakan. Hingga 10 tahun kemudian, Hasan Ali secara resmi mengeluarkan tiga buku Tata Bahasa, Pedoman Ejaan dan Kamus bahasa Using. "Bahasa Using memiliki spesifikasi dan kekhasan pada pengucapan dan perbedaan kosakatanya," jelas Hasan. Dari tiga buku yang diciptakan Hasan, yang paling sulit adalah buku Tata Bahasa Using. Dalam prosesnya, mantan Ketua Dewan Kesenian Banyuwangi ini harus belajar bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Bali sebagai bahan perbandingan.
Kekhasan Bahasa Using terletak pada paratalisasi unsur, M, N, NYE, ENG, R, LE, W dan Y yang dalam pengucapanya ditambahi huruf I atau U. Selin itu, ada penekakan dan kedalaman pengucapan. misalnya siro (kamu-JAWA) menjadi sihrho. Limo (lima-JAWA) menjadi lhimho. Begitu juga dengan kuno (lama-JAWA) jadi kunho. "Saya menduga, bahasa Using itu juga ada keterkaitan dengan bahasa Bali yang terlihat dari adanya kata yang memiliki arti yang sama," kata Hasan.
Hingga kini, Bahasa Using terus diajarkan di sekolah-sekolah dasar. Ada yang memuji keindahannya, ada pula yang tetap bersikukuh dengan ketidaksukaannya. Yang pasti, karena Hasanlah, Bahasa Using masih digunakan. "Bahkan, orang Banyuwangi yang tingal di luar Banyuwangi pun masih terus menggunakan bahasa Using bila berkomunikasi dengan orang Banyuwangi lainnya, seperti Saya dan Emilia Kontesa, haha,.." katanya.
Pesan Ramadhan Dari Saya
Agung Purwantara
Tentunya anda bertanya, Siapa orang ini? Berani-beraninya menggunakan judul tulisan Pesan Ramadhan Dari Saya. Anda boleh skeptis juga boleh tertawa dan mencibir. Pertanyaan anda akan saya jawab. Saya Agung Purwantara, warga negara biasa, bukan pejabat pemerintahan juga bukan pejabat agama. Saya tertarik dengan press release Perdana Menteri Inggris yang mengucapkan selamat atas datanganya bulan suci Ramadhan untuk komunitas Islam Inggris dan menyeru untuk menyebarkan kasih sayang kepada sesama, dan keadilan sosial seperti yang diajarkan Rasulallah, Muhammad saw. Seruan yang indah.
Sebagai salah satu umat Islam, saya cemburu dengan seruan itu. Saya mengesampingkan muatan politis dari seruan PM Inggris itu. Saya merasa menjadi salah seorang yang diserunya, meskipun saya berada di Indonesia. Untuk menjawab kecemburuan saya ikut menyerukan sesuatu. Yang semoga memang menjadi kebaikan dan jauh dari unsur atau tujuan politis.
Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Risalah yang di sampaikan Nabi Muhammad adalah untuk rahmat seluruh alam. Dia, Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia agar menjadi manusia yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak salah bila Islam itu membawa kasih sayang dan keadilan sosial bagi umat manusia.
Dalam kitab suci Al Qur'an surat Al Ashr, diserukan agar manusia itu saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dan dalam kitab suci itu berkali-kali disebutkan dan diperintahkan untuk memuliakan anak yatim dan fakir miskin. Sebuah perintah untuk berempati dan memelihara mereka dan mengentas mereka dari ancaman keterpurukan ekonomi dan kebodohan. Nabi Muhammad juga menekankan pentingnya meratakan modal, jangan kekayaan itu hanya berpusat pada orang-orang tertentu. Sebarkan dalam bentuk infak, shodaqoh dan kewajiban membayar zakat. Dalam hal kewajiban mengeluarkan zakat ini adalah mengeluarkan zakat dari barang yang dimakan, barang pertanian dan hasil bumi, juga barang kekayaan yang disimpan. Pesannya adalah, dalam hartamu ada hak orang lain, hak anak yatim dan fakir miskin. Ingatlah celaan dalam kitab suci Al Qur'an bagi mereka yang berharta tetapi tidak memberi makan anak yatim dan fakir miskin. Mereka dikatan sebagai pendusta agama, bila mempunyai kekayaan tetapi tidak memberi dan menyantuni anak yatim dan manusia fakir miskin.
Bulan Ramadhan ini merupakan momen yang sangat penting. Bulan ini disebut bulan tarbiyah, bulan pendidikan. Manusia diminta mendidik dirinya dengan sadar untuk menghilangkan segala keburukan dan nafsu rendah manusia. Bulan ini semua manusia diperintahkan mendidik dirinya agar mencapai kebaikan. Tentu saja, perintah ini dikhususkan pada bulan Ramadhan, bulan tarbiyah. Pada bulan ini dilarang melakukan kemaksiatan dan melakukan peperangan. Konsentrasinya adalah mendidik diri agar menjadi manusia yang taat, taqwa.
Ritual pendidikan yang tak kalah penting adalah mengeluarkan shodaqoh dan membayar zakat. Manusia dididik untuk tidak kikir dan disadarkan bahwa harta yang dimilikinya bukanlah hak dia sutuhnya. Di sana terdapat hak para kaum duafa dan anak yatim, orang-orang yang tidak beruntung dalam perekonomian. Ini adalah pendidikan kasih sayang dan keadilan sosial itu. Orang Islam bukanlah orang egois. Kebaikan dan kesalehan pribadi haruslah dibarengi dengan kebaikan dan kesalehan sosial. Dengan begitu, rahmatan lil alamin pun akan terwujud dengan ijin Allah kepada orang-orang yang mendidik dirinya, menetapi jalan lurus menuju Allah.
Tentunya anda bertanya, Siapa orang ini? Berani-beraninya menggunakan judul tulisan Pesan Ramadhan Dari Saya. Anda boleh skeptis juga boleh tertawa dan mencibir. Pertanyaan anda akan saya jawab. Saya Agung Purwantara, warga negara biasa, bukan pejabat pemerintahan juga bukan pejabat agama. Saya tertarik dengan press release Perdana Menteri Inggris yang mengucapkan selamat atas datanganya bulan suci Ramadhan untuk komunitas Islam Inggris dan menyeru untuk menyebarkan kasih sayang kepada sesama, dan keadilan sosial seperti yang diajarkan Rasulallah, Muhammad saw. Seruan yang indah.
Sebagai salah satu umat Islam, saya cemburu dengan seruan itu. Saya mengesampingkan muatan politis dari seruan PM Inggris itu. Saya merasa menjadi salah seorang yang diserunya, meskipun saya berada di Indonesia. Untuk menjawab kecemburuan saya ikut menyerukan sesuatu. Yang semoga memang menjadi kebaikan dan jauh dari unsur atau tujuan politis.
Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Risalah yang di sampaikan Nabi Muhammad adalah untuk rahmat seluruh alam. Dia, Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia agar menjadi manusia yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak salah bila Islam itu membawa kasih sayang dan keadilan sosial bagi umat manusia.
Dalam kitab suci Al Qur'an surat Al Ashr, diserukan agar manusia itu saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dan dalam kitab suci itu berkali-kali disebutkan dan diperintahkan untuk memuliakan anak yatim dan fakir miskin. Sebuah perintah untuk berempati dan memelihara mereka dan mengentas mereka dari ancaman keterpurukan ekonomi dan kebodohan. Nabi Muhammad juga menekankan pentingnya meratakan modal, jangan kekayaan itu hanya berpusat pada orang-orang tertentu. Sebarkan dalam bentuk infak, shodaqoh dan kewajiban membayar zakat. Dalam hal kewajiban mengeluarkan zakat ini adalah mengeluarkan zakat dari barang yang dimakan, barang pertanian dan hasil bumi, juga barang kekayaan yang disimpan. Pesannya adalah, dalam hartamu ada hak orang lain, hak anak yatim dan fakir miskin. Ingatlah celaan dalam kitab suci Al Qur'an bagi mereka yang berharta tetapi tidak memberi makan anak yatim dan fakir miskin. Mereka dikatan sebagai pendusta agama, bila mempunyai kekayaan tetapi tidak memberi dan menyantuni anak yatim dan manusia fakir miskin.
Bulan Ramadhan ini merupakan momen yang sangat penting. Bulan ini disebut bulan tarbiyah, bulan pendidikan. Manusia diminta mendidik dirinya dengan sadar untuk menghilangkan segala keburukan dan nafsu rendah manusia. Bulan ini semua manusia diperintahkan mendidik dirinya agar mencapai kebaikan. Tentu saja, perintah ini dikhususkan pada bulan Ramadhan, bulan tarbiyah. Pada bulan ini dilarang melakukan kemaksiatan dan melakukan peperangan. Konsentrasinya adalah mendidik diri agar menjadi manusia yang taat, taqwa.
Ritual pendidikan yang tak kalah penting adalah mengeluarkan shodaqoh dan membayar zakat. Manusia dididik untuk tidak kikir dan disadarkan bahwa harta yang dimilikinya bukanlah hak dia sutuhnya. Di sana terdapat hak para kaum duafa dan anak yatim, orang-orang yang tidak beruntung dalam perekonomian. Ini adalah pendidikan kasih sayang dan keadilan sosial itu. Orang Islam bukanlah orang egois. Kebaikan dan kesalehan pribadi haruslah dibarengi dengan kebaikan dan kesalehan sosial. Dengan begitu, rahmatan lil alamin pun akan terwujud dengan ijin Allah kepada orang-orang yang mendidik dirinya, menetapi jalan lurus menuju Allah.
04 September 2008
Pesan Ramadan dari Perdana Menteri Inggris
Press Release
Saya ingin mengucapkan kepada Anda, keluarga Anda, dan segenap komunitas Muslim, ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadan. Ramadan mengajarkan kita mengenai kesabaran, kerendahan hati, dan mengingatkan kita semua mengenai nilai-nilai moral yang kita miliki bersama secara universal; serta kewajiban kita terhadap sesama.
Pesan mengenai empati terhadap sesama yang kurang beruntung dicerminkan dalam Ramadan melalui berpuasa setiap hari. Pesan Ramadan mengenai kasih sayang dan keadilan sosial yang disebarkan sampai keluar komunitas Muslim; berbicara mengenai nilai-nilai bersama yang menyatukan kita semua.
Hadits Nabi Muhammad menekankan kewajiban kita untuk saling menyayangi satu sama lain. Maka selama bulan istimewa ini, mari kita merayakan keragaman yang ikut memperkuat Inggris.
Komunitas Muslim memberikan kontribusi yang besar terhadap kesuksesan Inggris, terhadap kesejahteraan, dan komunitas serta kebudayaan kita. Dan tentu saja, Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan kontribusi Islam, tidak hanya bagi Inggris, tetapi juga bagi dunia: seni Islam, ilmu pengetahuan, dan filsafat, telah memperkaya kehidupan kita selama lebih dari berabad-abad.
Akhirnya, Ramadan juga merupakan waktu untuk mengingat kembali pesan Nabi Muhammad bahwa “kekayaan terbesar adalah kekayaan jiwa.” Hal ini berbicara kepada saya, seperti juga kepada banyak orang lain. Saya sangat bersemangat untuk melanjutkan keterlibatan positif dengan komunitas Muslim diseluruh Inggris.
Saya ingin mengucapkan kepada Anda, keluarga Anda, dan segenap komunitas Muslim, ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadan. Ramadan mengajarkan kita mengenai kesabaran, kerendahan hati, dan mengingatkan kita semua mengenai nilai-nilai moral yang kita miliki bersama secara universal; serta kewajiban kita terhadap sesama.
Pesan mengenai empati terhadap sesama yang kurang beruntung dicerminkan dalam Ramadan melalui berpuasa setiap hari. Pesan Ramadan mengenai kasih sayang dan keadilan sosial yang disebarkan sampai keluar komunitas Muslim; berbicara mengenai nilai-nilai bersama yang menyatukan kita semua.
Hadits Nabi Muhammad menekankan kewajiban kita untuk saling menyayangi satu sama lain. Maka selama bulan istimewa ini, mari kita merayakan keragaman yang ikut memperkuat Inggris.
Komunitas Muslim memberikan kontribusi yang besar terhadap kesuksesan Inggris, terhadap kesejahteraan, dan komunitas serta kebudayaan kita. Dan tentu saja, Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan kontribusi Islam, tidak hanya bagi Inggris, tetapi juga bagi dunia: seni Islam, ilmu pengetahuan, dan filsafat, telah memperkaya kehidupan kita selama lebih dari berabad-abad.
Akhirnya, Ramadan juga merupakan waktu untuk mengingat kembali pesan Nabi Muhammad bahwa “kekayaan terbesar adalah kekayaan jiwa.” Hal ini berbicara kepada saya, seperti juga kepada banyak orang lain. Saya sangat bersemangat untuk melanjutkan keterlibatan positif dengan komunitas Muslim diseluruh Inggris.