Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

14 Januari 2010

Catatan Greenpeace atas kehadiran SBY di Copenhagen

Iman D. Nugroho

Organisasi lingkungan Internasional, Greenpeace mencatat beberapa poin penting yang dikatakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam Conferensi Internasional Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark, beberapa waktu lalu. Salah satunya, SBY meyakinkan 110 pemimpin bahwa seluruh negara harus mulai “bergerak” untuk mengubah iklim menjadi lebih baik pada 2010.

Lima poin yang patut digarisbawahi adalah membangun koalisi strategis tanpa kompromi untuk menggolkan perubahan iklim itu. Dengan cara menumbuhkan kepedulian pada negara berkembang, yang selama ini terlalu lambat dalam bergerak untuk bergerak lebih cepat paling tidak dengan target 40 persen lebih cepat. Perbincangan tentang peringanan dan adaptasi akan menjadi sia-sia tanpa ada support secara financial. Dalam hitungan SBY, paling tidak diperlukan USD. 25-35 trilyun pertahun sampai tahun 2012.

Presiden SBY juga mendeklarasikan pengurangan emisi di Indoensia hingga 26-41 persen, sebagai solusi global atas perubahan iklim. Juga focus pada perlunya menjaga hutan di Indonesia agar terus ada sebagai penyeimbang iklim di dunia. Indoensia juga harus menjaga hutan tetap ada dan secara otomatis meningkatkan produksi karbon. Dan pada ujungnya untuk kebutuhan masyarakat juga.

Bisakan SBY merealisasikan apa yang dikatakan?

"Keindahan" Sel Sebenarnya

Fully Syafi

Keindahan dan kemewahan sel Artalita Suryani atau Ayin di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta, membuat saya ingin menyuguhkan "keindahan" sel yang sebenarnya. Foto yang saya ambil belum lama ini menuntukkan betapa sel memang sangat indah, meski tanpa tv flat, alat terapi kulit, AC dll.
*analisa foto lain bisa diklik di sini.

13 Januari 2010

Unair Terima 162 Mahasiswa dari Aceh Sampai Papua

Press Release

Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. H. Fasich, Apt., didampingi Dekan Fakultas Kedokteran Unair dan Wakil Direktur RSUD Dr. Soetomo, Selasa (12/1) petang kemarin, menerima 162 orang dokter sebagai mahasiswa peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)-1 FK Unair/RSUD Dr Soetomo angkatan tahun 2010.

Menurut Dekan FK Unair, Prof. Dr. Mochammad Amin, dr, SpP(K), diantara 162 mahasiswa PPDS-1 FK Unair tersebut terdapat 103 orang dengan biaya mandiri murni, sedang 59 orang mendapat beasiswa dari Depkes. Penerima beasiswa tersebut termasuk diantaranya 36 orang residen senior yang dikirim oleh Pemerintah Kabupaten (atau rumah sakit di daerah) yang berasal dari banyak daerah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.

”Ini suatu karunia yang harus disyukuri bahwa FK Unair/RSUD Dr Soetomo dipercaya untuk mendidik para dokter spesialis tersebut, sebab nanti setelah mereka lulus maka harus kembali untuk mengabdi ke daerah masing-masing,” kata Prof. Moch. Amin kepada wartawan usai penerimaan yang dilaksanakan di Lt V Gedung Rektorat Unair di kampus C Mulyorejo Surabaya.

Sebanyak 162 orang dokter peserta PPDS-1 tersebut terbagi untuk 24 program studi (Prodi), seperti yang terbanyak pada prodik Ilmu Penyakit Dalam terdapat 14 peserta PPDS, prodi Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler 13 orang, Obstetri & Ginekology (kebidanan dan kandungan) 12 orang, Radiologi 12 orang, dan Ilmu Kesehatan mata dan Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Penyakit Paru masing-masing 10 orang peserta PPDS-1. Mereka akan menjalani proses studi selama sekitar 4 (empat) tahun.

Dalam pengarahannya, Rektor Unair Prof. Dr. Fasich, Apt., mengatakan, upacara penerimaan mahasiswa PPDS-1 ini merupakan konsekuensi Unair telah menerima tiga sertifikasi sekaligus, yaitu ISO 9001-2008, IWA-2-2007 dan Malcolm Baldrige. Penerimaan mahasiswa PPDS-1 ini merupakan aturan acara pertama kali dilaksanakan pasca-mendapatkan ketiga sertifikasi tersebut.

Ada tiga hal penting dalam pengarahan Rektor terkait proses belajar di PPDS-1 Unair. Pertama, peserta harus menjaga pelaksanaan pembelajaran dengan penuh tanggungjawab dan dengan moralitas. Sehingga peserta harus memahami betul peraturan dan ketentuan yang terkait dengan prodi.

”Saya tidak ingin walau hanya sekali saja, sebagai Rektor di kemudian hari dipanggil pengadilan karena perkara tidak jelasnya pemahaman terhadap peraturan pendidikan di prodi PPDS. Kalau yang menggugat satu, tidak masalah, la kalau yang menggugat banyak, kan Rektor bisa-bisa tidak sempat bekerja dan hanya melayani gugatan saja,” kata Prof. Fasich berseloroh.

Untuk itu kepada pejabat Ketua Prodi dan Ketua Departemen untuk membantu menjelaskan masing-masing prodinya. Misalnya bagaimana kriteria lulus, nilai tidak lulus, dsb. Semua harus jelas. Kalau peserta tidak paham agar bertanya sampai jelas, agar ditengah perjalanan perkuliahan tidak ada komplain.

Pesan kedua, menjaga kualitas. Masalahnya, kualitas ini ditentukan sejauh mana pendidikan ini dapat diselenggarakan sebaik-baiknya. Dan ini sangat tergantung mahasiswa dan para pendidikan, Guru Besar, dokter senior, di Departemen yang senantiasa butuh kerjasama untuk menegakkan aturan di prodi. ”Kasarane ojok males, ojok sampek titip absen. Wis nggak jamane ngono iku. Siapapun harus memenuhi aturan,” tandas Pak Rektor.

Pesan ketiga, peserta PPDS-1 hendaknya memegang komitmen moralitas terutama dalam berinteraksi dengan pasien, sebab PPDS ini sarat dengan pendidikan dan moralitas.
”Tidak boleh ada alasan capek, ngantuk tadi malam jaga, ditugasi dokter senior, dsb. Anda harus terus menjaga smiling baik ketika berhadapan dengan dosen dan dengan pasien. Jadi itu harus ada komitmen dengan tugas pokok professional,” katanya.

Hal itu ditegaskan Rektor, sebab sejak awal sudah ada kesepakatan bahwa professi itu sebagai konsekuensi kehidupan dan bukan panggilan suatu pekerjaaan. Sebab kalau atas dasar panggilan pekerjaan maka akan terjadi transaksional. Jadi sejak awal sudah komitmen untuk menjadi professional, berkualitas, atau tuntutan professionalitas. Artinya wajib komitmen dengan tugas-tugas professi.