30 October 2010

Membaca "kitab basah" berulang-ulang

Iman D. Nugroho

Jumat malam. Hari belum berganti ketika tiba-tiba teringat kenyataan yang terbentang. Jejak-jejak kehidupan dalam "ayat-ayat" Kitab Basah, seakan tiada henti terbacakan dalam perjalanan panjang kehidupan. Ada dosa, ada pahala, tanpa ukuran lain di antaranya. Aku melihat, ayat dosa tak berhenti mewarnai masa laluku.

Malam semakin dekat, mengantarkan Jumat menuju Sabtu. Kali ini urusan dosa menjadi persoalan utama. Ada kekhawatiran. "Bagaimana cara menghapusnya? Apakah hal ini juga yang akan menjadi bahan bakar di neraka nanti?" Dan hujan deras tanya lainnya. "Tidak ada yang tahu rahasia Tuhan, bisa jadi pemberian dosa adalah manivestasi kasih sayang Tuhan, agar manusia bisa belajar," kata Pak Kyai suatu malam.

Begitukah? Entahlah. Buah pelajaran kitab basah kehidupan, memang luar biasa. Membenturkan lika liku kehidupan menjadi sebuah pelajaran yang bisa dimaknai. Kemudian dipandang sebagai sesuatu yang harus terjadi. Hebatnya, dalam pelajaran yang tidak selalu menyenangkan ini, memposisikan kita, para pembaca ayat-ayat kitab bahasa, sebagai salah satu bagian dari "ayat"-nya.

Hal yang sama, juga terjadi dalam hal bernama pahala. Tidak seperti kitab-kitab yang sudah ada, pahala tidak begitu "terasa", apalagi untuk terus diingat. Biarlah mengalir, melesat, atau mengalun seperlunya, "Bukankah kebaikan itu akan semakin berkurang, namun perlu kembali dikuras otoritas,"

Proses ini terus berlangsung,.
Sent trough BlackBerry®

No comments:

Post a Comment