06 February 2010

Perahu Pekat Malam

Syarif Wadja Bae

Jangan sampai sayapmu lunglai
Walau badai menggiring duri dengan banyak tangkai
Bacalah wajah senja yang mampir bersama setiap tetes sejuk diujung harimu.
Dan akan terpampang peta saat kelopakmu terbuka
untuk memulai perjalanan dalam pekat malam.

Biarkan mereka bicara tentang nilai-nilai palsu dengan congkak melebihi kehendak Tuhan yang selalu hadir di setiap detak jantung serta tidak peduli pada keringat Ibu.

Kerap kali ada benalu yang menari saat bunga-bunga di langit menjadi kelabu menyaksikan manusia-manusia dimakan roda-roda.
Dan fajar tak lagi mampu pancarkan puisi pelangi diseparuh tubuh laut yang mulai keruh akibat goresan luka yang menganga sebelum sampai ke muara.

Jangan kau diam melihat laju waktu dan terlena di atas angan-angannya.
Lihatlah dengan mata yang jernih disepanjang perjalanan pekat malam
karena ada banyak corak makna disana.

Ketika hati, rasa, cinta, dan semua yang berkecamuk didalam dada ini berdebar bagai gendang yang ditabuh dengan kencang, maka kita harus terus maju.
merengkuh dayung menuju terang
Walau yang kita tumpangi cuma perahu sederhana

Awal Februari 2010

*puisi lain, klik di sini.

No comments:

Post a Comment