07 December 2009

AJI Jakarta Diskusikan Film Balibo

Iman D. Nugroho

AJI Jakarta mengadakan pemutaran film secara gratis dan diskusi film kontroversial Balibo. Acara yang rencananya akan dilaksanakan di Theater 21 (Art Cinema) Taman Ismail Marzuki, Senin, 7 Desember 2009 ini menghadirkan Ezki Suyanto (AJI Indonesia), Asvi Warman Adam (Sejarahwan), Muchlis Paeni, Ketua LSF (dalam konfirmasi) dan Letjen (Purn) Agus Widjojo ( Komisi Kebenaran dan Persahabatan antara RI dan Timor Leste).

Karena membludaknya peminat dalam pemutaran film ini untuk pertama kali di Teater Utan Kayu Jakarta beberapa waktu lalu, AJI Jakarta menerapkan aturan yang lebih ketat dengan membagikan tiket. Yakni, dengan mengambil tiket secara gratis di Kantor AJI Jakarta beberapa jam sebelum pemutaran dan diskusi dilakukan.

Film fiksi BALIBO berasal dari kisah nyata yang terjadi di Kabupaten Balibo, Timor Leste pada tahun 1975. Ada dugaan, saat itu terjadi kebrutalan tentara Indonesia terhadap lima wartawan Australia, Gary Cunningham, 27 (cameramen ), Malcolm Rennie, 28 (reporter), Greg Shackleton, 27 (audioman), Tony Stewart, 21 (audioman) dan Brian Peters, 29 (cameraman). Lima jurnalis dari Channel 7 dan Channel 9 Australia terjebak saat militer Indonesia memasuki benteng Balibo di utara Timor Leste. Dan tewas!

Film yang disutradarai Robert Connolly ini dibuat oleh perusahaan Transmission dan FootPrint Film di Australia, dengan David Williamson sebagai penulis skenario. Film ini didasarkan pada penelusuran Jolliffe, wartawan Australia yang bertemu dengan saksi mata sebelum Roger East (wartawan AAP Australia) dibunuh.

Sebelum sempat diputar, pemerintah Indonesia menyatakan film yang dibintangi Anthony La Paglia ini bersifat ofensif. Atas desakan TNI dan pemerintah, LSF akhirnya melarang peredaran film tersebut, karena dianggap akan memunculkan luka lama disertai dengan muatan politis yang akan merendahkan citra Indonesia sebagai pelanggar HAM.

Bagi jurnalis, penayangan film ini sangat berguna untuk mengingatkan semua pihak agar menghormati hak-hak jurnalis saat meliput. Pasalnya, jurnalis bertugas mencari fakta yang mendekati kebenaran. Film ini juga memberi peringatan bahwa pembunuhan terhadap jurnalis harus diusut tuntas. Para pelakunya harus diadili.

Rencananya, film Balibo akan ditayangkan di Jakarta Internasional Film Festival (Jiffest) ke 11 pada 4-12 Desember 2009. Di Australia sendiri, pemutaran film tersebut sudah dirilis pada bulan Juli lalu. Tapi, diakhir cerita, pemutaran itu menuai kontroversi karena Lembaga Sensor Film (LSF) tidak memberikan izin lolos sensor atas film ini. Pemutaran itu pun gagal dilakukan.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyatakan protes atas keputusan Lembaga Sensor Film (LSF) terkait larangan peredaran film “Balibo”. Pelarangan film tersebut dianggap bertentangan dengan prinsip kebebasan berekspresi, kebebasan berapresiasi dan tidak menghormati hak masyarakat untuk tahu.

No comments:

Post a Comment