31 March 2008

Komplit Melihat Wayang Kulit

Iman D. Nugroho

Pagelaran wayang kulit selalu menarik. Ketradisionalan tersaji utuh dalam keunikan budaya Jawa yang tidak pernah lepas dari unsur keindahan dan nilai luhur. Sejak persiapan, pagelaran wayang kulit sudah menghitung posisi, hari pelaksanaan, musik yang akan dimainkan, hingga lakon yang akan dipersembahkan semalam suntuk.


Hal itu juga yang tampak di Ponorogo, Jawa Timur, ketika Wayang Kulit akan dimainkan di alun-alun kota setiap Minggu terakhir setiap bulan. Minggu (27/03/08) lalu, wayang kulit di alun-alun Ponorogo menampilkan Poncolowo Krido yang dibawakan oleh dalang Setyo Laksono Putro dari Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.

Sejak awal, peralatan karawitan dari kelompok karawitan Setyo Laras ditata sedemikian rupa. Gong, kendang, bonang dan peralatan lain menempati posisinya masing-masing. Panggung dengan wayang berjejer dan keber (layar) pun disiapkan. Termasuk lampur penerang di atas kelapa dalang dan sound system yang membuat pagelaran wayang kulit itu bisa maksimal.

Hujan yang mengguyur Ponorogo sepanjang siang hingga dini hari tidak menyurutkan antusias warga ponorogo untuk datang ke alun-alun malam itu. Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang sejak sore sudah menyiapkan dagangannya di lokasi pertunjukan. Benar-benar sebuah pesta rakyat. Ketika dalang Setyo Laksono Putro naik dan mulai memainkan wayangnya, penonton pun mengikuti hingga usai.


No comments:

Post a Comment