03 November 2007

Nahdliyin Cermati Kasus Alas Tlogo dan JIL

Kasus penembakan Marinir pada penduduk Alas Tlogo Pasuruan dan Jaringan Islam Liberal, menghangatkan atmosfir hari kedua Konferensi Wilayah (Konferwil) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Ponpes Zainul Hasan Genggong, Sabtu (3/11) ini. Pengurus Cabang NU Kabupaten Pasuruan menilai PWNU Jawa Timur tidak total dalam menangani kasus yang menewaskan empat warga NU itu. Sementara PCNU Sampang, Madura menilai JIL dianggap bisa menjauhkan NU dari ajaran pendiri NU KH. Hasyim Ashari.

Dua komentar bernada keras itu terungkap dalam rapat pleno yang dihadiri oleh 44 pengurus cabang NU Jawa Timur dan para kyai berpengaruh. Dalam paparannya, PCNU Kabupaten Pasuruan menyayangkan ketidaktotalan PWNU Jatim untuk membela kasus yang menewaskan dua perempuan dan dua laki-laki warga NU itu. "PWNU harusnya lebih serius menangani kasus ini, yang terbunuh itu anggota NU!" kata KH.Shonhaji Abdul Shomad, Ketua PCNU Kabupaten Pasuruan.

Seperti diberitakan, Kasus pembantaian Alas Tlogo dilakukan oleh anggota Marinir yang bertugas di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Grati Pasuruan kepada penduduk Desa Alas Tlogo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur pada 30 Mei 2007. Ketika itu, penduduk melakukan demonstrasi menghadang pasukan Marinir yang sedang mengawal pekerja PT. Radjawali Nusantara Indonesia. Demonstrasi itu disambut dengan serbuan dan tembakan senjata M16. Empat penduduk tewas dengan luka tembak dari jarak dekat.

Kasus itu berakar sengketa tanah Alas Tlogo seluas 539,556 hektare. TNI AL mengklaim telah membeli tanah pada tahun 1963, dan disertifikatkan pada 1993. Merasa dirugikan, pada 1999 warga Desa Alas Tlogo menggugat kepemilikan tanah TNI AL melalui PN Kabupaten Pasuruan. Sayangnya, gugatan warga justru ditolak dengan alasan gugatan tidak jelas. Sekitar tahun 2007, gugatan warga kembali dilayangkan melalui PN Kabupaten Pasuruan. Perjuangan warga kandas. Penduduk Alas Tlogo dinilai pengadilan tidak mempunyai bukti-bukti kuat kepemilikan tanah.

Kalau PWNU mau lebih serius menangani kasus Alastlogo, kata Shonhaji, bisa dipastikan kasus pembantaian warga NU oleh aparat TNI itu akan mudah diselesaikan. "Seharusnya PWNU bisa berbicara dengan Pangarmatim dan Komandan Marinir untuk segera menghukum anak buahnya yang melakukan kesalahan, tapi semua itu tidak dilakukan," kata Shonhaji. Padahal di tingkat grassroad, pengurus NU mati-matian melakukan advokasi pada masyarakat dan mencegah kasus ini berbuah serbuan masyarakat ke markas Marinir.

Sementara itu, PCNU Sampang Madura meminta PWNU kembali mencermati pengaruh aliran Syi'ah dan Jaringan Islam Liberal yang dimotori Ulil Abshor Abdallah yang kemungkinan sudah merasuk ke generasi muda NU. Bila dibiarkan, aliran itu akan semakin menjauhkan NU dari ajaran yang dibawa KH. Hasyim Ashari. "JIL semakin menjauhkan NU, maka PWNU harus mewaspadai hal ini," kata Ketua PCNU Muhaimin.

Kehadiran Jaringan Islam Liberal atau JIL memang membawa pro-kontra di kalangan Nahdliyin. JIL yang memiliki penafsiran dengan landasan ijtihad (melahirkan hukum baru), seringkali bersebrangan dengan garis NU. "Kita sering menemui generasi muda NU yang cara berpikirnya sudah seperti JIL, karena itu harus ada penindakan tegas," kata Muhaimin.

*Keterangan Foto: Anak kecil korban penembakan Marinir di Alas Tlogo, Pasuruan. Foto by Surya



1 comment:

  1. emang seharusnya NU mulai awas, kepentingan ummat lebih utama. hehe mantap mas tulisannya, mohon pencerahannya mas lagi belajar nulis juga :smile: salam peace...

    ReplyDelete