28 October 2007

Pencemaran Sumber Air Warga Semakin Parah


PULAU LUMPUR.
Pulau lumpur muncul di Kali Porong Sidoarjo sebagai efek pembuangan lumpur Lapindo di sungai itu. Seperti tampak pada gambar, endapan lumpur menutupi sebagian besar pemukaan Kali Porong. Foto diambil Minggu (28/10).

................................

Pencemaran di sumber air milik warga yang hidup di sekitar Kali Porong, Sidoarjo, semakin parah. Sumur-sumur warga tidak bisa lagi digunakan karena berbau busuk dan keruh. Warga memilih untuk menggunakan air kotor itu untuk kebutuhan bersih-bersih peralatan rumah tangga saja. Untuk kebutuhan air minum, warga membeli air dari sumber air pegunungan.

Kawasan pemukiman yang tercemari airnya itu terletak di kawasan Desa Pajarakan Selatan, di seberang pompa pembuangan lumpur Lapindo Brantas Inc atau spill way Kali Porong yang terletak di Desa Pajarakan Utara. Desa Pajarakan sendiri terletak di pinggir kali yang menuju ke Selat Madura itu. Masyarakat desa itu percaya, perubahan air di sumber mata air miliknya tidak bisa dilepaskan dari perubahan fungsi Kali Porong yang kini digunakan sebagai khawasan pembuangan lumpur Lapindo.

“Sebelum Kali Porong digunakan untuk membuang lumpur, sumber air di desa kami tidak seperti sekarang, namun saat sungai tidak mengalir karena lumpur, air di sumur kami jadi seperti ini (berbau busuk dan keruh), “ kata Musholi (40) warga Desa Pajarakan Selatan. Padahal, air sumur adalah salah satu kebutuhan vital bagi penduduk di wilayah itu. Kini, penduduk lebih memilih untuk memberli air dari sumber pegunungan.

“Sejak dulu kami memang menggunakan air pegunungan, itu pun kalau musim kering saja, tapi sekarang hampir setiap hari keluarga saya membeli air bersih,” kata Musholi. Setiap hari, setiap keluarga di Desa Pajarakan Selatan rata-rata mengeluarkan uang Rp.1000 rupiah/ hari atau Rp. 30 ribu/bulan untuk membeli air. Sebuah nilai yang tinggi untuk penduduk yang kebanyakan berprofesi sebagai petani dan pekerja pabrik itu.

Selain kotornya sumber air karena rembesan air lumpur Lapindo, penduduk di Desa Pajarakan Selatan dihantui oleh kemungkinan banjir bandang karena mampetnya Kali Porong oleh lumpur. Dalam pengamatan The Jakarta Post, sejak lumpur dibuang di Kali Porong setahun lalu, kondisi pendangkalan Kali Porong semakin parah saja. Kalau sebelumnya sedimentasi itu hanya berupa naiknya permukaan dasar sungai, kini sudah muncul pulau-pulau lumpur di tengah-tengah Kali Porong.

“Penduduk di sini (Desa Pajarakan Selatan) khawatir, bila hujan tiba, maka air tidak akan tertampung di Kali Porong dan meluber ke rumah penduduk dalam banjir besar,” kata Sholikin pada The Jakarta Post. Kekhawatiran itu memang bukan tanpa alasan. Selama ini, Kali Porong digunakan sebagai saluran pembuangan alternatif untuk air dari sungai Brantas. Fungsi yang sama dimiliki Kalimas Surabaya.

Namun, fungsi itu sepertinya akan berubah. Lantaran Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) meneruskan keputusan Tim Nasional (Tim Nas) Penanggulangan Lumpur dengan membuang lumpur ke Kali Porong. Sungai yang mengalir di Desa Pajarakan pun dibendung, dan dialiri lumpur. “Silahkan lihat sendiri, selama musim kemarau saja, air tidak bisa mengalir, bagaimana bila hujan tiba?” kata Sholihin.

Sementara itu, selama beberapa hari ini efek lumpur Lapindo kembali berdampak pada rel kereta api yang melintas di kawasan Porong. Rel KA mengalami pembengkokan di beberapa bagian. Hal itu membuat KA berjalan pelan. Minggu ini, KA Mutiara Timur jurusan Banyuwangi-Surabaya bahkan tidak berani melintas karena kondosi rel yang membengkok semakin parah saja.


No comments:

Post a Comment