01 January 2007

Menunggu ketidakpastian itu lebih menyiksa

Mendung yang bergelayut di atas kota Rembang, Jawa Tengah Minggu (31/12/06) mengiringi tangis Ny. Hamzah yang memecah keheningan ruang tunggu Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Dr. Soetrasno, Rembang. 

Nama-nama anggota keluarganya yang menjadi korban kecelakaan KM. Senopati tidak tercantum dalam deretan nama korban selamat yang tertempel di tembok RS. Pencariannya selama sehari penuh di dua rumah sakit di dua kota, Tuban, Jawa Timur dan Rembang, Jawa Tengah seakan sia-sia. "Saya takut, keluarga saya meninggal dunia,.." kata perempuan asal Surabaya itu sambil sesenggukan. Sapu tangan biru miliknya semakin basah dengan air mata. Tangisnya semakin keras, ketika bayangan Della Puspita, 2,5 tahun, terlitas di angannya. "Saya ingat cucu saya, kemana dia sekarang?" tanyanya dalam tangisan. Puluhan orang yang ada di ruang tunggu itu pun hanya terdiam. Larut dalam kesedihan. Ketidakpastian atas nasib penumpang KM. Senopati, menjadi beban berat anggota keluarga yang lain. Apalagi, hampir empat hari berlalu pasca peristiwa kecelakaan kapal penumpang, masih belum ada kejelasan. Belum lagi, simpang siur jumlah korban meninggal dunia dalam peristiwa itu, datang dan pergi bagai isu perceraian pasangan selebriti. Tidak pernah berhenti. "Saya sampai harus ke dua kota, Tuban dan Rembang, kemana lagi harus mencari?" kata Ny. Hamzah. Ny.Hamzah menceritakan, tiga keluarga yang dicari itu adalah Agus Sugiono,35, Rusmiati, 25 dan Della Puspita,2,5 tahun. Agus adalah salah satu manajer di kapal itu. Sebelum tragedi ini terjadi, keuarga Agus rencananya merayakan pergantian tahun di atas KM. Senopati, sambil menikmati indahnya pemandangan laut lepas. "Tapi sekarang kok jadinya seperti ini," kata Ny. Hamzah. Posisi geografis kecelakaan kapal pun semakin menyulitkan pihak keluarga untuk mencari tahu. Hasil tim Search and Rescue (SAR) yang belum juga menunjukkan keberhasilan. "Katanya jenazah korban masih terjebak di Pulau Mandalika, bahkan ada yang bilang puluhan jenazah sudah dibawa oleh kapal nelayan, yang mana yang benar?" tanya Siti, istri Nadi Hadi Sutrisno, salah satu penumpang kapal yang hingga kini juga belum jelas nasibnya. Siti dan Nadi Sutrisno adalah pasangan suami istri yang tepaksa hidup terpisah karena Siti meneruskan pendidikannya di sebuah universitas swasta di Semarang. Sementara Nadi tinggal di Pingkal Labu, Kalimantan. Pada Idul Adha ini, Nadi bermaksud mengunjungi istrinya di Semarang untuk sama-sama merayakan Idul Adha. "Saya sudah khawatir, karena kabarnya angin di laut kencang sekali," kenang Siti. Kekhawatiran Siti menjadi kenyataan. Nadi yang dijadwalkan datang Kamis malam, belum juga datang. Nomor setepon seluler milik Nadi pun tidak bisa dihubungi. Siti berinisiatif menghubungi PT. Prima Vista di Kumai, Kalimantan. "Katanya ada gangguan di kapal, karena cuaca, tapi kapal sudah berlindung di Pulau Mandalika, saya pun tenang," katanya. Namun, belum juga kekhawatira mereda, ada kabar di televisi ada kapal tenggelam. "Saya hanya berharap dan berdoa," kata Siti sembari meneteskan air mata. Reaksi berbeda ditunjukkan Rustamadji. Purnawirawan Polisi ini terlihat tenang menunggu kabar tidak menentu atas keluarganya. "Saya juga bingung, tapi harus bagaimana lagi," katanya. Meski dirundung duka, Rustamadji memilih untuk melakukan pencarian anggota keluarganya dengan cara menyebar fotocopy wajah keempat anggota keluarganya yang hilang. Foto keluarga itu ditempelkan di kertas HVS kemudian diperbanyak, lalu di tempel di rumah sakit di Rembang, Tuban dan Surabaya. Di bagian bawahnya dibeni nomor telepon yang bisa dihubungi kapan saja. Keempat keluarganya yang hilang itu adalah Nur Endang Hariyani,55, Nur Eka Damayanti,25, beserta dua anak kembarnya, M. Frida Mardhani dan M. Frida Mardhanu (12). "Ini foto-foto mereka," ujar Rustam pada The Jakarta Post. Dia mengharapkan, orang lain bisa mengenali keempat orang itu dengan melihat foto-foto yang disebarkan. "Siapa tahu, ada masyarakat yang menemukan mereka dalam keadaan apapun, bisa menghubungi kami," jelasnya. "Yang dilakukan pihak keluarga, hanya menunggu kabar, dan itu lebih menyiksa karena kami tidak bisa melakukan apa-apa," ungkap Kasmun pada The Jakarta Post. Warga Demak yang sudah tiga hari berada di RSU Dr.Soetrasno Rembang yang saat ini menunggu nasib baik Jumain,26, anaknya. Simpang Siur Penyebab kecelakaan kapal motor (KM) Senopati di perairan utara Pulau Jawa masih simpang siur. Pemerintah melalui Menteri Perhubungan RI Hatta Rajasa akan membuat tim untuk penyelidiki penyebab tenggelamnya KM Senopati yang hingga kini membuat kurang lebih 350 penumpangnya hilang. Berdasarkan pengakuan penumpang KM Senopati yang selamat, sebelum tragedi itu terjadi, salah satu mesin KM Senopati sempat mati. Setelah itu, kapal miring ke kanan dan akhirnya terbalik. Penumpang yang berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan jaket pelampung dan perahu karet kebingungan karena jumlah jaket pelampung dan perahu karet tidak sebanding dengan jumlah penumpang kapal. Saat panik itu, banyak penumpang KM Senopati yang tercebur di laut tanpa menggunakan jaket pelampung dan perahu karet. "Pemerintah akan membentuk tim khusus, tim ini yang akan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di KM Senopati," kata Hatta Rajasa. Termasuk apakah ada salah satu mesin kapal yang rusak yang kemudian menyebabkan KM Senopati tenggelam dan sedikitnya jumlah jaket pelampung dan perahu karet. Hal itu dikatakan Hatta Rajasa ketika mengunjungi korban selamat KM Senopati di RSU DR. Soetrasno, Rembang Jawa Tengah, Minggu (31/12/06) ini. Soal sedikitnya jaket pelampung dan kapal penyelamat yang ada di KM Senopati yang tidak sebanding dengan jumlah penumpang. Hatta mengatakan ketika itu anak buah kapal (ABK) KM Senopati sudah berusaha menyelamatkan penumpang dengan memberikan jaket pelampung dan kapal karet kepada penumpang saat KM Senopati mulai kehilangan keseimbangan. "Upaya menyelamatkan penumpang dengan jaket pelampung dan kapal karet itu sudah dilakukan, hal ini dikatakan ABK selamat yang saya temui," kata Hatta. Hatta bersikeras, jumlah penumpang yang ada di atas KM Senopati tidak melebihi kapasitas. Karena dalam catatan resmi (cargo manifes) KM itu tertulis jumlah penumpang total ada 628 orang. Terdiri dari 542 pemumpang, 29 supir truk dan 57 ABK. "Pemerintah hanya melihat apa yang tertulis di catatan cargo manivest, jumlahnya 628 penumpang," kata Hatta Rajasa. Namun, lagi-lagi kata Hatta, tim khusus yang akan mencari tahu mengenai kepastian itu. Hingga Senin(1/1/07) ini, upaya pencarian korban KM Senopati terus dilakukan. Pencarian dipusatkan di perairan utara dengan menurunkan empat pal KRI milik TNI AL, helikopter dan pesawat kecil jenis Nomad milik Skuadron 800 Armatim. Pencarian juga dilakukan oleh tim Seacrh and Rescue Jawa Tengah dan Jawa Timur. Besarnya angin, ombak dan awan mendung di atas peairan utara Jawa sempat membuat pencarian terhenti. The Jakarta Post yang mengikuti proses pencarian dengan pesawat Nomad, tidak membuahkan hasil. Pendeknya jarak pandang membuat pencarian tidak maksimal. Bahkan, satu kapal ikan yang membantu pencarian di perairan Jepada Jawa Tengah sempat pecah. Sejumlah 10 awaknya berhasil di selamatkan. Dari ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, yang terlihat hanya deburan ombak. Diberkirakan tingginya 4-6 meter.Ombak semakin besar mendekati pulau Mandalika. Beberapa kapal kargo dan kapal tongkang nelayan yang melintas di perairan terlihat terangkat saat dihantam ombak. Berdasarkan laporan tim SAR Jawa Tengah, Puluhan korban selamat KM Senopati ada yang terombang-ambing sampai ke Gresik dan Tuban Jawa Timur. Puluhan korban selamat juga berhasil di evakuasi oleh kapal barang berbendera Vietnam yang kebetulan melintas di perairan Utara Jawa. Senin dini hari, 11 korban selamat dan dua jenazah berhasil di evakuasi melalui pelabuhan Rembang Jawa Tengah. Dua jenazah disemayamkan di kamat mayat RSU Dr.Soetrasno, Rembang.

1 comment:

  1. Anonymous8:03 pm

    pekerjaan menunggu sebagai jurnalis tak kalah menyiksa. double thumb for iman!!!

    ReplyDelete