21 October 2006
Tenggelam Dalam Puluhan Ton Ikan Bandeng di Pasar Bandeng Gresik
Sepanjang Ramadhan hingga Pelaksanaan Idul Fitri, Kota Gresik bagaikan hidup dengan berbagai kegiatan. Mulai aktivitas ritual yang tidak henti-hentinya di masjid, surau hingga pondok pesantren di hampir seluruh kota, berdoa di dua makam penyebar Islam di Pulau Jawa Sunan Giri, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Prapen, Petilasan Sunan Kalijogo hingga puncaknya pelaksanaan Pasar Ikan Bandeng dan pesta rakyat menjelang Hari Raya Idul FItri. Seperti yang terjadi Jumat-Minggu (20-22/10) ini.
Dalam tiga hari dua malam ini, sekitar 200 pedagang ikan bandeng membuka stan di Pasar Bandeng dan Pasar Rakyat yang digelar di sepanjang Jl. Samanhudi, Pasar Kota Gresik. Para pedagang ikan bandeng itu berbaur dengan ribuan pedagang lain yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat. Mulai baju, makanan, mainan anak-anak hingga asesoris.Di tempat itulah, masyarakat "kota Satelit" Ibu Kota Jawa Timur Surabaya ini melampiaskan kemeriahan Ramadhan dan Idul Fitri.
Tidak jelas awal mulai digelarnya Pasar Bandeng dan Pesta Rakyat ini. Ada yang meyakini, kegiatan akbar ini sudah dilakukan sejak awal kota Gresik dibuka. Namun ada yang menyatakan, pesta ini adalah budaya yang dikenalkan Penjajah Belanda untuk "menenangkan" masyarakat pribumi Gresik dari keinginan untuk memberontak. Yang pasti, sejarah Gresik yang dikenal sebagai kota pelabuhan, memberi tempat untuk itu.
Sejak abad ke-11 misalnya, ketika Gresik tumbuh menjadi pusat perdagangan antar pulau dan antar negara, wilayah ini banyak dikunjungi oleh pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Benggali hingga Campa. Saat itulah, perlahan-lahan agama Islam masuk ke tanah Jawa dengan dibawa oleh Syech Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah Binti Maimun. Di jaman itu, masyarakat banyak berprofesi sebagai nelayan, hingga sekarang.Terutama di daerah Ujung Pangkah, Sedayu dan Bungah yang berbatasan langsung dengan laut.
Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng. Serta Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Dari total luas wilayah Gresik, 1,1 ribu Km2, 192 km2 adalah tambak dan kolam. Tidak hanya itu,
Tidak bisa dipungkiri, pasar Bandeng dan Pesta Rakyat ini sudah menjadi budaya yang terus dilakukan masyarakat sampai sekarang.Tradisi pasar Bandeng sangat pas dengan karakter masyarakat Gresik yang menurut survey tahun 2001 berjumlah 969.205 jiwa dan kebanyakan menjadi nelayan yang memandang Ikan Bandeng sebagai simbol prestise tokoh masyarakat. Semakin kaya seseorang, maka bisa dipastikan semakin besar ikan bandeng yang disantapnya. Terutama saat Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tiba.
Dan di Pasar Bandeng inilah, bandeng jumlah besar didapatkan. Nelayan dan petambak dari seluruh Gresik dan daerah pesisir yang dekat dengan kota itu, seperti Madura, Lamongan, SUrabaya dan Sidoarjo datang ke lokasi ini setiap tahun untuk menjual ikan bandeng. Tidak tanggung-tanggung setiap nelayan dan pedagang menjual ikan bandeng hinggan 6 ton dalam dua malam. Masyarakat Gresik berlomba untuk membeli ikan bandengn terbesar yang dijual dalam even itu.
Seiring dengan waktu, jumlah bandeng dengan ukuran besar pun berkurang. Tapi karena penikmat ikan bandeng berukuran besar terus ada, akhirnya ikan bandeng besar pun harus dilelang. Hebatnya, uang ratusan juta berhasil di raih dalam pelaksanana lelang itu. Hingga mencapai angka Rp.120 juta. Untuk ikan bandeng dengan besar 8 kilogram, bisa menarik untung hingga Rp. 20 juta. Harga itu jauh lebih mahal dari harga "normal" ikan bandeng raksasa yang dijual Rp.70-100 ribu/kg.
Suyatin dan Dharmawan adalah pasangan penjual ikan bandeng yang ikut menggelar dagangan dalam Pasar Bandeng dan Pesta Rakyat 2006 di Gresik. Keduanya mengaku, menjual bandeng sudah dilakukan ayahnya, Haji Zaini dan kakeknya. "Saya adalah generasi ke tiga dari penjual bandeng ini," katanya pada The Jakarta Post. Dalam event kali ini, Suyatin membawa serta sepupunya yang juga membuka stan di lokasi yang sama.
Sebagai persiapan, Suyatin yang warga Bungah Gresik itu mempersiapkan 6 ton ikan bandeng berbagai ukuran. Mulai yang beratnya 1-11 Kg. Bandeng-bandeng itu didapatkan dari nelayan dan petambak yang ada di Gresik dan sebagian dari Sidoarjo. "Kami yakin seluruh ikan yang kami jual akan habis terbeli, karena memang biasanya seperti itu," katanya. Bandeng terbesar yang dijual Suyatin seberat 11 kh sudah terjual seharga Rp.710 ribu.
Di tahun-tahun sebelumnya, Suyatin mengaku bisa menjual ikan bandeng dengan ukuran jauh lebih besar, hingga 20 Kg. Tapi untuk tahun ini, ikan bandeng sebesar itu jarang ada. "Salah satu sebabnya karena tidak segera turun hujan, akibatnya air tambak yang digunakan untuk berternak bandeng lebih asin, makanya bandeng tidak bisa besar-besar," jelasnya panjang lebar.
Kusnulhadi, salah satu pedagang bandeng juga mengatakan hal yang sama. Warga Sedayu Gresik itu mengatakan karena hujan jarang turun, banyak ikan bandeng yang seharusnya bisa besar dan siap dipanen, malah mati di tambak. "Waktu saya membeli beberapa ikan milik tambak tetangga, banyak ikan bandeng besar yang mati, kasihan, kalau sudah seperti itu bandengnya tidak bisa lagi dijual," jelasnya.
Bandeng yang dijual Kusnulhadi kebanyakan masih hidup dan fresh. Kalau toh sudah mati, ikan itu biasanya mati dalam tumpukan es batu. "ORang akan tahu apakah ikan yang dijual ini masih fresh atau tidak, terutama dari beningnya mata dan kulit muka ikan dan kulit ikan, kalau sudah kusam, itu berarti ikannya sudah tidak segar lagi," katanya. Untuk Pasar Bandeng kali ini, Kusnulhadi menyiapkan dana hingga Rp.24 juta rupiah untuk membeli 500 biji ikan dari berbagai ukuran.
Baik Suyatin maupun Kusnulhadi, persoalan harga menjadi ganjalan pelaksanaan Pasar Bandeng kali ini. Pada tahun-tahun kemarin, setiap kilo ikan bandeng raksasa bisa dihargai hingga Rp.125 ribu/kilo. Tapi sekarang, harga tidak bisa berkutat lebih dari RP.70-100 ribu/kg. "Apalagi, Pasar Bandeng kali ini digelar pada tanggal tua (akhir bulan), orang banyak memilih untuk berbelanja baju lebaran," kata Kusnulhadi.
No comments:
Post a Comment