24 September 2006

Dokumen Vatikan tentang Islam yang pantas dicatat

Dalam beberapa dialog, beberapa sahabat beragama Katolik dan Kristen mereaksi beragam atas komentar Paus Benedictus tentang Islam yang sempat menjadi kontoversi. Sebagian sahabat sangat menyayangkan komentar itu, sementara sebagian sahabat lain menoleransi dengan menilai Paus Benedictus adalah "manusia" yang bisa juga melakukan kesalahan. 

Tapi, hampir semua bersyukur, Paus asal Jerman itu dan Vatikan secara kelembagaan segera meminta maaf atas komentar yang merujuk tulisan Prof Th. Khoury itu. Dalam perkembangan agama-agama di dunia, cara pandang antar agama pun mengalami pasang surut. Dalam buku La Bible, Le Coran Et La Sciene (Bibel, Quran dan Sains Modern) yang dikarang oleh DR. Maurice Bucaille yang diterbitkan tahun 1976 dan diterjemahkan oleh Prof. DR. H.M Rasjidi pada tahun 1978, mencatat hal itu. DR. Maurice Bucaille menilai, hal-hal mengenai Islam pada umumnya tidak diketahui oleh orang di negeri barat. Pemakaian kata "religion Mahomatane" (Mohammedanism) dan "Mohametans" (Mohammedans) masih dipakai untuk memelihara suatu anggapan yang salah tentang Islam adalah kepercayaan yang disiarkan oleh manusia, dan dalam Islam tidak ada tempat bagi Tuhan. Banyak kaum terpelajar yang tertarik oleh aspek Islam mengenai filsafat, kemasyarakatan dan ketatanegaraan. Tetapi mereka tidak menyelidiki lebih lanjut bahwa aspek-aspek itu berdasar pada Wahyu Islam dan berdasar pada wahyu-wahyu yang diterima nabi-nabi sebelumnya. Pada akhir-akhir ini (disekitar tahun 1976-an) terjadi perobahan besar dalam tingkat tertinggi dalam dunia Kristen. Setelah Konsili Vatican II (1963-1965), sekretariat Vatikan untuk urusan urusan dengan agama Non-Kristen, menyiarkan dokumen "Orientasi untuk dialog antara Umat Kristen dan Umat Islam". Dokumen tersebut menunjukkan pergantian sikap yang mendalam secara resmi. Mula-mula, dokumen tersebut mengajak umat Kristen untuk melempar jauh image yang diperoleh umat Kristen tentang Islam. Yaitu "Image usang, yang telah diwarisi dari masa silam, atau image yang salah karena karena didasarkan prasangka dan fitnahan". Kemudian, dokumen tersebut mengakui adanya ketidakadilan di masa lalu, yaitu "Ketidakadilan yang dilakukan oleh Pendidikan Kristen terhadap Umat Islam" di antaranya mengenai gambaran umat Kristen yang salah tentang fatalisme Islam, juridisma Islam, fanatisma dan lain-lain. Dokumen tersebut menegaskan kesatuan akan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta menyebutkan bahwa Kardinal Koenig telah membikin para pendengarnya tercengang ketika ceramah resmi di Universitas Al Azhar pada bulan Maret 1969, menerangkan hal tersebut. Dokumen tersebut juga mengatakan bahwa sekretariat Vatikan untuk urusan urusan dengan agama Non-Kristen, mengajak umat Kristen pada tahun 1967 untuk mengucapkan selamat kepada umat Islam sehubungan dengan berakhirnya bulan puasa Ramadhan dan menyebutkan puasa itu sebagai "sesuatu nilai agama yang autentik." Ketua sekretariat Vatikan untuk urusan urusan dengan agama Non-Kristen, Kardinal Pignedoli pernah mengunjungi Sri Baginda Raja Faisal (almarhum) dari Arab Saudi pada 24 April 1974. Dalam kunjungan itu Kardinal Pignedoli menyampaikan pesan Paus Paulus VI yang berisi: Rasa hormat Paus Paulus VI, yang diiringi dengan keyakinan mendalam tentang Kesatuan Dunia Islam dan Dunia Kristen yang kedua-duanya menyembah Tuhan yang Satu. Paus Paulus VI juga mengatakan,"Dijiwai dengan kepercayaan penuh tentang kesatuan Dunia Islam dan Kristen yang menyembah Tuhan Yang Satu", akan membuka lembaran baru dalam hubungan kedua agama. Enam bulan kemudian, pada Oktober 1974, Paus Paulus VI secara resmi menetima ulama-ulama Saudi Arabia di Vatikan. Pada waktu itu juga diadakan diskusi antara pihak Islam dan Kristen mengenai: Hak-hak Manusia dalam Islam. Ulama-ulama Arabia kemudian mengunjungi Majelis Ekumeni Gereja di Geneva yang diterima oleh Monsigneur Elchenger, Uskup Strasbourg, yang kemudian meminta kepada mereka untuk bersembahyang Dhuhur di Katedral. DR. Maurice Bucaille menilai, sikap kepala Gereja Katolik terhadap Umat Islam sangat perlu sekali, karena banyak orang Kristen terpelajar berpikir seperti yang dilukiskan oleh Dokumen Orientasi untuk dialog antara Umat Kristen dan Umat Islam dan tetap menolak menyelidiki ajaran-ajaran Islam. Dan karena sikap tersebut, mereka tetap tidak memahami realitas dan tetap berpegang kepada ide yang sangat salah mengenai Wahyu Islam. 

*Terima kasih untuk saudaraku dari Katolik dan Kristen tentang kesediaannya berdialog dan menjelaskan semua hal tentang ke-Kristen-an. Semoga menjadi awal yang baik.

No comments:

Post a Comment