19 June 2006

Penanganan Lumpur Panas Lambat,Peralatan Menumpuk di Lokasi



Jembatan Baelly yang sedang dirakit oleh anggota TNI di jalan tol KM 38. Foto diambil Senin (19/06)

Lambatnya penanganan lumpur panas yang menyembur di sekitar lokasi pengeboran gas PT. Lapindo Brantas Inc, membuat ratusan ribu kubik lumpur panas yang menyembur sejak tiga minggu lalu itu semakin tidak terkendali. Jumlah wilayah yang teraliri lumpur pun semakin luas.

Di Desa Siring dan Desa Renokenongo misalnya, lumpur setinggi 70 CM menggenangi sebagian besar wilayah pemukiman. Jalanan di kedua desa itu pun ditutup. Bahkan, lelehan lumpur sudah masuk ke Kecamatan Tanggulangin, yang berbatasan dengan Kecamatan Porong.

Sementara peralatan yang disiapkan untuk menyumbat semburan lumpur panas hingga saat ini belum dirakit. Peralatan yang belum dirakit itu adalah Snubbing unit. Alat yang kini ada di dalam tujuh kontainer itu tergeletak di jalan tol KM 39, sejak Minggu (18/06) lalu. "Kita tidak tahu siapa yang akan merakit alat ini," kata seorang pekerja di KM 39 pada The Jakarta post.

Pengunaan Snubbing Unit tergolong rumit. Diawali dengan pengeboran di salah satu titik yang tidak jauh dari sumber semburan, menuju ke jalur semburan lumpur di dalam tanah sedalam 6 ribu kali atau killing well. Melalui jalur sudetan ini akan disuntikkan materi penyumbat (lumpur padat) untuk menutup jalur semburan lumpur utama. Untuk melakukan hal itu, di sekitar lokasi killing well harus telebih dahulu bersih dari lumpur.

Upaya itulah yang saat ini sedang dilakukan oleh pihak PT. Lapindo Brantas Inc, dengan membangun tiga alat penyedot lumpur. Meski hingga hari ini alat itu pun belum beropersi. Bahkan, salah satu pompa rusak karena terendam lumpur. Selain itu, sejak
Minggu kemarin hingga hari ini, puluhan truck pengakut tanah terlihat lalu lalang di sekitar lokasi semburan lumpur panas untuk membuat jalan, mendekati pusat semburan. Jalan tanah inilah yang kemudian akan digunakan sebagai landasan penamcapan Snubbing unit.

Dalam Rapat koordinasi di Gedung Grahadi Surabaya, Senin (19/06) ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, pihak PT. Lapindo, BP Migas dan intelektual ITS Surabaya bersepakat untuk membentuk tiga tim yang bertugas menutup rekahan tanah, melokalisir lumpur panas dan menangani dampak sosial pasca lumpur panas.

Tim I diisi dengan ahli geologis dari ITS dan ITB, PT. Lapindo dan BP Migas. Tim ini juga yang akan mengoperasikan Snubbing Unit. Bila berhasil, dijadwakan pada akhir Juli, semburan lumpur akan bisa dihentikan. "Jika gagal, cara kedua akan dilakukan dengan pengeboran miring untuk membuat relief well, dan menutup sumber lumpur," kata Purnomo Yusgiantoro usai rapat koordinasi. Cara ini akan selesai pada September mendatang.

Saat tim pertama bekerja, tim kedua yang dikomandani oleh Satkorlak Penanganan Bencana Pemprop Jatim, dan BP Migas akan melokalisir lumpur panas dengan membangun kolam-kolam penampungan. Sementara Tim terakhir, dengan koordinasi Bupati Sidoarjo dan Satkorlak Penanganan Bencana Pemprop Jatim terus mencari cara agar masyarakat tidak begejolak karena bencana lumpur panas ini. Tim terakhir ini fokus pada pengungsi yang hingga saat ini berjumlah 3100-an jiwa.

1 comment:

  1. Anonymous9:19 am

    Pemerintah selalu terlambat. Mengapa ya? Mungkin karena sense of crisis-nya lemah.

    ReplyDelete