20 June 2006

Dua Warga Desa Diduga Meninggal Karena Asap Lumpur

Semburan lumpur panas disertai asap di Porong, Sidoarjo Jawa Timur mulai memakan korban meninggal dunia. Dua warga desa Jatirejo dan desa Reno Kenongo, diduga meninggal dunia setelah berhari-hari menghirup asap beracun yang keluar menyertai semburan lumpur panas itu. Keluarga korban mengharapkan PT. Lapindo Brantas Inc memberikan santunan karena menilai kematian keluarga mereka terkait lumpur panas.

Dua korban meninggal dunia itu adalah Mochammad Abdul Syukur Achiyar,57, warga desa Jatirejo dan Suwoto,70, warga desa Reno Kenongo. Informasi yang diperoleh The Jakarta Post di lokasi menyebutkan tanda-tanda sesak napas dirasakan kedua warga desa di sekitar lokasi lumpur panas itu sebelum mereka meninggal dunia. "Sebelum peristiwa itu terjadi, tidak ada tanda-tanda sesak napas, tapi seminggu terakhir sesak napas mulai menyerang," kata Widiastuti, Keponakan Mochammad Abdul Syukur Achiyar pada The Post.

Perempuan berusia 33 tahun itu menceritakan, sepanjang hidupnya, Mochammad Abdul Syukur Achiyar tidak memiliki riwayat penyakit sesak napas. Bahkan, sehari-harinya Mochammad Abdul Syukur Achiyar masih aktif bekerja di persawahan miliknya di kawasan desa Jatirejo. "Namun, pada pertengahan minggu kemarin, sekitar tanggal 14 Juni lalu, pak Abdul mengeluh sesak napas dan kami bawa ke Pusdik Bhayangkari, Sidoarjo," kenang Widiastuti.

Dalam pemeriksaan awal itu, dokter menyarankan untuk rawat inap, namun Abdul Syukur menolak dengan alasan dirinya cukup kuat untuk dirawat di rumah. Namun, sejak saat itu, Abdul Syukur mengaku dada semakin sakit. Bahkan untuk tidur pun kesulitan. "Sampai-sampai ia tidur dalam keadaan duduk," kata Widiastuti. Puncaknya terjadi pada Jumat (16/06) lalu saat keluarga kembali membawa Abdul Syukur ke Pusdik Bhayangkari.

Dalam dua hari perawatan di rumah sakit itu, Abdul Syukur menghabiskan enam tabung oksigen. Sabtu (17/06) lalu, dokter merujuk Abdul Syukur ke RSU Sidoarjo. "Belum lagi dirawat, Paman saya sudah meninggal dunia pada sekitar pukul 24 malam," kenang Widiastuti. Abdul Syukur dimakamkan di TPU Porong.

Kondisi yang hampir sama juga dialami Suwoto, warga Reno Kenongo. Meskipun memiliki penyakit sesak napas, namun sudah lama penyakit itu tidak pernah kembuh. Tapi akhir minggu kemarin tiba-tiba sakit menahunnya itu kambuh. Pihak keluarga segera membawanya ke Pusdik Bhayangkari dan langsung merujuknya ke RSU Sidoarjo. Senin (19/06) kemarin Suwoto meninggal dunia dan dimakamkan di TPU Reno Kenongo.

Keterangan kematian Abdul Syukur yang dikeluarkan RSU Sidoarjo dan ditandatangani Dr. Lukito Pribadi, memperkuat dugaan itu. Dalam surat itu kata "tidak" (yang seharusnya dicoret) bila tidak sesuai dengan UU no.6 1962 dan no.2 tentang wabah dan karantina, justru tidak dicoret oleh dokter yang bersangkutan. Artinya ada dugaan kematian itu disebabkan oleh wabah dan perlunya dikarantina.

Kepala Rumah Sakit Bhayangkari, Kompol Hadi Wahyana membenarkan dugaan meninggalnya dua warga desa Jatirejo dan desa Reno Kenongo disebabkan oleh asap. Hal itu berdasarkan pengakuan dua pasien itu ketika pertama kali mendapat perawatan di RS Bhayangkari. "Ketika pertama ke sini (RS Bhayangkari), keduanya mengaku mendapatkan sesak napas karena menghirup gas berbau tidak enak yang keluar dari lumpur panas," kata Hadi Wahyana pada The Jakarta Post

Khusus untuk pasien Suwoto asal Reno Kenongo, Hadi mengatakan bahwa pasien memang sudah lama menderita sakit sesak napas. Bahkan, berkali-kali mendapatkan perawatan di RS Bhayangkari. Tapi, biasanya usai dirawat, Suwoto lantas sembuh dan kembali beraktifitas. "Sebelum dia meninggal dunia pun, Suwoto sempat kami rawat selama enam hari, mengki akhirnya ia meninggal dunia," kata Hadi.

Sementara Abdul Syukur, memang tidak memiliki medical record sakit paru-paru. Ketika dicheck pertama kali, baru diketahui kalau Abdul Syukur sakit paru-paru. Tim dokter segera melakukan pengobatan. "Kita sudah merujuk ke RSU Sidoarjo untuk peralatan yang lebih lengkap, tapi upaya itu gagal," katanya.

Hingga saat ini sudah 812 orang memeriksakan diri ke RS Bhayangkari. Sejumlah 76 orang diantaranya diminta rawat inap. "Saat ini tinggal 16 orang yang kebanyakan anak-anak," kata Hadi. Itu pun karena anak-anak masih rentan terkena penyakit gara-gara sanitasi yang jelek dan tidak adanya air bersih yang bisa digunakan sehari-hari.

Keluarga korban sangat terpukul dengan kejadian itu. Abdul Syukur misalnya, adalah tulang punggung keluarga besarnya. Melalui sawah dua hektar yang digarapnya, Abdul Syukur menghidupi enam keponakan yang hidup bersamanya. "Sejak saya diberhentikan dari pekerjaan, Pak Abdul Syukurlah yang menghidupi keluarga saya," kata Hadi Suprayitno yang juga keponakan Abdul Syukur.

Karenanya, keluarga sangat mengharap PT. Lapindo Brantas Inc memberikan santunan atas kematian Abdul Syukur. Mengingat kematian Abdul Syukur terkait erat dengan asap menyengat yang tercium hingga radius 2 KM. "Anda sudah membuktikan sendiri, bau menyengat seperti inilah yang setiap hari kami hirup," kata Hadi pada The Post.

Memang, ketika The Jakarta Post mengunjungi rumah Abdul Syukur pada Selasa siang ini, kawasan Jatirejo dipenuhi oleh bau busuk. Setiap hari, terutama pada jam 10.00-23.00 bau busuk selalu tercium.

Keinginan untuk mendapatkan santunan itu sempat dikatakan pada ketua RT setempat yang berjanji meneruskannya kepada pihak PT. Lapindo. "Katanya sih, PT. Lapindo akan memberikan santunan, tapi hingga saat ini belum terlaksana," kata Hadi pada The Jakarta Post.

Hasil penelitian pihak Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang dirilis ke pers menyebutkan lumpur panas lapindo mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Bahan berbahaya itu diantaranya adalah phenol mencapai 4,25 mg/L dan 3,37 mg/L, jauh dari ambang batas normal 1 mg/L. Tidak hanya itu, kadar chemical oxygen demand atau (COD) di lokasi lumpur panas itu pun tergolong tinggi, hingga 8.000 mg/L hingga 24.000 mg/L. Padahal, batas normalnya adalah 300 mg/L.

Juga biochemical oxygen demand atau BOD yang mencapai 3.840 mg/L hingga 11.520 dari ambang batasnya hanya 150 mg/L. Untuk gas, dicurigai yang keluar bersamaan dengan lumpur dan air adalah gas Hidrogen Sulfida (H2S). Gas ini memiliki bau seperti telur busuk. Gas ini mampu mengacaukan sistem syaraf pusat dan pernapasan serta menimbulkan serangan jantung.

1 comment:

  1. Anonymous7:17 pm

    Kalau sudah begini, siapa yang akan bertanggungjawab?!

    ReplyDelete