Youtube Pilihan Iddaily: CNN Indonesia
Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
 

20 Februari 2010

[ Think Sport ] Awasi Polisi Ini,..

Jojo Raharjo

Semakin ruwet saja dunia sepakbola Indonesia. Dan keruwetan itu semakin bertambah dengan kasus di Stadion Jatidiri, Semarang, Jum’at (19/2) kemarin. Seperti baru saya baca beritanya di Jawa Pos online, usai pertandingan Divisi Utama antara tuan rumah PSIS menjamu Mitra Kutai Kartanegara, seluruh perangkat pertandingan dibawa ke Poltabes Semarang atas perintah Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo.

Setelah wasit Dedy Wahyudi dari Denpasar meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, belasan aparat berpakaian preman menguntit wasit dan dua asistennya serta pengawas pertandingan ke ruang ganti. Usai berganti pakaian, keempatnya diangkut dengan mobil polisi ke Polwiltabes Semarang untuk menjalani pemeriksaan. Selain wasit Dedy Wahyudi, ikut pula diciduk asisten wasit I Fajar Riyadi (Yogya), asisten wasit II Sutopo (Surabaya), dan Penagwas Pertandngan Khairul Agil.

Kapolda mencurigai wasit bertindak tidak adil saat memimpin laga yang dimenangkan PSIS 2-0 itu. "Mereka akan saya periksa, banyak keputusan yang tidak adil selama babak pertama. Ini bisa membuat pemain berkelahi di lapangan dan berpotensi rusuh. Setelah pertandingan, mereka diperiksa," ujar Kapolda dengan raut muka marah.

Kapolres Semarang Selatan AKBP Nurcholis saat dihubungi Jawa Pos mengatakan, wasit diperiksa karena dicurigai menerima suap sehingga keputusannya banyak menguntungkan PSIS. "Kami sedang interogasi, kenapa kok mudah sekali dia mencabut kartu merah dan banyak keputusan lain yang tidak adil. Barangkali saja dia menerima suap, kami akan dalami itu," papar Nurcholis.

Untuk Anda yang sedang terheran-heran dengan kasus ini, jangan dulu terlalu kaget. Mari kita buka kembali rekam jejak Alex Bambang Riatmodjo yang menjadi orang nomer satu di Mapolda Jateng sejak November 2008. Pada 12 Februari 2009, pemain Persis Solo Nova Zaenal dan pemain asing Gresik United Bernard Momadao ditahan di rumah tahanan Poltabes Surakarta setelah ditetapkan sebagai tersangka melanggar pasal 351 ayat (1) jo pasal 352 KUHP.

Keduanya ditangkap di lapangan saat berkelahi dalam pertandingan Divisi Utama di Stadion R Maladi, Solo yang disaksikan Kapolda Jawa Tengah Irjen Alex Bambang Riatmodjo. Setelah menjalani serangkaian sidang melelahkan hampir setahun, Nova Zaenal dan Bernard Mamadou akhirnya dijatuhi hukuman enam bulan penjara dengan masa percobaan satu tahun.

Weeeiittss.. bisakah Anda bayangkan dua kejadian itu? Wasit yang dianggap tidak fair memimpin pertandingan diciduk ke kantor polisi, demikian pula dua pemain bola yang berkelahi di lapangan harus diproses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) polisi dan menjadi pesakitan di pengadilan. Ingatan saya tiba-tiba melayang pada peristiwa 25 Juni 1997 saat Mike Tyson dua kali menggigit kuping Evander Holyfield di ronde ketiga dalam perebutan sabuk juara dunia tinju kelas berat dunia.

Saya membayangkan, seandainya pertarungan Tyson dan Holyfield digelar di Stadion Manahan Solo atau di Lapangan Simpang Lima Semarang dan disaksikan Kapolda Jateng Alex Bambang Riatmodjo, bisa jadi setelah menciak telinga lawannya, Mike Tyson segera menjalani proses verbal di polsek terdekat.

Bukan dua kejadian itu saja Kapolda Alex bertindak terlalu jauh dalam pertandingan sepakbola Liga Indonesia. Ketua Komisi Disiplin PSSI, Hinca Panjaitan, sewot bukan kepalang saat ada intervensi pihak luar di sela-sela pentas Liga Super antara PSIS menjamu Persijap Jepara pada 15 Februari 2009. Komdis menilai hukum pertandingan sepakbola bersifat universal, memiliki aturan tersendiri yang tidak bisa dicampuri pihak luar.

Sebelum pertandingan antara PSIS melawan Persijap Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol. Alex Bambang Riatmodjo berdiri di lapangan dan berbicara di hadapan penonton, wasit, ofisial pertandingan, dan pemain dengan mikrofon. Ia mengingatkan kepada pemain, ofisial tim, dan penonton supaya jangan melakukan tindakan kekerasan di lapangan,..next click here.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

13 Februari 2010

Video Gol-gol Indah



Piala Dunia 2010 yang akan berlangsung Juni 2010 mendatang di Afrika Selatan haruslah menciptakan gol-gol indah dan spektakulet seperti yang tampak dalam video ini.

01 Februari 2010

[ Think Sport ] Skenario

Jojo Raharjo

Apa yang ada di pikiran Anda kalau hidup ini ternyata sudah ada skenarionya, dan skenario itu bisa dibukakan sekarang, tanpa harus menunggu semuanya benar-benar terjadi? Ini bukan kemampuan lebih atau weruh sakdurunge winarah, tapi memang seandainya Anda benar-benar memiliki otoritas untuk mengetahui skenario kehidupan.

Begini misalnya, kita bicara sepakbola. Arema Malang (kini dikenal sebagai Arema Indonesia) sukses menjadi juara putaran pertama Super Liga Indonesia, sekaligus membuka separuh jalan memuaskan dahaga pencinta sepakbola Malang untuk meraih gelar juara kasta tertinggi sepakbola yang tak pernah direngkuh sejak 18 tahun silam.

Selain sukses jadi pamuncak sampai putaran pertama berakhir, Arema mengukir prestasi sebagai tim dengan jumlah penonton terbanyak di Liga Super. Seluruh pertandingan kandangnya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, dihadiri lebih dari 20 ribu orang, bahkan berkali-kali menembus angka 30 ribu pasang mata dan menembus pendapatan 1,3 milyar rupiah saat derby Malang berlangsung (10/1). Dua rekor pendapatan terbanyak laga kandang Arema lainnya dicatat saat menjamu Persiba (24/1) Rp 975 juta dan Sriwijaya Rp 765 juta.

Tapi, celaka dua belas, siang hari sebelum saya menulis catatan ini, ada sebuah catatan sepakbola di Facebook yang ditulis seorang wartawan senior. Salah satu alineanya mengagetkan saya berbunyi “Terlalu banyak ‘dosa-dosa’ para pengurus PSSI saat ini (2003 – 2010) yang diperbuat, Dari pengaturan skor, mafia wasit serta jual beli gol, dan jual beli klub yang tidak sesuai aturan. Bahkan, sudah ada kabar buruk, kalau kompetisi Super Liga Indonesia 2009-2010 saat ini, juaranya Arema Malang.

Bahkan, anggota Divisi Utama yang sudah dipastikan masuk ke jajaran Super Liga Indonesia 2010-2011 adalah Deltras Sidoarjo dan Persidafon Dafonsoro/ Perseman Manokwari atau Persiram Raja Ampat. Kalau ini benar-benar terjadi, sungguh-sungguh memalukan, menyesatkan dan perlu saatnya kompetisi di Indonesia di semua lapisan dibubarkan dulu saja. Karena, buat apa ada kompetisi kalau para juaranya sudah mendapat ‘arisan’ dari para pengatur yang di dalam jajaran pengurus ‘kartel’ PSSI saat ini.”......Selanjutnya, klik di sini.


26 Januari 2010

[ Think Sport ] Indonesia Tanpa One

Jojo Raharjo | Iman D. Nugroho [photo]

Bonek kembali menjadi bahan pembicaraan. Di Solo, Jawa Tengah, suporter Persebaya Surabaya itu memukuli jurnalis foto Antara. Tak lama kemudian, massa yang marah dengan aksi Bonek menyerang KA yang membawa rombongan Bonek menuju ke Surabaya. Berikut ini pengalaman mengerikan saya tentang suporter yang pernah dimuat di Iddaily.

Sebuah pengalaman kecut nan traumatik saya alami akhir pekan lalu: nyaris ditelanjangi di di kawasan tempat saya tinggal!


Sabtu, 18 November 2006, pukul 21.00 WIB, saat berjalan kaki kembali masuk ke dalam gang menuju rumah, setelah mengantarkan seorang sahabat mencari taksi, seorang pemuda memepetku ke tembok gang.“Hei, kamu tinggal di mana-mana?" ia bertanya.

Sekejap, pikiran cepatku bekerja: ini pasti gara-gara badanku memakai kaos hijau dengan tulisan Bonek, kelompok suporter garis keras pendukung Persebaya. Analisa yang tak meleset karena sekilas mataku melirik, pemuda itu memakai kaos putih bertuliskan Jakmania. Maka, skenario terburuk pun melintas dalam angan, "Siap-siap gembuk..."

Maklum saja, daerah Pondok Pinang –- yang hanya berjarak 2 kilometeran dari Stadion Lebak Bulus -- adalah salah satu wilayah di Jakarta yang menjadi basis pendukung fanatik The Jak alias Persija. Bahkan, di tembok tempatku dipepet itu, terpampang grafiti yang mengagungkan The Jak, dan melecehkan Persib Bandung dan kelompok supporter Viking. Ada pula coretan besar terbaca, “Gendut Doni, Tolol…” Gendut Doni, ialah ikon Persija ketika Juara Liga Indonesia VIII, yang pada musim lalu pindah ke Persib, musuh seumur hidup Jakmania.

Kembali ke kisah traumatik tadi. Pemuda ceking itu membentak, berteriak, sambil menunjuk-nunjuk muka, “Gua di Surabaya dihancurin ama bonek.”

Walah, saya semakin tersudut, meski sudah kujelaskan, saya bukan orang baru di kampung itu. Sudah pula kujelaskan, saya ini wartawan yang hobi mengoleksi kaos supporter klub-klub sepakbola seantero nusantrara. Apa daya, pemuda itu tetap tidak terima, memaksaku melepas kaos Bonek. Oke, tanpa perlawanan, kuturuti.

Seorang bapak mencoba mengamankan situasi. “Mas, kalau di sini jangan pakai kaos itu. Ini daerahnya Persija,” katanya, setelah menyaksikan diriku bertelanjang dada.

Namun, belum puas menyaksikanku setengah bugil, pemuda tadi merampas kaos Bonek yang kugenggam. Kaos seharga 30 ribu perak yang kubeli saat menyaksikan Putaran Final Liga Indonesia XI di Senayan tahun lalu.

Hmmm… ya, sudahlah, yang penting tak digembukin, pikirku sambil lari terbirit-birit menuju rumah, bertelanjang dada, seperti turis yang berolahraga kemalaman…

Moral cerita ini sebenarnya adalah, mengapa masih ada perasaan menggebu terhadap fanatisme pada daerah-daerah tertentu di Indonesia? Perasaan, “Kamu berasal dari sana, dan kota itu adalah musuh kami.”

Apalagi, penyebab utamanya adalah sepakbola, sebuah permainan yang diharapkan kompetisinya diharapkan dapat menyatukan bangsa dan meleburkan semua sekat.

Tapi, apa yang terjadi? Bukannya kesatuan yang lahir sebagai produk kompetisi sepakbola. Bentrokan antarsuporter kerap muncul, diiringi fanatisme berlebihan membawa dendam turun temurun sepanjang masa.

Bahkan, hal yang tak ada kaitannya dengan sepakbola pun dibawa-bawa. Sejam sebelum laga Persija melawan Persib di Lebak Bulus, saya pernah menyaksikan kumpulan Jakmania berdiri di atas Metro Mini sambil mengusung spanduk bertuliskan, “Bandung Kota Maksiat”. Lho, apa hubungannya?

Maka, sepakbola kita hanya melahirkan ingar-bingar yang “jalan di tempat”. Bagaimana perasaan Anda saat menyaksikan para pemain nasional -- yang konon produk terbaik dari kompetisi Liga Indonesia- terus-menerus gagal menjadi juara di kelas Asia Tenggara sejak terakhir menyabet medali emas di Sea Games Filipina 1991, sembilan belas tahun lalu!

Di kualifikasi Asian Games, tim yunior Indonesia yang dimasak secara instan di Belanda, belum-belum sudah dihajar setengah lusin gol tanpa balas dari Irak, negeri yang belum pulih benar dari hajaran perang lima tahun terakhir!

Inilah akibatnya, kalau semua lupa, bahwa di antara deretan huruf-huruf yang membentuk kata I-N-D-O-N-E-S-I-A, ada tiga huruf O-N-E secara berurutan! Indonesia adalah satu. Menghilangkan rasa kesatuan antarwarga, berarti sama dengan mencopot tiga huruf ONE itu dari INDONESIA.

Selayaknyalah, perasaan primordialisme terlalu tinggi segera kita singkirkan, kalau tak mau negeri ini kehilangan tuah karena tak ada lagi semangat bergandeng tangan antarinsan dengan perbedaan asal, agama, warna kulit dan pembatas-pembatas lainnya.

Tiba-tiba saya teringat ucapan pakar ekonomi Tanri Abeng dalam sebuah seminar bisnis awal bulan lalu, “Orang kita ini sulit sekali dalam bekerjasama. Makanya, Indonesia jarang sekali bisa menang di olahraga yang mempertandingkan lebih dari dua orang dalam satu tim.”

*analisa olahraga lain klik di sini.


22 Januari 2010

Video David Beckham Diremas "Itu"nya,..




Pembawa acara Le Lene untuk saluran italia Uno, Elena Di Cioccio, membuat sensasi. Dalam sebuah wawancara bersama-sama di sebuah hotel di Milan, tiba-tiba ia mengaku meremas "anu" [baca testikel] Beckham. Elena mengaku penasaran dengan ukuran alat vital Beckham, apakah sama besarnya dengan yang terlihat di iklan celana dalam 'Armani'. Setelah sukses melakukan aksinya, Elena berlari menyeberang jalan, sambil berteriak "E piccolo, Beckham." Artinya, "Punya Beckham kecil."

Stasiun televisi, Italia Uno telah meminta maaf pada pihak Beckham. Melalui juru bicaranya, Beckham menilai masalah itu bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. "Beckham tentu saja memang sangat terkejut. Tapi Beckham menganggap peristiwa itu lelucon yang tak membahayakan," kata dia seperti dimuat laman irishexaminer.com [Vivanews]. Beckham juga membantah kabar wartawati nekat itu, meremas alat vital Beckham. Hanya menyentuh paha Beckham.

19 Januari 2010

[ Think Sport ] Stop Rasisme di Liga Indonesia

Jojo Raharjo

Satu poin menarik saya dapat dari jumpa pers bulanan PT Liga Indonesia yang digelar di sekretariat Liga Indonesia di Rasuna Office Centre, Kuningan, Selasa (19/1). Sebagaimana disampaikan CEO Liga Indonesia Joko Driyono, Badan Liga Indonesia memutuskan, mulai putaran kedua Superliga Februari mendatang, wasit dapat menghentikan pertandingan bila merasa ada kata-kata atau tindakan rasisme secara massal dalam partai yang dipimpinnya. “Kita tidak ingin membangun sepakbola dalam spirit rasis,” tegas Joko.

Dalam sesi tanya-jawab, saya mengacungkan tangan, menanyakan, apakah bisa di-breakdown definisi rasisme yang dapat membuat perangkat pertandingan serta-merta memutuskan sebuah laga tidak dilanjutkan? ”Apakah ejekan kepada pemain berkulit hitam saja, atau juga termasuk nyanyian cemooh bagi kelompok supporter lain?” tanya saya memohon penjelasan. Joko tidak menjawab detail. Ia memaparkan, ”Prinsip SARA dalam Pedoman Fair Play dan Kode Disiplin adalah upaya yang sifanya menghasut kebencian kepada orang lain. Baik sifatnya tindakan, ucapan, atau apapun,” katanya.

Joko berkilah, secara spesifik aturan untuk menghentikan pertandingan ada di laws of the game. Katanya, instruksi ini bukan untuk pengawas pertandingan atau panpel, tapi hanya wasit pihak satu-satunya yang bisa menghentikan pertandingan. ”Begitu ada teriakan atau lagu-lagu bernada rasis, wasit harus menghentikan pertandingan,” urai Joko.

Joko berterus-terang, pihaknya mengaku gagal dalam mendefinisikan prinsip-prinsip SARA yang dinilai universal dalam kaidah tutur-kata Indonesia. ”Kami ingin belajar dari orang Surabaya bahwa jancuk itu adalah hal yang lumrah, sebagaimana kata anjing bagi orang Medan. Tapi kami sepakat, bahwa kata Dibunuh Saja bukan hal lumrah dan merupakan perkataan rasis,” kata pria asal Ngawi itu.

Isu rasisme mencuat dalam sepakbola Indonesia terutama berupa ejekan terhadap pemain berkulit hitam dan olok-olok terhadap pendukung klub lain. Awalnya adalah Aremania, yang memang dikenal kreatif dan lagu-lagunya banyak dijiplak supporter lain, memperkenalkan syair untuk menjatuhkan mental tim lawan. Misalkan Arema bertanding melawan Persiba, maka para pendukung itu lantang bernyanyi dengan ending, ”Arema.. Arema.. Singo Edan.. Singo Edan aremania.. sekarang arema menang.. persiba ... dibunuh saja.

Pada putaran pertama Superliga lalu, Arema bahkan mendapat hukuman sekali pertandingan tanpa penonton dan denda Rp 50 juta akibat ulah segelintir oknumnya yang mengejek pemain Persipura sebagai ”monyet jelek”. Akibat teriakan itu, pemain Persipura marah-marah dan merusak kamar ganti Stadion Kanjuruhan, markas tim ”Singo Edan” itu. Di kalangan Aremania, hukuman dari PSSI dinilai tidak adil karena tidak ada bukti yang menyatakan ada teriakan rasis, setidaknya bukti ejekan itu dilakukan secara masif.

Aremania sendiri menganggap, ulah pemain Persipura merusak perabotan di dressing room (belakangan Persipura juga didenda Rp 10 juta atas aksi vandalisme ini) hanya mencari kambing hitam atas kekalahan 1-2 yang mereka derita. Perilaku tidak terpuji bukan hanya dilakukan Aremania. Lagu-lagu ”Dibunuh Saja” diplagiat hampir semua kelompok supporter Indonesia. Adapun lagu ”Bonek Jancuk Dibunuh Saja” kemudian diubah oleh supporter Persebaya menjadi ”Arema Jancuk.. dan lain-lain”.

Sementara itu, seperti diputar di film Romeo dan Juliet karya Andi Bachtiar Jusuf, kebersamaan supporter daerah melawan klub ibukota terdengar jelas dalam lirik lagu, ”Viking dan Bonek sama saja.. asal jangan The Jak.. The Jak itu Anjing..” Kubu Jakmania tak mau kalah. Mereka kerap mengumandangkan lagu ”Aku punya anjing kecil...kuberi nama Viking..” sebagai pelecehan atas pendukung Persib, musuh turun-temurun Persija.

Lima tahun silam, saya yang berada di sisi lapangan Stadion Surajaya Lamongan mendengar teriakan dari pendukung Persela menirukan suara gonggongan anjing. Tak sulit menebak, ledekan itu dialamatkan ke pelatih Persebaya, Jacksen Ferreira Tiago, yang berkulit gelap dan mengenakan kalung emas di lehernya. Tak ada sanksi dari PSSI saat itu. Jacksen sendiri, seusai pertandingan mengelak menjadi korban rasisme, ”Saya tidak memperhatikan mereka, saya konsentrasi ke pertandingan,” kilahnya.

Kini, Badan Liga Indonesia sudah menegaskan aturan resmi, bahwa wasit bisa menghentikan pertandingan atas alasan rasisme secara masif. Akankah langkah tegas ini dapat berwujud nyata? Atau hanya menjadi macan kertas belaka? Akankah peringatan dari Badan Liga ini kemudian membuat supporter sepakbola Indonesia menjadi dewasa dalam menyikapi perbedaan dan menghindarkan diri dari cemoohan tak bermutu?

*analisa olahraga lain klik di sini.

07 Januari 2010

[Think Sport] PSSI, Lihat Mimpi Mereka,..

Jojo Raharjo

Matahari hampir tenggelam di barat Jakarta. Di tengah lalu-lalang manusia di kawasan Pasar Tanah Abang, seorang ayah mempercepat langkahnya. Kostum tim nasional Indonesia berwarna hijau, lengkap dengan syal merah putih terlilit di leher. Di dadanya tergendong anak laki-laki berusia 3,5 tahun.

Mereka melangkahi beberapa pedagang kaki lima sebelum melompat ke dalam bis Koantas Bima jurusan Tanah Abang-Lebak Bulus, yang rutenya melewati Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, tempat pertandingan lanjutan kualifikasi Grup B Piala Asia, Rabu (6/1).

Erang, begitu nama bapak itu, mengaku pekerja di sebuah perkantoran kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. “Sebenarnya tadi belum waktunya pulang kerja, tapi saya nekat kabur. Sudah lama saya rencanakan nonton Indonesia main lawan Oman bareng anak saya,” kata Erang. Dari rumahnya di kawasan Harmoni, mereka naik angkot ke arah Tenabang, sebelum berpindah ke Koantas Bima bertarif Rp 2.000,- per orang itu.

“Ini kali pertama Malone saya ajak nonton bola di Senayan,” kata Erang yang memang hampir tak pernah melewatkan kesempatan menyaksikan langsung tim nasional bertanding. “Kalau cuma pertandingan liga, saya tidak suka,” tambahnya.

Iya, nama anak itu, Malone, terinspirasi dari bintang NBA. Karl Anthony Malone, forward legendaris Utah Jazz dan LA Lakers. Duduknya kadang terguncang di pangkuan ayahnya, di atas bis yang membelah Petamburan, Slipi hingga Senayan, Mungkin ia terus membayangkan, seperti apa Stadion Utama yang berdiri 48 tahun lalu itu.

Sampai mereka turun di pintu seberang Taman Ria, memburu tiket pertandingan yang belum terpegang tangan. “Kalau masih ada tiket murah, mau beli yang Rp 20 ribuan saja,” teriak Erang. Hari itu, Panpel PSSI mendistribusikan 46 ribu tiket dalam tiga nominal. Kelas VIP Rp 100 ribu, Kelas Utama dan Kelas I Rp 50 ribu, serta Kelas II Rp 20 ribu.

Pemandangan lain tergelar di pintu masuk stadion dari sisi Patung Panah, Jl. Asia Afrika. Hendro, kenek Kopaja 66 Jurusan Manggarai-Blok M memboyong dua anaknya untuk mendukung tim Garuda. Yang sulung bernama Beckham Arvian Putra, 10 tahun, bersama adiknya Ari Arvian Ferguson, 6 tahun. Keduanya dilengkapi slayer merah putih bertulis “Indonesia”. Bapak dan anak itu tinggal di gang kecil kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.

“Ini kesempatan pertama mereka nonton tim nasional. Sebelumnya, saya pernah mengajak anak ke Senayan mendukung Persebaya saat melawan Persija,” kata perantau asal Karangpilang, Surabaya ini.

Malone, Beckham, dan Arvi, Anak-anak itu mengecap pengalaman bersejarah mendukung tim merah putih di Senayan. Tentu, pengalaman pertama akan berkesan dalam diri mereka. Namun, apa yang terjadi? Di lapangan, Charis Yulianto dan kawan-kawan seperti diajari cara bermain bola dalam setengah lapangan oleh anak anak teluk asuhan Claude Le Roy. Pertandingan bubar dengan skor 1-2 untuk Oman.

Dan, kali pertama sejak 1996, Indonesia bakal absen di Putaran Final Piala Asia di Qatar tahun depan. Ada hiburan dalam pertandingan itu saat Hery Mulyadi, seorang penonton asal Cikarang, nekat turun ke lapangan dan merebut bola untuk menjebol gawang Ali Al Habsi, kiper Oman yang berlaga di klub Liga Inggris, Bolton Wanderers.

Bulan kian memeluk Jakarta. Para penonton pulang sebagai pihak tertakluk. Malam itu, Malone, Beckham, dan Arvi pun menutup hari bersejarahnya dengan mimpi. Mimpi sebagai negara pecundang.

*analisa olahraga lain klik di sini.

21 November 2009

[ Think Sport ] Berharap Pada Pak Kumis

Jojo Raharjo

Saat saya menulis artikel ini, tepat satu bulan satu hari kita memiliki Menteri Olahraga yang baru. Andi Alfian Mallarangeng, mantan jurubicara dan orang di lingkaran ring satu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mendapat reward atas pengabdiannya selama lima tahun terakhir. Anto, begitu panggilan lelaki berpenampilan charming dan dandy itu, menggantikan Adhyaksa Dault, yang sudah mengorbankan kursi sebagai anggota dewan terpilih dari Sulawesi Tengah demi menuntaskan masa jabatan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid pertama.

Anto terlahir di Makassar, 14 Maret 46 tahun lalu sebagai anak walikota Pare Pare termuda. Ayahnya, Andi Mallarangeng menjabat walikota pada usia 32 tahun dan meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi yunior berusia 9 tahun. Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi dan kakeknya, Andi Patoppoi, mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya.

Kakeknya ini adalah salah seorang tokoh pemuda Sulawesi Selatan yang berhasil membujuk raja-raja di Sulawesi Selatan untuk mendukung dan menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.

Andi Alifian Mallarangeng meraih gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1997. Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar Drs Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1986.

Apa yang telah Anda rasakan pada sebulan pertama kepemimpinan pria berkumis ini? Ia sudah meresmikan lebih dari tiga ratus atlet dan ofisial yang akan berusaha memperjuangkan –istilah Anto- ”mengibarkan bendera merah putih sebanyak-banyaknya” di Laos? Sesuai target SBY, Andi berkali-kali mengulang bahwa kontingen Indonesia harus meraih posisi tiga besar di Sea Games bulan depan itu.

Di olahraga paling digandrungi di negeri ini, Anto, tak kunjung merestui pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Ia selalu beralasan, “Bentuk dulu tim nasional yang tangguh.” Posisi ini berbeda dengan pendahulunya, Adhyaksa Dault, yang hadir pada launching Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 di Pacific Place, 9 Februari 2009 lalu. “Ini bukan hanya mimpi. Karena orang yang paling miskin adalah mereka yang tidak lagi mampu bermimpi,” kata Adhyaksa saat itu...

Mungkin, sikap Anto ada benarnya. Pekan lalu, timnas senior kembali gagal meraih kemenangan perdana di Prakualifikasi Piala Asia. Dalam partai yang ditonton 35 ribu pendukung Tim Garuda, Boaz Salossa dan kawan kawan berbagi angka satu dengan Kuwait. Dalam partai itu, sebuah billboard resmi terpasang di sisi timur lapangan, bertuliskan situs resmi pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia, www.wcindonesia2022.com. Sebuah iklan website yang hingga kini sama sekali tak bisa dibuka.

Andi Alfian Mallarangeng, suami Vitri Cahyaningsih dan ayah tiga orang anak bernama Gemilang Mallarangeng, Gemintang Kejora Mallarangeng dan Mentari Bunga Rantiga Mallarangeng yang pernah meraih Man of the Year Majalah MATRA (2002), Future Leader of Asia, Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), dan Percy Buchman Prize (1995) itu tetap optimis menjalani masa jabatannya yang kurang empat tahun sebelas bulan. Dan, sampai sejauh ini, kita belum menemukan alasan untuk tidak menemukan alasan untuk tidak mendukungnya. | Pancoran, 21 November, 2009 |

*Analisa olahraga lain, klik di sini.

06 November 2009

Polygon Sweet Nice Waspadai Empat Etape

Press Reelase

Tour of Hainan menjadi balapan pertama Polygon Sweet Nice di awal musim kompetisi 2009-2010. Tim asal kota pahlawan ini bakal memulai musim pada balapan dengan yang sudah naik grade dari 2.1 menjadi 2.Horst Category itu, 11-19 November.
Selama mengikuti Tour of Hainan tahun ini, Polygon Sweet Nice mewaspadai empat etape yang menjadi penentuan. Empat etap itu adalah etape kedua, keenam, ketujuh, dan kedelapn.


Empat etape itu memiliki tantangan berupa ketinggian disela-sela balapan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bila Tour of Hainan sepenuhnya melombakan medan flat (mendatar). "Tantangan di medan flat jauh lebih berat di banding medan tanjakan. Bila tertinggal, masih ada peluang mengejar di ketinggian. Tetapi bila tertinggal di medan flat, sulit untuk mengejar ketinggalan," terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo, Kamis (5/11).

Dia mengakui empat etape ini bisa menjadi pembuktian untuk merebut gelar juara individu. Keempat etap tersebut masing-masing memiliki tantangan ketinggian. Etape kedua dari Boating Square-Xinglong disuguhi tiga tanjakan. Sementara tanjakan tertinggi terdapat di km 38, setinggi 757 m dpl. Etape keenam (Chengmai-Xilian Plantation, 181,4 km) hanya setinggi 260 m dpl. Tetapi ketinggian itu ditempuh dengan jarak yang relatif pendek.

Demikian juga etape ketujuh (Danzhou-Dongfang 187,6 km) disuguhi tiga tanjakan. Ketiga ketinggian itu jaraknya cukup rapat, meski ketinggiannya hanya 200 m dpl. Etape kedelapan (Dongfang-Sanya, 185 km) tantangan yang disuguhkan tidak hanya ketinggian, tetapi juga rolling.

"Saya katakan penentuan, karena kita disuguhkan medan flat, kemudian tanjakan, dan bertarung di medan flat menjelang finish. Ini tantangannya. Kita dituntut memiliki kecerdikan mengatur strategi dan kecerdasan menyelesaikan balapan menjelang finish," lanjut Harijanto.

Dari tujuh pembalap yang disiapkan, tiga pembalap diantaranya adalah sprinter. Sergey Kudentsov, Roman Krasilnikov, dan Artyom Golovachenko adalah sprinter. Sedangkan Hari Fitrianto dan Kiril Kazantsev merupakan climber. Sementara dua pembalap lainnya, Jimmy Pranata dan Herwin Jaya diharapkan bisa menjadi breaker.
"Komposisi yang kami bawa tahun ini jauh lebih lengkap dibanding dua balapan terakhir. Tahun lalu kita hanya menurunkan empat pembalap, dan hasilnya kurang memuaskan," tandasnya. Tahun ini Polygon Sweet Nice berharap bisa menembus papan tengah klasemen tim.

25 Agustus 2009

Think Sport: Setia dalam Suka Duka

Jojo Raharjo [photo by yahoosport]

Harus diakui, Liga Premier Inggris merupakan kompetisi sepakbola dunia yang saat ini paling diminati, termasuk oleh para pencandu bola di Indonesia. Mungkin fenomenalnya hanya bisa ditandingi oleh La Liga, kompetisi bertabur bintang di Spanyol yang sayangnya hingga saat ini belum ada kepastian akses siaran langsung televisinya di Indonesia.

29 Juli 2009

Custom Tak Berani Sesumbar

Rohman Arief

Satu lagi peserta lokal Tour de East Java, 8-10 Agustus 2009 menyodorkan daftar pebalapnya. Adalah Custom Cycling Club (CCC) Solo resmi menjadi peserta kejuaraan balap sepeda setelah mengirim daftar pebalapnya ke pihak penyelenggara, Harry Enterprise. Tim yang dimanajeri M.Irham itu tidak berani mematok target berlebihan selama ajang yang sudah lima tahun berjalan ini. Hal ini disebabkan pebalapnya rata-rata baru saja mengikuti Porprov (Porda) Jawa Tengah yang berlangsung 28 Juli-1 Agustus.


Namun bukan itu alasan CCC mengikuti Tour de East Java tahun ini. Kami melihat rute yang dilombakan cukup berat. Utamanya ada di etape kedua, dimana rutenya cukup panjang dan ada dua tanjakan yang dilombakan,” terang pria asal Surabaya, Rabu (29/7) siang. Dia menerangkan rute kedua tidak bisa dibuat main-main dan malah menjadi ujian bagi anak didiknya.

Pada etape kedua bis dianggap sebagai rute penentuan merebut Yellow Jersey. Namun kepastian itu bisa saja berubah, lantaran tiga etape yang dilombakan tidak ada yang top hill finish (finish di ketinggian) seperti tahun lalu. Hal ini yang mendorong peserta bertarung maksimal sejak bendera start hingga jelang podium. Itu artinya sejak etape pertama hingga terakhir akan menjadi penentuan bagi semua peserta.

Demikian juga dengan lawan yang akan dijumpai pada Tour de East Java tahun ini sudah cukup sering dijumpai. Seperti dua tim asal Iran Azad University dan Tabriz Petrochemical merupakan dua tim terbaik di Asia. Belum lagi Aisan Jepang dam sejumlah tim lokal lainnya. Dengan kata lain, CCC tidak ingin terlalu berekspektasi selama mengikuti balapan grade 2.2 ini.

“Terlebih anak-anak baru saja mengikuti Porda di Jateng,” jelas Irham. “Memang Porda bukan kelas grade 2.2. Tetapi mereka butuh waktu untuk recovery agar bisa lebih fresh,” imbuhnya. Ketika didesak target, Irham berjanji tampil sebaik mungkin.
CCC diperkuat lima pebalap muda selama mengikuti Tour de East Java tahun ini. Mereka adalah Heksa Priya Prasetya, Endra Wijaya, Agung Alisjahbana, Aerik Suprianto, dan Maruli Fajar. Dari lima pebalap ini Heksa dan Endra yagn memiliki pengalaman cukup banyak. Sementara pebalap senior seperti Parno, wan Setyawan dan Edi Purnomo dikarantina.

“Kami berusaha tampil sebaik mungkin. Minimal bisa memberikan perlawanan bagi tim-tim lokal yang turun di ajang ini,” tandasnya. Pada ajang sebelumnya, CCC mampu finish di posisi keempat kategori tim lokal pada Tour de Singkarak, 28 April-2 Mei silam.

01 Juli 2009

Welcome Back, Green Force…

Jojo Raharjo

Persebaya Surabaya kembali ke khittahnya. Dalam partai play-off sebagai penentuan satu tiket tersisa ke pentas Liga Super musim depan, Bajul Ijo secara dramatis mengandaskan PSMS Medan 7-6 (1-1) lewat adu penalti di Stadion Siliwangi, Bandung, Selasa (30/6) malam. ----photo by kapanlagi

28 Mei 2009

Get Ready Korea, Kami Datang!

Rohman Arief

Polygon Sweet Nice memulai kembali kejuraan balap sepeda internasionalnya. Kali ini tim asal kota Phalawan ini berencana mengikuti Tour de Korea, 5-14 Juni. Balapan di negeri Ginseng ini diakui jauh lebih berat karena ada peningkatan jumlah etape.


Dalam balapan ini Polygon Sweet Nice turun dengan kekuatna penuh. Lima pebalapa yang dipersiapkan adalah duo Russia Sergey Kudentsov dan Roman Krasilnikov. Keduanya ditopang trio pebalap lokal, Hari Fitrianto, Herwin Jaya, dan Jimmy Pranata.
Keikutsertaan Polygon Sweet Nice tahun ini merupakan come back setelah tahun lalu absen. Dimana pelaksanaan tahun lalu di gabung Tour de Korea-Japan yang menggabungkan dua negara. Akan halnya jumlah route yang ditempuh, jumlahnya tidak jauh berbeda. Hanya pelaksanaan tahun ini sepenuhnya dilaksanakan di Korea seperti dua tahun silam.

"Sepuluh etape yang dilombakan tahun ini memiliki tantangan yang cukup berat. Rata-rata etape yang dilalui banyak rolling. Diantaranya terdapat tanjakan yang tidak terlalu tinggi, tetapi bisa menghancurkan tim," terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo.

Data dari Federasi Balap Sepeda Korea, empat etape pembuka rata-rata rolling dan ketinggian tanjakan tidak lebih dari 300 m dpl. Namun profile stage cukup menantang dan menyulitkan pebalap. Pada etape kelima, ketinggian mencapai 1.100 m dpl yang hanya ditempuh kurang lebih 10 km.

11 Mei 2009

Pembalap Indonesia Merebut Tiga Besar

Rochman Arief

Polygon Sweet Nice berhasil melewati ambisi pada balapan Polygon Tour de Jakarta, Minggu (10/5). Satu pebalapnya berhasil masuk tiga besar, Hari Fitrianto. Pebalap yang akrab disapa Kacong itu, mencatat waktu 3 jam 43 menit 12 detik. Keberhasilan lain yang diraih Polygon Sweet Nice merebut kategori tim dengan total waktu 11.12'57". disusul WSP Jogjakarta, 11.13'24'. Catatan yang dibukukan WSP ini sama dengan tim Australia, Budget Forklifts. Bedanya hanya kedatangan posisi pebalapnya.


Direktur Polygon Sweet Nice harijanto Tjondrokusumo mengaku puas dengan hasil ini. Masalahnya target utamanya hanya masuk tiga besar. "Terus terang saya bangga dengan hasil ini, meski yang masuk bukanlah pebalap yang kita harapkan," terang Hari, sapannya. Semula tim berharap bisa menempatkan dua sprinter yang dibawanya, Sergey Kudentsov dan Roman Krasilnikov.

Sebab kedua pebalap ini merupakan finisher di medan flat. Terlebih ajang ini melombakan one day race yang sepenuhnya melalui rute mendatar dengan jarak 167 km. "Bukan soal siapa yang menang, tetapi bagaimana kami bisa memenuhi target. Itu yang penting," terangnya.

Balapan kemarin menempatkan tujuh pebalap yang berhasil kabur dan membentuk rombongan terdepan. Mereka diantaranya Kacong, Malcolm Rudolph (Budget Forklift), Rasta Patria (WSP Jogjakarta), dan Herwin Jaya (Polygon Sweet Nice). Menjelang 15 km menuju finish, tinggal tiga pebalap yang berhasil menyentuh finish terdepan. Sedangkan empat pebalap lainnya melorot dan masuk bersama rombongan besar.

Dimana Rudolph berhasil mencatatkan diri sebagai yang tercepat dengan catatan waktu, 3.43'10" dan disusul Rasta 3.43'12". Bagi Rudolph ini keberhasilan keduanya merebut yellow jersey. Sebelumnya Rudolph merebut jaket kuning pada etape pertama Tour de Singkarak. Dengan demikian dia mengukuhkan diri sebagai pebalap flat atau sprinter tangguh.

Keberhasilan menjadi juara kategori tim ini diakui sudah melebihi target. masalahnya Polygon Sweet Nice hanya membidik tiga besar kategori perorangan. "Sementara untuk kategori tim, tidak ada target. Mudah-mudahan hasil ini bisa menjadi modal kami untuk mengikuti rangkaian kejuaraan Continental di kawasan Asia," tandas pengusaha makanan itu.

03 Mei 2009

Semarak Tour de Singkarak

Rohman Arief

Empat hari masa pesiapan yang dimiliki peserta Tour de Singkarak telah berakhir. Mulai hari ini, Rabu (30/4) balapan grade 2,2 pertama di Sumatra Barat itu dimulai, dengan melombakan nomor Team Time Trial (TTT), sepanjang 4,4 km. Tentu pada etape pertama ini akan menjadi pijakan bagi sejumlah tim untuk menjadi yang terbaik. Sebab pada etape pertama menemh rute TTT ini semuanya serba mungkin. Sebab penilaian waktu dihitung dari tiga pebalap finish terdepan, dari enam pebalap yang didaftarkan.


Nomor TTT ini bukan barang baru, namun sangat jarang dilombakan baik dikawasan Asia maupun Indonesia sendiri. “Apapun bisa saja terjadi. Tergantung bagaimana masing-masing tim itu sendiri,”terang manajer Tim PAL Indonesia , Endang Subagyo, kemarin pagi. Tim PAL menurunkan lima pebalap, Samai, Tonton Susanto, Ryan Ariehan, Kaswanto, dan Angga Fredly.

Dari lima pebalap ini PAL memiliki komposisi ideal. Dimana terdapat seorang climber Tonton Susanto, dan dua sprinter Kaswanto dan Samai. Sementara Angga dan Ryan memiliki kemampuan yang komplit. Baik menanjak maupun sprint.

“Khusus untuk TTT, kita butuh kecepatan optimal, dan berusaha menjadi yang terbaik,” imbuh Endang. Sebelumnya tiga pebalap tim PAL telah mengikuti Jelajah Malaysia . Tonton, Samai, dan Ryan baru saja pulang dari Malaysia , sehingga butuh waktu istirahat cukup. Sedangkan Angga dan Kaswanto memiliki masa persiapan yang lebih baik.

Sementara tim Polygon Sweet Nice menilai etape pertama ini berharap bisa mendapat hasil baik. Etape TTT ini umumnya milik para pebalap track. Sedangkan tim kami rata-rata pebalap road race. Jadi agak sulit,: terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo.

“Bukan berarti kami pesimis, tetapi saya realistis. Saya bersauaha agar tim ini bukan tim yang paling bawah,” imbuhnya. Terlebih dia menganggap tim ini telah mengalami perubahan sejak musim 2008-2009 ini. Dimana manajemen baru saja mendatangkan sejumlah pebalap baru dan rata-rata relative lebih muda.

Dia mengakui balapan Tour de Singkarak ini cocok untuk para climber. Dia menunjuk bukti Tabriz Petrochemical membawa tiga climber, Ghader Mizbani, Hossein Askarai, dan Azad kazemi Sarai. Ketiganya sudah teruji diberbagai balapan di Asia . “Bahkan satu dari ketiganya,atau bahkan ketiganya kerap mendapat penghargaan sebagai Raja Tanjakan,” tandas pengusaha makanan itu.

27 April 2009

Sepakbola Tanpa Fair Play?

Jojo Raharjo

Sebuah spanduk pembakar semangat terpampang di sisi gawang selatan saat Arema Malang menjamu Persija Jakarta dalam lanjutan Liga Super Indonesia di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang , 26 April petang. Spanduk itu bukan berisi motivasi khusus dari Aremania kepada tim “Singo Edan”. Tapi, hanya sebaris kalimat yang amat lazim dalam sepakbola, “Fair Play, Please!”


Kacong Melesat di Etape Penentuan

Rohman Arief

Etape penentuan Jelajah Malaysia 2009 telah dilaksanakan. Etape ketujuh yang menempuh Tanjung Malim menuju Genting, 117,0 km direbut pebalap asal Australia Timothy Roe (Saving and Loans) dengan waktu tempuh, 3 jam 01 menit 21 detik, Sabtu (25/4). Roe berhasil melepaskan diri dari kepungan dua climber, Ghader Mizbani (Tabriz Petrochemical) diurutran kedua disusul Jai Crawford yang juga rekan satu timnya. Hasil ini menempatkan Roe merebut Yellow Jersey yang selama ini dikuasai Mehdi Sorabi (Tabriz).


Sementara pebalap Polygon Sweet Nice Hari Fitrianto menempatkan diri sebagai pebalap Indonesia terdepan pada etape ketujuh kemarin. Dia menempatkan diri di posisi ke delapan tertinggal, 1 menit 59 detik. Hasil ini merupakan keberhasilan Kacong, sapaan pebalap asal Probolinggo, itu sebagai pebalap Indonesia.

Keberhasilan itu menempatkan dirinya melesat di posisi klasemen umum pebalap (General Classification by time). Dia mengumpulkan total waktu, 27.36’52”, atau tertinggal 2 menit 32. Sementara juara tahun lalu, Tonton Susanto tercecer di posisi ke-12 dan menempatkan dia di peringkat GC ke-10 dengan total waktu 27.37’32”.

Tentu hasil ini menggembirakan kubu Polygon Sweet Nice. “Memang kami tidak juara, tapi setidaknya pebalap kami menjadi yang terbaik bagi peserta asal Indonesia, dengan menempatkan Kacong sebagai pebalap terdepan,” aku Direktur Polygon Sweet Nice Harijanto Tjondrokusumo kemarin petang.

Masalahnya hasil ini sudah tidak memungkinkan untuk bergeser atau berubah. Sebab pada hari ini hanya melombakan nomor kriterium sepanjang 70.4 km di Kuala Lumpur. Tentu hanya keajaiban yang membuat Kacong gagal memertahankan posisinya. Dia cukup bertahan di rombongan terdepan, posisinya masih aman dari kejaran Mehdi yang kini terlempar di posisi ke-8 GC.

“Mudah-mudahan tidak ada hal-hal yang membuat kami gagal memertahankan ini. Hari ini menempuh etape flat dan dipastikan tidak banyak tantangan. Tinggal kami mendorong Sergey (Sergey Kudentsov) kembali untuk bertarung di garis depan etape terakhir ini,” imbuhnya.

Pada dua tahapan sebelumnya, Sergey berhasil menempatkan diri di posisi ketiga. Sementara medan flat adalah materi yang dikuasai pebalap Polygon Sweet Nice asal Russia itu. “Kami ingin seluruh pebalap membantu Sergey merebut etape. Karena untuk merebut green jersey (klasemen poin waktu) sudah tidak ada harapan,” tandasnya.

23 April 2009

Sergey Unjuk Gigi Jelajahi Malaysia

Rohman Arief

Pebalap anyar Polygon Sweet Nice Sergey Kudentsov mampu unjukgigi pada etape keempat, Jelajah Malaysia. Menempuh jarak 177, 5 km dari Pasir Mas menuju Kuala Terengganu, dilewati Sergey dengan catatan waktu 4 jam 09 menit, 21 detik dan menemptkannya di urutan ketiga, Rabu (22/4). Sementara juara etape direbutpebalap tuan rumah, Anuar Manan yang tergabung bersama Azad University Iran. Catatan yang dikumpulkan Manan sama dengan 106 pebalap yang masuk dalam rombongan besar terdepan.


Hasil ini menggambarkan mulai ada komunikasi antara pebalap baru dengan pebalap anyar. Masalahnya tiga etape yang sudah dilalui tidak berjalan mulus. Dimana Sergey belum bisa unjuk gigi seperti yang dihrapkan. Dengan masuknya pebalap asal Russia di posisi ketiga itu, menunjukkan performanya kian membaik.

“Tiga etape yang kami lalui memang tidak berjalan, karena tidak adanya komunikasi, dan Sergey juga butuh adaptasi dengan rekan-rekannya. Termasuk Roman Krasilnikov yang kondisinya juga belum 100 % fit,” terang Direktur Polygon Sweet Nice, Harijanto Tjondrokusumo, kemarin sore.

Dia menunjuk kerjasama antara Sergey dnegna dua pebalap lokal, Hari Fitrianto dan Herwin Jaya. Kedunya bahu-membahu membawa Sergey hingga 3 km menjelang finish. Beberapa ratus meter menjelang finish, Sergey berhasil melepaskan diri darikawnan pebalap. Sayangny konsentrasinya pecah, yang membuat Anuar Mananmencuri dari sebelahnya.

Dengan hasil ini Sergey saat ini duduk di posisi ke-27 General Classification by time (klasemen individu) dengan catatan waktu, 17.24'00”. Catatan ini jauh tertinggal 35'56” dengan pemilik Yellow Jersey, Mehdi Sorabi yang masih kukuh di posisi puncak. Sementara Hari Fitrianto meski hanya finish di posisi ke-38, dia naik satu strip di posisi GC, dengan total waktu, 16.51'29”. Waktu ini hanya terpaut 25 detik saja dengan Sorabi.

“Hari ini masih sama, menempuh medan flat, dengan jarak 204,8 km. Mudah-mudahan performa Sergey kembali bisa terulang seperti etape keempat kemarin,” ucap Harijanto. Pada etape kelima hari ini menempuh rute Kuala Terengganu menuju Kuantan dan sepenuhnya flat. Harijanto berharap cuaca panas tidak membawa pengaruh bagi seluruh pebalap.

20 April 2009

Target Belum Sempurna, Semangat Tetap Menyala

Rohman Arief

Ambisi Polygon Sweet Nice masuk lima besar pada etape pertama Jalajah Malaysia belum berhasil. Menempuh Kuala Selangor-Ipoh dengan jarak, 176, 8 km, Minggu (19/4) direbut pebalap Bridgestone Anchor, Makoto Ijima dengan catatan waktu 3 jam 59 menit 55 detik. Ijima masuk bersama pebalap asal Iran, Amir Zargari yang tergabung dalam Tabriz Petrochemical. Dirombongan kedua 109 pebalap masuk dalam rombongan kedua secara bersamaan, terpaut 34 detik. Diantara peleton kedua inilah, seluruh pebalap Polygon Sweet Nice masuk bersamaan.


Pebalap Polygon Sweet Nice teratas yang masuk garis finish adalah Herwin Jaya yang berada di urutan ke-24. Disusul Jimmy Pranata (49), dan Hari Fitrianto (62). Sementara harapan Polygon Sweet Nice Sergey Kudentsov dan Roman Krasilnikov masuk diurutan ke-70 dan 53. Tentu hasil ini belum memuaskan bagi manajemen.

Direktur Polygon Sweet Nice Harijanto Tjondrokusumo menyatakan tahapan awal ini memang belum membawa hasil. "Kami melihat butuh penyesuaian antara pebalap baru dengan pebalap lama. Belum padunya strategi menyebabkan hasil di etape awal belum maksimal, terutama antara Sergey, Roman dan pebalap lokal" aku Harijanto. Hal lain yang menyebabkan belum maksimalnya strategi ini disebabkan komunikasi.

"Mudah-mudahan pada etape kedua hari ini kami bisa mewujudkan ambisi," terang Harijanto. "Seluruh pebalap sudah melihat kemampuan tim-tim yang belum pernah kami jumpai," imbuhnya. Polygon Sweet Nice belum pernah berjumpa dengan Saving and Loansdan Ride Sport Racing (keduanya Australia). Namun dari sejumlah komposisinya sudah berkali-kali berjumpa. Sebut saja Jai Crawford (Saving and Loans) pernah dijumpai saat berseragam Giant dan Trek Marcopolo.

Pada etape kedua hari ini menempuh jarak 199 km dari Ipoh menuju Sungai Petani. Pada etape kedua kali ini merupakan tantangan bagi seluruh pebalap. Pada tahapan kedua kali ini tidak jauh berbeda dengan etape pembuka, yakni medan flat. Sehingga Polygon Sweet Nice masih berharap pada dua sprinternya untuk mengeksekusi lintasan flat.

Namun cuaca diperkirakan lebih panas. Masalahnya start bakal dilangsungkan pukul 11.00 waktu setempat atau 10.00 WIB. "Kemarin diberangkatkan pukul 10.00 sudah terasa panas. Selama di perjalanan, banyak pebalap yang kehabisan stamina. Mudah-mudahan hari ini tidak sepanas kemarin," tandas Harijanto.


16 April 2009

PSN Bidik 10 Besar

Rohman Arif

Kejuaraan balap sepeda Jelajah Malaysia sudah diambang pintu. Setidaknya terdapat dua tim asal Indonesia, Timnas Indonesia yang diwakili Custom Cycling Club dan Polygon Sweet Nice yang bakal berebut berkah pada ajang yang digelar 19-26 April. Bagi Polygon Sweet Nice Surabaya, keikutsertaan tahun ini diharapkan bisa menajdi lebih baik dibanding tahun lalu. Tahun ini Polygon Sweet Nice membidik bisa masuk 10 besar. Lebih dari itu, dengan adanya dua pebalap baru, Sergey Kudentsov dan Roman Krasilnikov bisa menjadi tulang punggung tim.


Direktur Polygon Sweet Nice Harijanto Tjondrokusumo mengungkapkan tahun ini timnya telah memercantik diri. Salah satunya dengan mendatangkan sejumlah pebalap baru. Selain Kudentsov dan Krasilnikov, masih ada Artyom Golovaschenko dan Kiril dan Kiril Kazantsev. Namun dua nama terakhir ini belum bisa disertakan dalam Jelajah Malaysia tahun ini.

"Setidaknya kami telah memiliki dua sprinter, Roman (Krasilnikov) dan Sergey (Kudentsov). Dua nama ini akan menjadi tulangpunggung kami sebagai ujung tombak kamu. Utamanya perebutan juara stage," terang Harijanto, Kamis (16/4) sore. Selama ini kelemahan yang dimiliki Polygon Sweet Nice adalah finisher medan flat.
Hal ini yang menyebabkn Polygon Sweet Nice hampir tidak pernah mendapat juara etape setiap tour. Dengan masuknya dua pebalap baru ini, Polygon Sweet Nice siap bertarung dengan tim manapun di garis finish medan flat. Terlebih selama Jelajah Malaysia ini terdapat jagoan-jagoan medan flat.

Sebut saja Anuar Manan, Ahmad haidar Anuar (timnas Malaysia), dan Samai (L2A Malaysia) dipastikan turun. Belum lagi sejumlah tim yang memiliki sprinter-sprinter tangguh dari Doha Team yang memiliki Abdelbaset Hannachidan Omar Hasanin. Jelly Belly (Amerika Serikat), Shimano Racing Team, JazySports Beacon Filipina, dan Azad University Iran. Tim-tim ini memiliki psrinter yang sudah terbiasa dijumpai Polygon Sweet Nice di berbagai ajang internasional.

Tim-tim tanguh yang sudah terbiasa dijumpai ini membuat tim asal Surabaya ini sadar diri. "Target 10 besar saya kira tidak berlebihan. Tahun lalu tim ini bisa menduduki posisi ketujuh pada Jelajah Malaysia," imbuh pengusaha makanan itu.

Pebalap yang akan diturunkan tidak mengalami perubahan. Dimana Sergey dan Krasilnikov bakal didampingi tiga pebalap lokal. Mereka dalah Hari Fitrianto, Herwin Jaya, dan Jimmy Pranata. Dua pebalap lokal, Hari dan Herwin dihrapkan bisa bertarung di medan tanjakan. Dia adalah climber dan saya berharap banyak padanya untuk perebutan yellow jersey atau red jersey," tandas Harijanto.