20 June 2011

Sejenak "ngobrol" dengan Ruyati sebelum dipancung

Ruyati binti Sapubi | dok
Ini cuma soal Ruyati binti Sapubi, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Bekasi yang lehernya putus karena dipancung pemerintah Arab Saudi. Sebelum menjalani hukuman yang dilakukan pada Sabtu (18/6) lalu itu, Iddaily.net berkesempatan untuk ‘bertemu’ dan ‘mewawancarai’ perempuan asal Bekasi berusia 55 tahun itu. ‘Wawancara’ berlangsung tegang, sampai petugas penjara Arab Saudi memintanya untuk kembali ke sel.



Iddaily.net (I): Apa kabar mbak?
Ruyati (R): Baik, anda kapan datang ke Saudi?

I: Kemarin, langsung ke sini. Mbak sehat?
R: Alhamdulillah,..

I: Kapan terakhir menelepon keluarga di Indonesia?
R: Saya tidak ingat pastinya, tapi beberapa waktu lalu sudah menelepon keluarga, juga menitipkan pesan pada Kedutaan Indonesia di Arab.

I: Ngomong apa waktu itu?
R: Saya mengabarkan agar keluarga di Indonesia tidak terlalu khawatir dengan kondisi saya di sini. Dan memastikan bahwa saya berusaha untuk bisa lolos dari hukuman paling berat, dipancung.

I: Bagaimana tanggapan keluarga?
R: …….. (Terdiam. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya terkatup rapat. Sesekali menyeka matanya dengan tissue kecil yang ada di genggamannya)

I: Maaf atas pertanyaan saya.
R: Tidak apa-apa. Saya hanya teringat keluarga saya di Indonesia. Semoga bereka baik-baik saja. Sekarang, maupun nanti kalau saya memang tidak bisa diselamatkan.

I: Apakah bersedia menceritakan kembali kasus yang menyebabkan anda dipenjara?
R: Mending tidak. Saya tidak mau mengulang kejadian itu. Yang pasti , sekarang hanya ingin fokus dengan proses pengadilan di sini.

I: Baiklah. Satu hal saja, mengapa bisa terjerat kasus seperti itu, padahal Mbak Ruyati sudah Sembilan tahun di Arab Saudi.
R: Situasinya tidak memungkinkan. Kondisi memaksa saya melakukan tindakan itu. Saya tidak bisa menahan apa yang saya rasakan… (kembali terdiam)

I: Bagaimana sepanjang proses pengadilan? Apakah ada yang menemani?
R: Tidak. Saya hanya didampingi pengacara dari Arab Saudi. Saya tidak kenal, hanya beberapa kali ngobrol. Tapi ada juga orang dari Kedutaan. Itu sedikit menenangkan. Tapi saya ragu, apakah bisa menolong saya.

I: Apa yang anda harapkan saat ini?
R: Sebenarnya saya tidak masalah diadili. Tapi kalau boleh diadili di Indonesia, atau banyak orang Indonesia yang mendampingi saya. Saya takut di penjara sendirian. Saya takut berhadapan dengan petugas Arab Saudi. Mereka besar dan pandangannya tajam. (Ruyati mengecilkan volume suaranya).

Tiba-tiba seorang petugas penjara Arab Saudi mendekati Ruyati. “Kholas, urquli baita’, Ruyati, (waktu habis, segeralah ke kamarmu, Ruyati-ARAB),” kata petugas itu.  “Na’am,..” kata Ruyati yang langsung berdiri berjalan kea rah pintu. “Tolong sampaikan maaf saya, pada orang-orang di Indonesia,” katanya pada Iddaily.net mengakhiri pembicaraan.


*wawancara imaginer

No comments:

Post a Comment