13 September 2009

Gebyar PK5 Di Apel Besar

Maya Mandley

Pedagang di pinggir jalan yang dikenal dengan pedagang kaki 5 atau PK5, merupakan problem kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Bahkan jadi warisan setiap kali ganti Gubernur atau walikota. Masalahnya hampir sama, soal lokasi. Meski para pedagang ini mengklaim mereka berada di tempat ‘resmi’ karena setiap kali mereka berdagang, selalu ada ‘petugas berseragam’ yang memungut iuran. Entah untuk apa iuran tersebut, namun menurut para pedagang, dengan membayar iuran, mereka bisa bebas berjualan, meski akhirnya kadang mereka juga harus kucing-kucingan. Sssttt kok di AS, hal itu nggak jadi persoalan?


Di kota sebesar NYC, hampir di setiap sudut jalan, kita bisa menjumpai pedagang yang menjual makanan maupun barang-barang lain di PK5. Seperti halnya PK5 di Surabaya, mereka juga menggunakan gerobak atau rombong. Aku tak tahu bagaimana mereka bisa mengklaim pojok jalan tertentu. Apakah mereka juga harus membayar iuran seperti di Jakarta atau Surabaya? Tapi yang jelas, setiap pedagang sepertinya sudah punya tempat tetap untuk membuka gerobaknya. Umumnya barang yang dijual makanan. Kalo pagi hari, mereka menjual menu sarapan. Seperti kue muffin, donat, croissant lengkap dengan minuman di pagi hari. Seperti kopi atau orange juice. Karena mereka berjualan di pinggir jalan, tentu harga barang yang dijualpun tergolong murah.

Selain makanan, PK 5 di NYC juga ada yang menjual barang-barang seperti topi, scarf bahkan barang-barang seni seperti lukisan dan sebagainya. Bahkan di tempat-tempat tertentu seperti di Chinatown atau kawasan teater seperti 42nd street Broadway, bisa ditemui pelukis pinggir jalan. Dengan hanya membayar USD 15 untuk jenis kartun, dan USD 20 untuk potret diri, kita bisa duduk di kursi seadanya dan si pelukis melukis anda selama kurang lebih15-30 menit. Aku pernah merasakan dilukis pinggir jalan ini. Itung-itung, untuk souvenir lah! Aku kira tadinya aku bakal pegal karena harus jadi model. Hehehhee….

Jangan dibayangkan bingkai kayu seperti lukisan-lukisan. Bingkai yang dimaksud hanyalah selembar kartun manila yang dilapisi plastik. Fungsinya hanya supaya lukisan yang dibuat dengan pensil atau krayon itu, tidak rusak. Kalau ingin lukisan itu bisa tahan lama, sampai di rumah, lukisan itu bisa dibingkai dengan bingkai kayu seperti halnya lukisan-lukisan mahal. Jadi setiap kali aku membaca berita PK5 yang dikejar-kejar petugas aku hanya bermimpi, seandainya PK5 bisa dibina dan tidak mengganggu pengguna jalan lain seperti halnya di NYC. Bukan bermaksud membandingkan, tapi tak ada salahnya memimpikan keindahan kota tanpa diganggu PK5 yang tidak tertib. Hey, this is New York, the city that never sleeps!

No comments:

Post a Comment