03 April 2007

Lumpur Terus Mengaliri Jalan Raya Porong Dan Rel KA



MENGAMBIL BARANG. Hingga Selasa (3/4) warga Desa Siring, Porong tetap menolak upaya penanggulan, sebelum ganti rugi cash and carry dibayarkan. Sebagian warga berjaga di sekitar lokasi desa yang terendam, sementara yang lain memilih mengambil barang-barang yang tersisa dengan perahu.


Upaya penangulan yang dilakukan Tim Nasional (Timnas) Penggulangan Lumpur Lapindo sebagai upaya menutup luberan lumpur tidak bisa dilakukan. Hingga Selasa (3/4) ini, kondisi tanah di lokasi semburan masih labil. Hingga berita ini diturunkan, jalan Raya Porong pun hanya dibuka satu jalur, karena luberan lumpur disertai air terus mengalir di Jalan Raya Porong dan Rel KA.

Dalam pengamatan The Jakarta Post di lokasi, luberan lumpur masih menggenang di Jalan Raya Porong. Khususnya di sekitar jembatan tol yang melintas di atas jalan Raya Porong. Jalur dari Sidoarjo menuju ke Malang dan sebaliknya hanya dilewatkan satu jalur. Kemacetan pun tidak terhindarkan.

Jalan tol Surabaya-Porong, yang sejak lumpur menyembur masih bisa dioperasikan, kali ini ditutup total. Kendaraan yang terlanjur masuk ke jalan tol dari Surabaya, dikeluarkan ke Sidoarjo. Kondisi yang lebih barah terlihat di rel KA yang melintas di Porong. Rel yang biasa dilintasi Kereta api dari Surabaya menuju Malang dan Banyuwangi itu terendam air dan lumpur sedalam satu meter.

Timnas coba mengantisipasi luberan lumpur yang semakin parah dengan melakukan penanggulan di samping jalan raya Porong. Meski upaya itu cukup mampu membuat luberan lumpur sedikit terhambat, namun berefek pada semakin tingginya genangan di rel KA.

"Normalisasi jalur KA diperkirakan memakan waktu tiga hari sampai satu minggu," kata Ari Setyadi, Kepala Unit Desain dan Supervisi Timnas Lumpur Lapindo.

Selain penanggulan di samping jalan raya, Timnas berkonsentrasi pada normalisasi pipa gas Pertamina. Dalam catatan The Jakarta Post, sejak peristiwa ledakan pipa gas pertamina 22 Nopember 2006 lalu, pasokan gas Pertamina yang melewati kawasan Porong dihentikan sementara. "Saat ini normalisasi gas Pertamina dulu," kata Ari.

Masyarakat korban luberan lumpur, utamanya warga Desa Siring, hingga saat ini masih berjaga-jaga di sekitar desa. Mereka menolak dibangun tanggul di desa mereka sebelum pembayaran ganti rugi cash and carry yang dijanjikan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc direalisasikan. Warga juga meminta polisi menutup total jalan raya Porong, karena kendaraan yang mellintas di jalan raya itu membuat genangan lumpur meluber lebih jauh.

Efek lumberan lumpur pun dirasakan petani tambak di daerah Jabon, Sidoarjo. Shohibul Izur, salah satu petambak mengatakan, 18 hektar tambaknya harus gagal panen, karena tambaknya tercemar rembesan air lumpur. "Biasanya, bulan-bulan ini waktunya kita panen, tapi gagal, udang dan bandeng milik saya mati semua," katanya.

Shohibul Izur meminta pemerintah juga berpikir soal nasib petani tambak yang terimbas lumpur. Karena kerugian atas hal itu tergolong fantastis. Hingga Rp.120 juta. "Siapa yang akan membayar uang pinjaman yang macet karena saya gagal panen?" tanya Izur.***

No comments:

Post a Comment